Aneh tapi nyata. Inilah yang kini terjadi dan sadar atau tidak, semuanya telah dilakukan oleh sebagian masyarakat. Ya, meniup lilin dalam rangka merayakan ulang tahun.
Tradisi ini merupakan milik orang non islam. Media yang digunakanya adalah api dan menggunakan nyanyian. Nyanyian dengan sholawatan dan juga doa, jelas berbeda ya. Dan, yang dimaksud dengan tasabuh atau meniru, yaitu berkaitan dengan ritual.
Ulang tahun itu merupakan sebuah ritual, seperti biasa kita saksikan; meniup lilin, memohon, dan bernyanyi. Apalagi atribut yang dikenakan mirip orang Yahudi (mengenakan topi kerucut). Sekali lagi, tolong dipahami.
Senada dengan yang dibahas oleh ustadz Abdul Somad, dalam tayangan youtube singkatnya. "Merayakan ulang tahun adalah ritual dan tradisi orang majusi yang menyembah api. Meniup lilin, menyebutkan permohonan, ditambah dengan topi kerucut. Nanti ketika dibangunkan dari kubur bareng orang Majusi."
Man tasabbaha biqaumin fahuwa minhum... Siapa saja yang meniru suatu kaum, maka ia termsuk kaum tersebut. Lalu, memakai dasi itu meniru bukan? Bukan, sebab itu hanya aksesoris pelengkap pakaian. Lagi pula tidak sebagai pelengkap ritual ibadah kaum tertentu. Jadi, jelas beda ya, mana yang ritual dan bukan.
Sebagai umat Islam, cara yang tepat dan dibolehkan tentu sangat banyak. Misal membuat makanan lalu dibagi-bagikan dengan niat sedekah atas rasa syukur yang telah diterima. Atau mengundang anak yatim dan makan bersama di rumah. Tentunya, tanpa ada tiup lilin dan ritual yang dilarang.
Setelah makan selesai atau sebelum makan, dibacakan doa sesuai dengan tatacara Islam. Para hadirin pun mengaminkan doa tersebut. Saya kira banyak cara islami yang bisa diterapkan. Bukan malah meniru apa yang jelas dilakukan oleh agama selain Islam.
Bahkan, dalam syair Abu Nawas yang sering dibaca, di sana disebutkan bahwa sejatinya umur itu berkurang sertiap harinya, dan dosa terus bertambah. Dalam hadits juga kita diperintahkan untuk menggunakan masa hidup sebelum datang kematian. Menggunakan masa muda sebelum datang masa tua. Agama kita menganjurkan untuk mengevaluasi diri, tetapi caranya bukan dengan berpesta...
Jika kita telusuri asal muasal permasalahan ini, bisa jadi berawal dari tayangan televisi yang sering ditonton. Dari kebiasaan inilah akhirnya ada peniruan atau direalisasikan dalam kehidupan secara nyata. Ditambah lagi dengan kontrol dan filter yang kurang dari pihak rumah, sehingga hal-hal yang ada di televisi (terutama yang sering mereka tonton) dijadikan bahan acuan untuk ditiru.
Peniruan perilaku secara mentah-mentah yang terjadi ini, jelas menjadi perhatian bersama. Sehingga ketika menyaksikan televisi hendaknya didampingi dan diarahkan. Bila perlu diberikan edukasi mana yang boleh dan tidak boleh dengan disertai alasan yang masuk akal. Dengan demikian setidaknya bisa mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Allahu'alam.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.