Beberapa hari sebelumnya dikabari suruh datang ke sebuah acara oleh kawan, tepatnya adik kelasku di pesantren dulu. Kami jarang kontakan lewat pesan kecuali kalau ada hal-hal yang penting. Nah, dari isi pesan yang dikirim itu, sudah bisa ditebak isinya apa. Maka jawaban yang kukirimkan ketika itu to the point "Acara walimahan apa Akad aja..." Dibalas, "Cuma akad aha Mas..."

Karena sudah tahu maksudnya, maka kupinta alamat acaranya dilaksanain dimana. Dikirmlah share location yang kupinta. Langsung dibuka dan dipahami letak dan tempat-tempat apa saja yang bisa dijadikan patokan kalau nanti kesana. Intinya sih, pas sudah di tempat yang dituju tidak salah tempat apalagi kesasar.

Karena dianggap infonya sudah lengkap, maka kusudahi chatt kami di whatsapp tersebut.

Bebeberapa hari kemudian, tepatnya bada subuh, bahwa data yang kubutuhkan masih kurang. Kutanyakan langsung lewat WA "Minta nama lengkap calon mempelai perempuan dan bapaknya..." langsung dikirimlah pesannya, tapi masih centang dua dan berwana hitam. Tandanya sudah masuk tapi belum dibaca. Kira-kira pukul stengah enam pagi ada balasan. Nama yang dikasih cuma calon pengantinnya.

Acaranya hari ahad pagi, sekitar pukul 09.00. Berarti bisa sambil sepedahan kesananya. Olahraga dapat, datang ke undangan acara akad nikah juga dapat. Dua-duanya bisa ditunaikan secara bersama tanpa ada benturan jadwal.

Sambil gowes santai, menikmati pemandangan alam sekitar, mengamati penduduk sekitar, lalulalang kendaraan baik roda dua maupun roda empat dan banyak hal yang didapat dari bersepeda ria. Tiba di lokasi yang dituju masih agak pagi, keliling nyari petunjuk dan menggunakan GPS. Gps yang kumaksud yaitu (Gunakan Penduduk Sekitar), tanya-tanya ke penduduk.

Celakanya, banyak orang yang tidak kenal dengan nama lengkap yang kusodorkan ke penduduk sekitar. Ditambah lagi, di sana tidak ada ciri-ciri mau ada acara nikahan sama sekali. Jadinya ya kayak biasa aja tea. Bayangin ajah men, kalau di kampung kita mah pasti sudah heboh sekampung. Minimal di satu rumah itu jadi pusat keramaian yang lalu lalang ngerjain ini dan itu.

Hingga diakhir kutahu, bahwa yang namanya acara keluarga ya acara yang bener-bener sakral. Gak ada yang tahu blas. Parahnya, orang yang kutanya tadi pagi, ternyata rumahnya hanya beda letak dan masih berhadapan (gila kan???). Suasananya desa tapi kok gak kenal sama tetangga? Aneh banget gengs.

Dua jam lebih telah berlalu. Kuhubungi ulang temanku yang akan nikah. Kebetulan posisinya sedang di jalan, jadi bisa kupastikan semua data yang kubutuhkan, termasuk menanyakan posisi letak rumah atau tempat resepsi. Sesuai dengan instingku, letaknya tepat di sana. Aku tiba saat sambutan dari puihak perempuan. Namanya kalau tidak salah ingat Bpk Suyut, ia mantan kades.

Ada guyonan dari keluarga perempuan sebagai pencair suasana di pagi itu. Maklum agak tegang, karena dua budaya dan sekaligus dua keluarga besar akan menyatu yang diikat dengan tali pernikahan kedua mempelai. Lalu, ada hal yang paling menjadi perhatianku saat sambutan itu terkesan lebih menekan kata "sarjana" ketika mengenalkan kakak mempelai perempuan yang baru nikah kemarin. Belum ada dua minggu, baru sekitar sepuluh harian usia pernikahnya.

Jamuan menu makannya menggunakan jasa catering, pantas saja pihak keluarga tidak disibukkan dengan agenda masak ini dan itu. Tim catering sudah men-cover semuanya dengan baik. Menunya juga lumayan lengkap dan cukup memuaskan tamu yang hadir di acara tersebut.

Yogyakarta, 2 Desember 2018



--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme