"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Berkata itu perak, sedangkan diam itu emas". Pepatah ini tentu sangat familiar di telinga kita. Tapi kadang juga disalahartikan, terutama oleh kaum istri. Ketika sang istri diam, tandanya berarti emas. Cepat-cepatlah bawa ke toko emas, pasti diamnya sembuh dan normal. Meski pelesetan, tentu itu dapat merusak makna pepatah di atas tadi. Sebab yang dimaksud diam di atas adalah tidak berbicara sesuatu yang dapat menimbulkan fitnah dan sebagainya.

Ibnu Mubarak ditanya terkait apa maksud dari ucapan Lukman kepada anaknya yang berbunyi "Apabila berkata itu perak, maka diam itu emas" Ia menjawab, "Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung maksiat adalah emas." Dalam kitab Nashaihul Ibad, diam adalah ashamtu. Ashamtu yang dimaksud adalah assukutu yang berarti diam dari sesuatu yang tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunia, atau diam tidak membalas terhadap orang yang membencinya. Diam merupakan sebagian dari ibadah yang paling tinggi, karena kebanyakan kesalahan itu timbul dari lisan. Begitulah lidah, kecil bentuknya dan tidak bertulang, tetapi sangat membahayakan si pemiliknya.

Lisanu al-mari min khadami al-fuaadi, demikian bunyi pepatah dari Mahfudzat yang pernah penulis pelajari. Artinya lidah seseorang itu merupakan "perpanjangan tangan" hatinya. Atau dengan kata lain, ucapan seseorang menggambarkan bagaimana isi hati si pemiliknya. Jika ucapannya santun dan baik, maka hatinya juga sama dengan apa yang diucapkannya pula. Atau dalam pepatah yang lain, Al-kalamu sifatu al-mutakallimi, tutur kata merupakan gambaran sifat si penuturnya.

Jika tidak dapat menjaga diri (dari bahaya lisan), bisa menyebabkan banyak persoalan. Umpatan, tuduhan yang tak berdasar, mencari-cari kesalahan dan sifat lainnya, dapat menghinggapi siapa pun. Ujung-ujungnya banyak pihak yang tersakiti. Malahan, tidak hanya lisan yang berbahaya; tulisan pun kini punya peran yang sama bahayanya. Jagalah ucapan dan tulisan, agar tercipta suasana yang damai dan tenang. Renungkanlah pepatah yang satu ini, "Alkalamu yanfudzu maalaa tanfudzyhu al-ibaru" artinya perkataan itu dapat menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum.

Jika dirasa tidak berefek dengan pepatah diatas, mari renungi pula hadits ini "Bisa jadi seseorang itu mengatakan satu patah kata yang menurutnya tidak apa-apa, tetapi dengan kalimat itu ia jatuh ke neraka selama tujuh puluh tahun". (HR. Tirmidzi).

Saat ini, berdiam diri dan menahan diri merupakan sebuah langkah yang sangat dianjurkan. Bukan karena tidak mampu melakukan atau mengambil tindakan, tetapi lebih kepada menjaga diri agar tidak memperkeruh suasana. Sebab langkah yang diambil bisa menyebabkan multi-tafsir dan diterjemahkan dengan sekehendak orang yang membacanya. Baik bisa dianggap buruk, bahkan yang buruk dibuat seolah baik. Jelas ini sudah tidak sehat dan berbahaya. Sehingga, alternatifnya adalah dengan diam.

Uzlah, Sebagai Solusi
Peran media yang kini begitu massif tidak dapat dibendung lagi. Satu-satunya filter yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi diri dari media sosial yang telah terkontaminasi hoaks dan cenderung memecah belah rakyat. Jika dalam diri tidak dibentengi dengan sikap diam, tentu yang terjadi adalah kita akan terbawa arus di dalamnya. Cara kongkritnya adalah, diam sejenak lalu renungi dalam-dalam akan dampak dari informasi yang telah diterima.

Dalam bahasan ilmu tasawuf, ada istilah uzlah. Proses uzlah dilakukan oleh seseorang yang ingin mengosongkan batinnya dari perkara-perkara yang menurutnya membuat sumpek atau kalut. Sehingga, ia ingin mengosongkan hati dan pikirannya dari kesumpekan tersebut, dengan cara berdiam diri di suatu tempat yang sepi dari keramaian dan hiruk-pikuk manusia (menyepi dan menjauh dari keramaian, semisal ke hutan atau goa-goa dst).

Cara beruzlah di atas, merupakan salah satu pendapat yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali. Mengasingkan diri secara menyeluruh (baik jasad dan ruh) ke tempat yang sunyi, sehingga menemukan ketentraman jiwa dan hatinya. Tentu, dalam beruzlah model ini diisi dengan amalan-amalan ibadah kepada Allah swt (bukan sekedar mengasingkan diri dari keramaian semata. Amat bahaya, bisa jadi yang datang bukan cahaya Allah, tapi setan yang masuk dalam dirinya). 

Mengasingkan diri dari manusia, agar menguatkan sinyal-sinyal ketersambungan dengan sang maha kuasa. Bagi mereka yang ingin memperoleh ketentraman hati dan ketenangan jiwa, serta mengolah hati agar lebih baik silakan beruzlah. Mencari kedamaian dalam diam, hanya akan diperoleh dengan cara beruzlah. "Tiada sesuatu yang sangat berguna bagi hati (jiwa), sebagaimana "uzlah untuk masuk ke medan berpikir (tafakur)" menurut Ibnu Athailah (al-Hikam).

Adapun pendapat yang lain, misalnya pendapat Imam "Atha, tidak perlu menyepi dari hiruk-pikuk dunia, cukup ruhnya saja yang dilatih dan didiamkan dari perkara keduniaan, sedangkan jasad tetap berinteraksi dengan manusia pada umumnya. Cukup hawa nafsunya yang ditekan dan ditahan untuk tidak terpaut cinta akan dunia. Misalnya, jika malam tiba, barulah ketersambungan itu dimaksimalkan, diisi dengan berdzikir, shalat malam, dan tafakur kepada Allah.

Proses uzlah merupakan cara yang efektif dalam menanggulangi permasalah hati dan diri dalam hal keduniaan, pun demikian untuk menjalin kelekatan dengan sang pencipta. Begitupula dengan masalah-masalah yang saat ini ada di sekitar kita. Berbagai cara sudah dilakukan, dan sesuai prosedur, lalu pihak-pihak yang terkait juga sudah turun tangan, tinggal kita sebagai penikmat (objek) di bawah, yang harus menahan diri dan merenungi dalam-dalam agar tidak memperkeruh suasana.
Perilaku pengguna medsos yang belum dewasa dan dengan mudahnya membagikan sesuatu yang belum tentu kebenarannya, merupakan momok yang sukar diselesaikan, bahkan menjadi tantangan sendiri bagi kita untuk terus terjaga. Mungkin waktulah yang akan menyadarkan mereka dengan sendirinya.

Dalam mengahadapi konflik pun demikian. Terkadang kita membutuhkan sikap diam dalam menanggapinya. Diam di sini bukan berarti acuh dan membiarkannya, tetapi lebih kepada merenung untuk mencari solusi dan bantuan dari petunjuk sang kuasa. Bukankah Rasulullah juga pernah melakukan kontemplasi ke gua hira? Cara yang dilakukan oleh Rasulullah bukankah sama dengan cara "diam" dari kegundahan yang beliau rasakan?

Namun jika belum ada cara untuk menyelesaikannya, maka diam menjadi solusi terbaik. Diam merenung dan berpikir sejenak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang tengah dihadapi. Bukan sembarang diam, melainkan yang dapat menimbulkan kedamaian yang hakiki, ketenangan dan kejernihan dalam hati, ketajaman dalam pikiran, kedalaman dalam akhlak yang baik, serta totalitas seseorang dalam penghambaannya kepada Illahi.

Penutup
Nabi bersabda "Shalat itu tiang agama sedangkan diam dari (ucapan dan perbuatan jelek) lebih utama daripada ibadah dan sedekah yang dapat memadamkan murka Allah. Puasa itu perisai dari siksa neraka, tetapi diam itu lebih utama. Jihad itu puncaknya agama, tapi diam itu lebih utama. Diam dari ucapan dan perbuatan jelek adalah ibadah yang paling tinggi." (Maqalah kesebelas, bab keempat)
Diam itu adalah perhiasan bagi orang yang alim dan selimut (penutup) bagi orang yang bodoh, dan diam itu rajanya akhlak. Diam juga mengandung hikmah yang banyak, akan tetapi sedikit orang yang melakukannya. Bila diam ini diamalkan dengan sebaik-baiknya, maka semua yang tidak diinginkan dapat dihindari. Akan tetapi jika belum bisa diam dengan sepenuhnya, setidaknya kurangilah sedikit kejelekan yang ada dalam diri.

Hiruk pikuk duniawi memang sungguh menggoda. Maka tidak aneh, jika dunia dengan segala pernak-perniknya selalu menjadi primadona di dalam hati manusia. Harta, jabatan, kekuasaan, wanita, dan lain sebagainya selalu memenuhi rongga-rongga hati setiap manusia, yang pada akhirnya melalaikan mereka dari hakikat tugas kehidupan yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah. (QS. Adz-Dzaariyaat [51] : 56) "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".

Hati akan sakit, dan mati. Jika sudah mati, maka akan merusak komponen-komponen lain dalam tubuh manusia. Perilakunya akan sulit dikontrol, sehingga setanlah pengendalinya. Alhasil orang yang sudah terindikasi memiliki hati yang mati, akan semakin jauh dari cahaya illahiah. Agar tidak terserang sakit yang semakin parah dan sukar disembuhkan, maka cara yang paling simpel dalam menghadapi dunia ini dengan cara diam sesuai dengan ketentuan di atas. Allahu'alam.

Amir Hamzah
Ngaji di UII. Tulisan ini diterbitkan buletin alrasikh pada tanggal 21/12/18. Nama penulisnya di buletin menggunakan nama Pandu Wiranta. Bisa dicek di alamat alrasikh.uii.ac.id
___
"...Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)..." (Qs. Al-Kahfi [18] : 10)

Sebentar lagi momen ini akan tiba, dan pada tanggal 28 Oktober biasa kita peringati sebagai hari sumpah pemuda yang berisi bertumpah darah satu, yaitu tumpah darah Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia dan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong. Sumpah pemuda pertama diikrarkan untuk menumbuhkan semangat perjuangan bangsa Indonesia pada waktu itu masih dijajah oleh Belanda. Perumus sumpah pemuda adalah Moh. Yamin.

Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas di bawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu.

Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli. Tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Anak muda zaman dahulu sudah memberikan sumbangsih yang luar biasa pada Negara ini. Bahkan juga, para pemuda mengkalim yang menggulingkan kekuasaan orde baru setelah sekian puluh tahun berkuasa. Lalu, di masa depan nanti, apakah para pemuda Indonesia akan memberikan kontribusi untuk Negara ini? apalagi saat ini dikenal dengan istilah era disrupsi akibat revolusi industry 4.0.

Belajar dari Ashab al-Kahf
Kisah sumpah pemuda mencerminkan bahwa pemuda adalah masa di mana semangat yang tinggi, menggelora, pantang menyerah, dan tak tergoyahkan dalam menggapai sebuah harapan. Semangat inilah yang menjadi hal positif dalam diri pemuda. Di dalam al-Quran Allah mengisahkan pemuda yang kukuh dalam keyakinannya kemudian melawan rezim kekuasaan di masa itu, sehingga mereka lari kedalam gua dan kemudian Allah menidurkannya selama tiga ratus tahun lebih. Allah berfirman di dalam surat Al-Kahfi [18] ayat 10-13:

"(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk".

Mereka adalah para pengikut Isa yang melarikan diri dari kekejaman Romawi untuk mempertahankan tauhid yang mereka anut, mereka ditidurkan selama tiga ratus tahun (kurang lebih) dan kemudian dibangunkan kembali untuk membuktikan kekuasaan Allah swt. dalam membangkitkan manusia pada hari kiamat kelak.

Dalam tafsir Al-Misbah, kata fityah adalah bentuk jamak dari fata yang artinya remaja. Kata ini bukan saja mengisyaratkan kelemahan mereka dari segi fisik dan jumlah yang sedikit, tetepi juga usia yang belum berpengalaman. Namun demikian, keimanan dan idealisme pemuda itu meresap dalam benak dan jiwa, sehingga mereka rela meninggalkan kediaman mereka untuk mempertahankan idealisme yang ada dalam dirinya. Idealisme anak muda memang seringkali mengalahkan kebijaksanaan dan pengalaman orang tua, itulah kenapa  Nabi Muhamad mengingatkan agar memberi perhatian kepada para pemuda, karena seperti sabda Rasulullah "mereka yang mendukung saya saat orang tua menentang saya".

Belajar dari Nabi Ibrahim AS.
Selain kisah dari ashab al-Kahfi ada juga kisah dari Nabi Ibrahim as. Menurut al-Biqa'i kedudukan Nabi Ibrahim adalah sebagai pengumandang tauhid, melalui pengalaman ruhaninya. Ia menemukan tuhan yang maha esa dan meyakininya, bahwa dia bukan tuhan suku, atau tuhan masa tertentu, tetapi tuhan seluruh alam. Sehingga Nabi Ibrahim wajar menyandang gelar pengumandang ketuhanan yang maha esa, karena sebelum masa nabi Ibrahim para nabi (sesuai dengan perkembangan akal masyarakatnya) memperkenalkan Allah sebagai tuhan yang mereka pahami sebagi tuhan suku atau tuhan kelompok tertentu.

Nabi Ibrahim datang dengan memperkenalkan tuhanNYA sebagi tuhan seluruh makhluk yang menyertai mereka dalam keadaan sadar maupun tidur, menyertai mereka bukan hanya dalam kehidupan dunia ini tapi berlanjut hingga hari kemudian.

Nabi Ibrahim as. Lahir di daerah Babyl, ayahnya bernama Azar. Ayahnya sangat dicintai oleh Raja Namrud, karena ia sangat pandai mambuat patung berhala dan patuh kepada Raja Namrud. Walaupun Ibrahim anak seorang pembuat berhala, tapi tidak lantas mengikuti ayahnya. Allah memberikan hidayah kepada Nabi Ibrahim untuk tidak menyembah berhala dan menolak ajaran sang ayah. Nabi Ibrahim ketika remaja, ia sudah berpikir tentang adanya alam ini. Apa yang terlihat matanya seperti bintang, rembulan, matahari, dan lain-lain kemudian ia timbang-timbang siapakah mereka itu semua.

Nabi Ibrahim heran melihat arca yang disembah padahal tidak bias bergerak tidak bisa mendegar. Tidak bias menjawab terhadap apa yang dimintakan oleh yang menyembahnya, serta tidak mendatangkan kemadharatan dan mendatangkan manfaat bagi yang menyembahnya. Kemudian Nabi Ibrahim bertanya kepada ayahnya. "Kenapa patung itu disembah?" Ayahnya menjawab "Ini sudah mejadi sesembahan nenek moyang kita dan sudah menjadi warisan turun temurun". Allah berfirman dalam Surat al-Anbiya : 52-56

"(ingatlah), ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah Ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?". Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?". Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang Telah menciptakannya: dan Aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu".

Nabi Ibrahim memiliki rencana untuk menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh Kaum Namrud. Ketika Raja Namrud beserta kaumnya mengadakan upacara, tempat menyembah berhala itu sepi, maka Nabi Ibrahim menjalankan rencananya untuk memenghancurkan patung patung tersebut. Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala, dan yang disisakan hanya satu yang besar kemudian kapak yang dipakai oleh Nabi Ibrahim di kalungkan di leher patung yang besar itu.

Ketika mengetahui  Raja Namrud dan para pengikutnya menemukan berhala-berhala itu telah hancur maka pelakunya sudah jelas yaitu Ibrahim. Dipanggilah Ibrahim, di sana Nabi Ibrahim berdebat dengan kaum Namrud, ia berusaha melawan kaum Namrud dengan kebodohan mereka sendiri. Al-Quran mengabadikan percakapan Nabi Ibrahim dengan Kaum Namrud dalam surat al-Anbiya [21] ayat 59-64.

"Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami, Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim." Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala Ini yang bernama Ibrahim ".  Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar Itulah yang melakukannya, Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". Maka mereka Telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)".

Karena mereka marah terhadap Ibrahim maka akhirnya kemudian Kaum Namrud menyediakan kayu bakar untuk membakar Nabi Ibrahim, yang telah menghancurkan sesembahan mereka. Akhirnya pertolongan Allah pun datang, dan memberikan mukjizatnya kepada Nabi Ibrahim. Api yang sifatnya panas, dan dapat membakar, ternyata tidak melukai tubuh Nabi Ibrahim sedikitpun. Berkat idealisme Nabi Ibrahim sewaktu muda, tidak mau menyembah sesembahan yang telah turun-temurun, mengantarkan nabi Ibrahim menemukan tuhan yang sebenarnya, diselamatkan oleh Allah dari kekejaman kaumnya dan mendapat gelar khalilullah (kekasih Allah).

Penutup
Kisah para pemuda di atas, memberikan gambaran yang nyata kepada kita, bahwa idealisme yang dimilki oleh para pemuda merupakan idealisme yang tinggi dan mampu mengalahkan kebijaksanaan orang tua. Kemerdekaan Indonesia ini tak lain adalah buah dari idealism para pemuda yang mendesak Presiden Sukarno untuk segera mengumumkan kemerdekaan dengan dasar Jepang sudah mundur dan mengaku menyerah. Momen ini dianggap tepat oleh para pemuda untuk segera mengambil alih (untuk merdeka).

Lalu, dua kisah yang ada di dalam al-Quran merupakan hikmah yang harus kita ambil dengan sebaik-baiknya. Para pemuda yang ditolong oleh Allah dan ditidurkannya selama tiga ratus tahun lebih merupakan keteguhan para pemuda dalam memegang ketauhidannya. Begitupula dengan kisah Nabi Ibrahim As. yang dengan idealisme yang tinggi ia berusaha untuk mencari kebenaran yang sebenar-benarnya. Akibat mempertahankan idealismenya inilah ia dibakar oleh Kaum Namrud, dan seketika itu pula pertolongan Allah datang dengan mukjizatnya.

Al-akhir, pemuda adalah pejuang masa depan, yang di tangannya ada harapan baru dan semangat baru yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang baru pula. Mudah-mudahan negri ini memperoleh generasi baru yang mampu memberikan kedamaian dan kesejahteraan, serta menjadi pelindung bagi semua makhluk di era disruptif ini. Harapan terkhusus, yaitu agar pemuda yang menjadi tumpuan masa depan, mampu memberikan dampak yang positif bagi keberlangsungan Negara Indonesia tercinta ini.

Yakinilah pula, jika Allah akan menjadi penolong selama idealisme yang ditampilkan murni untukNYA. Bukan sekedar pencitraan apalagi untuk sekedar mencari sensasi agar menjadi viral di dunia maya lalu mendapat popularitas. Naudzubillah.

Amir Hamzah
Ngaji di UII | Tulisan ini diterbitkan oleh alrasikh.uii.ac.id tanggal 26/10/18 dengan menggunakan judul Pemuda Idaman dan nama penulisnya juga diubah dengan menggunakan nama Pandu Wiranta mahasiswa Kimia UII angkatan 2016.
___
Pukul setengah sepuluh tadi malam (22/18), saya dikagetkan dengan sebuah pesan suara dari whatsapp. Isinya kurang lebih begini "Mohon doanya, semoga kami diberikan keselamatan. Ini sekarang lagi ngungsi di gunung..."

Setelah mendapat kabar (yang cukup bikin hati gelisah tersebut) dari salah seorang keluarga jauh ini, saya langsung cek ke internet dan nyari info terbaru. Terutama ke situsnya BMKG dulu, tapi updatenya yang terakhir itu tentang gempa lombok tadi sore hari. Untuk info Labuan - Banten belum ada.

Buntu di sana, cari info diberita online. Tapi masih minim sumber yang di dapat. Maka kesimpulan sementara yang saya cari belum didapat. Akhirnya coba mengais informasi dari kerabat yang tadi sedang mengungsi. Katanya, pas terakhir chatt, ada getaran yang cukup kencang. Ada sura dentuman keras juga, tapi cuma sekali.

Setelah dicek lagi ke berita onlien, didapatlah info dari twitter bmkg yang menyatakan bahwa hal itu bukan tsunami, hanya gelombang pasang biasa yang disebabkan bulan purnama. Masyarakat diminta tenang. Karena mendapati info dari bmkg seperti itu sudah agak tenang.

Tetapu setelah beberapa menit, hape mulai rame dengan kiriman video dan kiriman suara orang yang sedang panik dan suaranya tersengal-sengal. Ada video air yang naik, orang yang siap ngungsi dan lain sebagainya. Dugaan sementara, jangan-jangan ini hanya dibesar-besarkan beritanya oleh oknum tertentu. Makanya saya tetap menahan diri untuk tidak gegabah dan mengupload sesuatu untuk dijadikan status di medsos.

Asumsi awal saya ketika itu, tentang anak Gunung Krakatau. Makanya yang saya tanyakan pertama kali ada gempa atau tidak, jawabnya tidak ada, hanya yang ada getaran saja. Terus yang kesapu air laut, itu yang jaraknya benar-benar dekat dengan tepi pantai. Sehingga wajar kalau rusak dan hancur semua. Air laut sudah sampai ke jalan, karena posisi jalannya memang di dekat pantai.

Tetap berusaha tenang dan berpikir jernih. Ini yang saya coba lakukan. Sambil mencari informasi sebanyak mungkin, supaya tidak salah informasi. Awal-awal sempat sedikit kecewa juga dengan situsnya BMKG yang seolah bikin seseuatu yang terkesan tidak serius, katanya gak berpotensi tsunami tapi yang di lapangan terjadi cikup bertolak belakang.

Belakangan baru saya tahu kenapa BMKG terkesan lambat dan sekaligus terkesan inkonsisten, cukup wajar hal ini terjadi sebab ternyata alat yang digunakan oleh bmkg tidak secanggih alat dan semodern yang dimiliki negara Jepang. Alat mereka lebih akurat dan cepat. Sehingga bisa lebih dini juga memberikan informasi terkait bencana.

Terkait dengan musibah yang sudah terjadi ini, mari kita jadikan pelajaran dan proses untuk intropeksi diri terutama tentang hubungan kita dengan sang maha pencipta. Musibah ini teguran, peringatan bagi kita yang mungkin sudah lalai atau melupakan dirinya. Mari tingkatkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah swt. jangan buat Dia marah sehingga mengirimkan azab yang lainnya.

Cukuplah yang demikian ini sebagai bentuk peringatan bagi kita sebagai manusia yang berpikir. Allahu'alam...

Banyak banget yang menulis fakta-fakta unik mengenai dirinya sendiri. Di facebook, blog dan medosos lainnya bisa kita temukan itu. Tadinya, saya tidak tertarik untuk mengikuti ide di atas, tetapi karena beberapa pertimbangan akhirnya pikiran itu berubah."Tidak ada salahnya untuk dicoba...".

Kira-kira dari 17 fakta ini, para pembaca bisa mengenal karakter dan sifat yang ada dalam diri saya. Mungkin kepribadian saya juga bisa ditebak, heeheee. Salah satu alasan kenapa saya menuliskan fakta-fakta ini di blog pribadi, tak lain supaya yang belum kenal bisa lebih mengenal lagi.

1. Terlahir ke dunia ini dengan memiliki saudara kembar yang identik (katanya sih). Meskipun nama yang disematkan ke kami tidak seperti anak kembar yang lainnya. Amir Hamzah dan Tajul Arifin, inilah nama kami. Karena punya embel-embel kembar itulah, kenapa akhirnya saya senang menggunakan kata "twin(s)boy" (sengaja huruf 'S' diletakan di tengah) sebagai pembeda dengan yang lainnya (meski salah secara penulisan).

2. Dari kecil sudah terbiasa menggembala kambing. Bahkan hingga lulus sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) masih menggembala kambing. Sebab kalau tidak menjalankan tugas yang satu ini, bisa kena marah dan tidak mendapat jatah makan sore.Itu hukuman yang harus diterima, bila berani membantah tugas dari orang tua.

3. Sudah terbiasa mandiri dari kecil. Misal, pakaian yang kami kenakan, sudah jadi tanggung jawab sendiri-sendiri. Urusan mencuci baju orang tua sudah tidak mengurusi. Waktu sekolah SD, khusus seragam masih dicuci orang tua. Sudah masuk Madrasah Tsanawiyah, semuanya kami lakukan sendiri, termasuk menyetrika seragam sekolah.

4. Semenjak SD hingga Madrasah Aliyah (MA) tidak suka jajan. Karena tidak pernah punya uang untuk jajan. Kalau pun punya, tidak berani untuk jajan. Seolah ada rasa malu aja,  karena biasanya juga enggak jajan. Alasan yang paling mendasarnya, yaitu takut ditanya “Tumben nih jajan… biasanya juga enggak..”

5. Ketika Sekolah Dasar, dibuatkan kursi khusus. Jangan dibayangkan zaman kami sekolah fasilitasnya seperti sekarang ya.Dulu jumlah kursi dan meja minim. Bentu kursinya kayak model sekarang, di sebelah kanan kursi ada tempat untuk menulis. Jadi, selama duduk dari kelas 2 hingga lulus, duduknya di kursi itu. Tiap tahun kursinya juga ikut naik kelas.

6. Pernah juara lomba mata pelajaran Bahasa Indonesia, ketika ikut lomba di kecamatan. Waktu itu antara kelas 5 atau kelas 6 SD pokoknya, lupa-lupa ingat gitu. Hadiahnya cuma piagam kala itu, dan tahunya dari wali kelas pas diumumin di kelas. Serifikat/piagamnya itu tinggal kenangan, sudah raib di peristiwa tahun 2000.

7. Selalu dapat rangking dari kelas satu hingga kelas 6 SD. Bahkan dapat nilai terbesar ketika ujian pelulusan Sekolah Dasar. Bukan maksud untuk dibanggain atau niat pamar juga sih, justru karena dianggap biasa saja, makanya ditulis. Malah yang luar biasa gak dicantumin heehee..

8. Ketika sekolah di Madrasah Tsanawiyah, prestasi melorot menjadi ke-3. Pernah, pas awal masuk caturwulan pertama, mendapat ucapan SELAMAT dari guru matematika langsung, karena di awal tes nilai matematika paling besar di antara teman sekelas, dan itu mmcukup mengesankan sekali.

9. Pernah mengalami kejadian yang luar biasa, dan tak akan pernah dilupakan.Tepatnya bulan Desember tahun 2000. Rumah terbakar karena terjadi arus pendek di kabel atas. Tak butuh lama, dan hanya beberapa menit, bangunan rumah sudah rata dengan tanah dan menjadi arang. Tidak ada benda apa pun yang sempat dibawa, hanya pakaian yang dikenakan waktu itu. Peristiwa ini terjadi kira-kira pukul 01.00 dini hari.

10. Tinggal di "rumah sementara" yang hanya berdindingkan batu-bata, sebagai tempat sementara. Bentuknya persegi, atapnya ada genting dan hateup (dari daun kirai) dan cuma satu ruangan alias tidak ada kamar. Tidur dengan tikar seadanya dan mengandalkan pakaian sumbangan dari saudara-saudara. Memilih tinggal sementara di sana, karena tidak mau merepotkan saudara yang lain.

11. Meski mengalami masa-masa yang sulit, tetapi akhirnya semua itu dilewati dan bisa bangkit. Butuh motivasi yang besar untuk bisa bangkit; melupakan semua yang telah terjadi, dan belajar mengkhlaskan semuanya. Lalu merubahnya dengan rasa syukur yang tiada tara, sebab masih diberikan kesempatan hidup.

12. Menjalani masa sekolah Madrasah Aliyah (MA) yang lebih lama, yaitu 4 tahun. 1 tahun digunakan untuk pengenalan program bahasa. Wajar telat dijalan, dan teman-teman yang lain sudah pada lulus juga. jadi serba tertinggal.

13. Nganggur selama satu tahun selepas lulus dari pesantren. Awalnya mau kuliah dengan mengandalkan info beasiswa yang ada. Tetapi setelah dicari-cari akhirnya tidak lolos dan ada juga yang telat daftarnya.

14. Penyuka celana bahan. Hampir semua celana yang dipunyai bentuk dan modelnya sama, warnanya juga yang gelap. Tetapi, baru-baru ini suka dengan celana levis. Meskipun alasan utama gak suka levis karena malas mencucinya.

15. Punya kemeja, celana dan sandal yang (sampai saat ini) masih tetep awet meski sudah dipakai dari tahun 2008. Selama seminggu sekali masih sering dikenakan. Meski warnanya mulai sedikit berubah dan agak kusam.

16. Punya cita-cita pengen punya sanggar, komunitas belajar, syukur-syukur punya pesantren khusus orang-orang hebat. Punya tempat kursus juga atau semacam tempat untuk memberikan pelatihan berupa soft skill bagi masyarakat, sehingga mereka bisa mandiri dan mengembangkan kemampuan soft skillnya sendiri-sendiri (mandiri).

17. Punya komunitas diskusi dan organisasi yang memberikan edukasi bagi semua level usia. Tujuannya supaya bisa membumbing, membangun, mencerdaskan, dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi kemajuan zaman.

Sebetulnya masih banyak lagi fakta-fakta lain yang belum saya tulis. Bahkan bisa jadi jumlahnya lebih dari angka 17 juga, tetapi setidaknya yang sedikit ini semoga sudah bisa mewakili. []

Sewaktu mengkhatamkan Juz ke 19 dari al-Quran, tepatnya di surat An-Naml ayat ke 39-40 ada kisah yang dulu sempat jadi bahan kontemplasi dan kini kisah itu kembali coba kupahami dengan seksama. Yaitu kisahnya Nabi Sulaiman yang hendak memindahkan kerajaannya.

Dalan dialog tersebut, pertama ada 'Ifrit dari golongan jin yang sanggup memindahkan kerjaan Nabi Sulaiman, dengan durasi waktu "Qabla antaquma min maqamik.." yaitu sebelum beliau bangun dari duduknya.

Lalu yang lebih mencengangkan lagi, ternyata ada yang mampu lebih cepat dari Si 'Ifrit tadi. Tak tanggung-tanggung, durasinya adalah "Qabla anyartadda ilaika tharfuk.." Sebelum mata Nabi Sulaiman mengedip. Dengan kata lain, ia mampu melakukannya sekejap mata.

Siapakah orang kedua ini? Kok ia bisa dan mampu mengalahkan kemampuan yang dimiliki dari golongan raja jin. Dalam ayat tersebut dituliskan "Alladzii 'Indahu 'ilmun minal kitaab..." Yaitu orang yang memiliki ilmu dari kitab (ahli kitab). Berarti sejatinya ia adalah manusia biasa.

Kesimpulannya, atau pelajaran yang dapat diambik di antaranya: Pertama, manusia memang bisa samapi setaraf dengan malaikat ketika beribadah dengan sebenar-benarnya. Tetapi jika mengerjakan apa yang diperintahkan setan, manusia juga bisa setara dengan setan.

Kedua, Tidak ada kekuatan yang lebih hebat dan dahsyat jika dikembalikan kepada Allah swt. Kemampuan yang menurut akal manusia mustahil, tetapi bagi Allah semuanya mungkin. Berarti jangan bersandar atau meminta pertolongan ke bangsa jin, sebab mereka sejatinya juga lemah. Manusia tetap lebih unggul, bila terus bertaqwa kepada Allah swt.

Ketiga, perlu diperhatikan kenjutan ayat tersebut. Kemampuan tersebut berasal dari Allah. Apakah dengan kemampuan tersebut menjadikan tambah bersyukur atau malah ingkar. Perhatikan kalimat ini "Hadza min fadli rabbi.. liyabluani aasykuru amakfur..." Ketika seseorang telah bersyukur, maka kenikmatan itu akan kembali kepadanya.

Keempat, ternyata jawaban sederhana yang bisa kita jadikan kesimpulan kenapa golongan jin itu kalah, sebab ia mengaku bahwa dirinya adalah makhluk terkuat dan dapat diandalkan. Artinya, ada sebuah kesombongan dalam dirinya. Jika dibandingkan dengan seorang ahli kitab tadi, jelas ia menganggap bahwa semuanya atas izin sang mahakuasa, Allah subhanahu wata'ala.

Kelima, jadilah manusia yang selalu menyandarkan diri kepada Allah swt. meskipun urusan itu amat kecil, (semisal karena tali sendal yang putus, sekalipun) karena Allah adalah tempat untuk mengadu. Allahu'alam []

Sebelum menjadi keluarga SAKINAH yang dihiasi dengan MAWADDAH dan RAHMAH, antara lain ada beberapa tahapan yang mesti dilalui lebih dulu. Di antaranya:

1. Tahap Bulan Madu
Masa dimana sedang menikmati manisnya sebuah perkawinan. Sangat romantis, penuh cinta dan senda gurau. Pada tahap ini biasanya digambarkan bersedia hidup dalam suka maupun duka.

2. Tahap Gejolak
Mulai timbul gejolak, kejengkelan, sifat aslinya sudah kelihatan, sudah mulai menyadari bahwa perkawinan bukan sekedar romantisme, tapi ada kenyataan2 baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Masing-masing akan menyesal kenapa harus memilih ia sebagai pasangan hidupnya. Terancam cerai dan gagal. Namun kesabaran dan tolransi akan membawa mereka ketahap selanjutnya.

3. Tahap Perundingan dan Negosiasi
Jika keduanya saling membutuhkan, maka tahapan ini akan dilalui. Keduanya akan mulai mengakui kekurangan dan kelebihan masing-masing. Lanjut ke tahap selanjutnya.

4. Tahap Penyesuaian
Keduanya sudah mulai menunjukan sifat aslinya dan saling perhatian serta menunjukan penghargaannya. Merasa nikmat menyatu bersama kekasih, berkorban dan mengalah demi cinta.

5. Tahap Peningkatan Kualitas Kasih Sayang
Keduanya sudah menyadari secara sepenuhnya (bahwa hubungan suami istri memang sangat berbeda dengan segala bentuk hubungan sosial lainnya). Pada tahap ini masing2 menjadi teman terbaik dalam bercengkrama, berdiskusi, serta berbagi pengalaman. Keduanya berusaha melakukan yang terbaik demi menyenangkan pasangannya.

6. Tahap Kemantapan
Masing-masing merasakan dan menghayati cinta kasih sebagai realitas yang menetap, sehingga sehebat apapun guncangan mendera, mereka tidak akan bisa menggoyahkan rumah tangganya. Memang riak-riak kecil akan tetap ada, namun riak-riak yang tidak akan menghanyutkan. Pada tahap inilah mereka merasakan cinta sejati.

Tahapan ini merupakan gambaran umum yang biasa dijalani hubungan suami istri. Tetapi ini sifatnya relatif, urutannya tidak permanen. Bukan tidak mungkin juga ada tahapan-tahapan yang lainnya.

(Sumber : Tafsir AlQuran Tematik, badan litbang dan diklat kementrian agama RI, Kamil pustaka. [Cet. IV] tahun 2017)
___

Pagi ini cuaca amat cerah, secerah hatiku yang sedang berbunga-bunga. Meskipun dari info BMKG yang kudapat, nanti siang kondisi Jakarta akan turun hujan deras. Sedikitpun tak merubah cuaca hatiku.

Hari ini kegiatanku tetap sama, pergi ke kantor dekat Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta Barat. Dari Grogol naik angkot, turun di jalan Kiai Tapa (pas flyover) sebelum gedung Roxy Square. Tinggal nyebrang jalan, sudah sampe di pintu gerbang tempatku mengabdi.

Tak terasa sudah hampir 5 tahun mondar-mandir di Jalan Tawakal dan Masjid Al-Ikhlas. Adapun dengan yang bangunan yang satu ini (kampus B), seolah sudah jadi rumah keduaku, tentunya setelah rumah di kampung tempatku dilahirkan.

Berkenaan dengan waktu 5 tahun pengabdianku, aku teringat akan kisah para penegak agama (menolak menyembah dewa-dewi) yang berjuang gigih. Mereka ikhtiar dengan segala macam cara (usaha secara maksimal), tetapi tak berhasil. Ujungnya, mereka kalah dan dijadikan buronan. Mau tak mau mereka bersembunyi ke suatu tempat. Mereka adalah Ashab Al-Kahfi.

Masyarakatnya bernama Ephesus - Romawi, Agamanya Nasrani. Nama gubernurnya Daqyanus yang memerintahkan mereka untuk menyembah dewa-dewi (politeisme).Sebagian yang menolak ajaran itu adalah mereka yang kisahnya diabadikan dalam Qs. Al-Kahfi. Mereka lari ke gua setelah usaha maksimal dan bukan lari karena takut, melainkan karena dapat ilham.

Setetelah tempat persembunyian mereka diketahui, Daqyanus memerintahkan untuk menangkap mereka. Tapi ketika di depan pintu masuk gua, mereka dihinggapi rasa takut dan tidak ada yg berani masuk. Maka akhirnya Daqyanus mempunyai ide untuk menutup goa tersebut. Ditutuplah pintu goa agar mereka yang berada di dalam kelak mati dengan sendirinya, karena tidak bisa keluar.Ternyata harapan itu tidak tercapai. Allah memberikan mukjizat dan kuasanya.

Selama 309 tahun mereka tertidur di dalam gua, sebagaimana ditulis dalan alquran. Mereka bangun serasa baru kemarin. Lalu ke pergi ke pasar untuk membeli makan dan ternyata semua sudah berubah. Baru sebentar, tapi keadaan sudah cukup derastis berubah, tak ada lagi penduduk yang ia kenal. Ia merasa aneh, dan yang melihat dirinya pun seolah aneh dengan gaya pakaiannya.

Karena di pasar membayar dengan uang zaman dahulu (semasa mereka hidup di zaman Daqyanus) tentu sudah tidak berlaku lagi, sehingga dianggap penipu oleh sang pedagang dan akhirnya ditangkap. Setelah diintrogasi terbongkarlah kisah mereka. Mengetahui berita itu, para penduduk dan raja Theodosius bergegas ingin tahu. Ketika sampai ke tempat gua persembunyian, mereka hanya menemukan jasad orang yang telah diintrogasi beserta temannya.

Ternyata Allah mencabut nyawa mereka setelah utusan yang pergi ke pasar dan diintogasi tadi kembali membawa makanan, setelah mereka makan dan kembali tidur untuk selama-lamanya.  Mereka pun meninggal dengan tenang. Setelah memberikan tanda/petunjuk yang besar bagi kaum yang beriman. Adapun jumlah mereka diperdebatkan, bagi umat islam tentu hal itu bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan. Adanya bukti mereka ditidurkan selam 309 tahub sudah cukup menjadi bukti kebesaranNya.

Kepemimpinan pemerinrah telah beralih ke Theodosius dan masyarakatnya pun telah menjalankan ajaran agama dengan benar.
___
Sungguh indah dan bahagia, bila hidup ini disertai dengan keharmonisan, keselarasan, dan kebersamaan. Setidaknya dari tiga kata kunci atau tiga poin tadi, bermuara pada satu kata, yaitu kesalingan. Mengapa demikian?

Iya, harmonis itu terjadi karena saling memahami. Begitu juga dengan keselarasan bisa terbentuk akibat saling memiliki visi yang sama. Terakhir, kebersamaan muncul dari rasa saling melengkapi sehingga tidak ingin berpisah antar keduanya.

Saling itu bermakna bergantian. Jika yang satu khilaf, maka satunya mengingatkan. Begitu juga sebaliknya, gantian. Bisa dibayangkan kalau sudah tidak peduli, acuh dan masakbodoh. Maka tidak akan ada apapun, selain percekcokan dan perseteruan.

Begitulah hubungan itu, dibangun melalui kata saling. Bukankah ketika kita memiliki pekerjaan lalu dibantu, maka pekerjaan itu akan terasa ringan. Sebaliknya, ketika kita membantu orang yang telah meringankan pekerjaan kemarin. Saling menolong, lihat, sungguh indah bukan?

Istri tugasnya membantu tugas suami, begitu juga suami membantu tugas istri. Jika dalam rumah tangga terjadi hal yang demikian, pasti rumah tangganya harmonis. Tetapi jika sudah tidak ada sikap saling, kita bisa menebak dan merasakan situasi tersebut.

Poinnya, semoga kelak saya bisa menjadi orang yang mempraktikkan sikap saling ini. Lalu mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Harapan yang selanjutnya yaitu menjadi kepala keluarga dan sekaligus patner yang baik bagi rekan satu tim nanti, terutama dalam mengarungi masa depan.
____

Facebook sedang ramai diperbincangkan, pasalnya data pemiliknya telah bocor dan dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan untuk keuntungan tertentu. Bahkan katanya untuk kepentingan kemenangan pemilihan Donald Trump kala dirinya mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dengan Hillary Clinton.

Lebih luas lagi, data yang bocor bisa dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mendeteksi kelemahan sebuah Negara. Dengan adanya data tersebut, yang bersangkutan dapat dengan mudah wara-wiri ke Negara yang diinginkannya tanpa diketahui oleh siapapun. Atau dampak yang paling mengancam ialah, pundi-pundi kekayaan atau keuangan pemiliknya bisa saja lenyap secara tiba-tiba di tabungan atau rekiangingnya. Sungguh mengkhawatirkan bukan?

Inilah sebuah bukti nyata bahwa data pribadi bisa dimanfaatkan oleh pihak tertentu, cukup membuat shok dan panic sebagian orang. Oleh karena itu, maka data pribadi perlu dijaga. Apalagi data diri di media sosial, harus waspada tingkat tinggi, tidak asal menyimpan data pribadi di sana. Sebab media social merupakan pintu masuk segalanya.

Email Gratis

Ini pemikiran saya pribadi saja. Email merupakan alat yang serba bisa. Kalau bahasa saya, email adalah kunci inti yang serba bisa. Itulah sebabnya, jika ingin membuat akun apapun, syaratnya adalah email. Email dapat menyambungkan kita dengan akun medsos lainnya. Bahkan email juga kaya akan fungsi. Selain untuk menyimpan data, email juga banyak pilihan di dalamnya untuk kepentingan lain dan lebih banyak fitur yang kita butuhkan. Itulah email, fungsi dan kelebihanya.

Teorinya begini, saat ini kita secara tidak langsung sudah terbantu secara Cuma-Cuma alias gratis dengan bantuan email. Kita juga seolah sudah reflex menggunakan email tersebut. Lalu apa jadinya jika suatu saat email tersebut disalahgunakan? Bukankah kita sudah menjadi pengguna tetap dan data pribadi sudah tersimpan secara rapih di email? Hampir semua data-data penting ada di sana.

Atau, kalau kita berpikir sebagai jiwa ekonomi. Email karena sudah mendunia dan digunakan oleh semua manusia, bukan tidak mungkin suatu saat akhirnya dikomersilkan. Apa yang akan kita lakukan jika sudah demikian? Pasti kita akan rela membayar dengan harga berapapun asal, data yang ada di email tersebut kembali. Apakah ini tidak akan terjadi? Bisa saja, sebab kita tidak tahu siapa yang saat ini menguasai teknologi di muka bumi ini. Termasuk yang menguasai email yang kita gunakan ini.

Masih ingat dengan teori Paflov? ia menemukan sebuah teori pengulangan, kala itu anjing yang diberikan makan dengan membunyikan peluit. Setiap jam makan, peluit dibunyikan. Terus menerus dilakukan, hingga beberapa waktu. Lalu ketika bukan jam makan dan peluit dibunyikan, apa yang terjadi? Tepat, anjing tersebut datang dengan sendirinya.

Kita juga sebagai pengguna email, tentu akan dibegitukan (seperti anjing yang tadi, hanya saja saat ini tidak sadar), ketika email akan dihapus tiba-tiba dan kita tidak bisa mengaksesnya, apa yang akan kita lakukan? Lalu dari pihak pemiliknya mengatakan "Anda harus bayar dulu 10 juta, jika ingin datanya bisa diambil.." yang terjadi, kita pasti kita akan nurut ke pemilik akun tersebut. Mengerikan bukan?

Sekali lagi, ini hanyalah pikiran saya yang jauh kedepan. Entah ini akan terjadi atau tidak, wallahu'alam! Setidaknya kegelisahan ini patut kita renungkan bersama. Alahkan baiknya jika kita sedia paying sebelum hujan. Dari sekian ratus ribu juta penduduk Indonesia, tidak ada yang mampu membuatnya? Tentu penduduk negri ini jelas memiliki mereka yang otaknya di atas rata-rata. So bangkitlah! Stop jadi konsumen!

Hal di atas merupakan sesuatu yang belum terjadi, adapun yang jelas dan nyata sudah terjdi dan tak sadar kita alami adalah system ekonomi yang ada di dunia. Tak hanya di situ, adanya bank dan regulasi uang yang hanya dikuasai oleh matang uang dari satu Negara saja, alhasil maka mereka seolah merasa berkuasa dan terus mencari cara agar tetap berkuasa. Jelas, kini sudah menjadi system dan tidak mungkin untuk dilawan atau dihilangkan bahkan dihancurkan sekalipun.

Contoh lain, produk-produk yang saat ini kita nikmat silakan dicek, siapa pemiliknya, asal pabrik dan brand atau merek dagang yang ada di dalamnya. Pasti mengarah ke salah satu perusahaan besar yang kiblatnya ke salah satu Negara maju. Sekali lagi, kita hanyalah pemakai dan tidak bisa mampu untuk menyainginya. Bisa saja menyangingi, tetapi butuh proses dan waktu yang tidak sebentar.

Permisalan yang lain, ada penemuan dari seorang mahasiswa yang dapat menciptakan mobil listrik. Mobil ini ramah lingkungan dan beban biaya yang dikeluarkan bisa lebih hemat dari harga mobil yang ada saat ini. Satu sisi ini merupakan sebuah berita gembira, tetapi bagi korposari pembuatan mobil, jelas ini merupakan saingan baru yang harus segera disingkirkan. Jika tidak, mereka akan rugi dan beralih ke mobil baru.

Disini kita akan melihat bagai mana para perusahan mobil yang telah ada membungkam penemuan ini dan sebisa mungkin dihilangkan. Alasannya jelas banyak, bisa masih dalam konsep, bahan yang dibutuhkan sulit didapat atau lain sebagainya. Masalah intinya adalah, mereka tidak mau rugi, mobil yang mereka sudah produksi bisa menjadi barang rongsokan dan berakhir perusahaan bangkrut. Sudah tidak asing laigi jika ada produk apapun yang baru dan dianggap bisa menyaingi perusahaan besar yang pernah ada, nasibnya akan tragis.

Data di Internet

Akhir-akhir ini pikiran ini terus terganggu dengan beberapa hal, terutama terkait data yang ada di internet. Alih-alih gratis alias tidak berbayar, kita dimanjakan dengan semua fasilitas itu. Khawatirnya, jika data yang sedemikian banyak itu mereka pegang bagaimana? Kita bisa apa?

Misalnya saja tiba-tiba kita tidak bisa masuk ke google drive, sedangkan di sana ada data-data yang sangat penting. Lalu dari pihak google drive memberi tahu bahwa untuk bisa masuk kea kun tersebut harus membayar sekian dolar. Misalkan cukup satu dolar saja. Dengan jumlah pengguna internet yang milyaran orang ini, bisa dikalikan berapa banyak uang yang mereka dapatkan dari cara ini.

Belum lagi data-data yang ada didalamnya dipanen, dipasang sebuah aplikasi penyusup yang dapat mengetahui semua hal yang ada dalam diri kita. Kebiasaan, hobi, alamat, dan hal-hal yang pribadi sekalipun mereka catat. Kita bisa apa?

Dari data sederhana saja kita bisa mengolah dan menentukan si A begini dan si B begitu. Apalagi saat ini sudah ditemukan kecerdasan buatan, bukan tidak mungkin lagi semua hal yang tentang kita sudah mereka rekam dan catat dengan baik. System internet menggunakan algoritma, bahasa mudahnya mereka menggunakan pendekatan pola. Semakin sering kita menggunakannya, maka pola yang sama akan terus diulang. Ujungnya hal itu digunakan untuk menebak kepribadian kita.

Dari surat kabar yang saya baca, beberapa like yang kita berikan di dunia maya itu bisa menentukan kepribadian, bahkan tipe seksual yang ada dalam diri kita. Algoritma yang dipasang sudah sangat canggih dan bisa mengancam keprivasian kita. Jika sudah tidak ada privasi, buat apalagi kita hidup, karena sejatinya kita ibarat sedang bertelanjang.

Inilah bahaya yang saat ini harus kita sadari dan tidak mudah untuk memberikan data-data yang menyangkut diri kita di dunia maya. Intinya, yuk kita kembali ke kehidupan yang nyata, dan lebih banyak bertegur sapa secara tatap muka langsung. Hidup tanpa dunia maya itu lebih asyik dan berkesan bukan? Kita pernah mengalami dan merasakannya. Sebelum 'terjajah' oleh dunia maya seperti sekarang ini.

"Cinta adalah kebebasan. Seperti burung-burung yang terbang melintasi langit luas, meninggalkan musim-musim kecemasan. Cinta bukan tentang "bebas untuk" tetapi "bebas dari". Bebas dari rasa bersalah karena kegagalanmu membanggakan seseorang yang semestinya memang kau bahagiakan".(Fahd Djibran : 69-70)

Kutipan di atas sengaja kucantumkan di awal tulisan ini, sebagai daya tarik bagi para pembaca (syukur kalau masih ada yang mau membaca sih). Buku yang dibaca di toko buku favoritku, sebut saja Toga Mas di jalan Gejayan tepat perempatan lampu merah Condongcatur, Sleman - Yogyakarta.

Setiap akhir pekan, antara hari Sabtu atau Ahad, pasti kukunjungi tempat ini. Bahkan dua hari berturut-turut kadang dilakukan, jika buku yang dibaca belum kelar terselesaikan. Biasanya sekali duduk ada buku yang selesai dibaca. Ini salah satu target atau standar diri yang kubuat sendiri. Okelah kalau beli aku belum bisa, tapi untuk baca aku mampu, maka kemampuan ini yang kumanfaatkan sebaik mungkin.

Kenapa di Toga Mas, selain jaraknya agak dekat dengan asrama, tempat ini satu arah dengan jalan pulang. Selama sepekan minimal satu buku kulahap, jadi kadang ke TM kadang ke Gramedia. Sabtu ke TM hari Ahadnya duduk manis di Gramedia. Kadang merasa risih juga sih, takut pemilik tokonya marah. Tapi semua perasaan itu aku tepis, toh apa salahnya numpang membaca, buku yang dibuka juga tentu sudah terbuka bukan masih utuh ada plastiknya. Jadinya tidak melanggar peraturan.

Eh kok kemana-mana ya, bahasan kita kan tentang bukunya Fahd Djibran. Buku ini jelas ringan banget bahasanya, jangan takut kesulitan mencerna. Apalagi kalau sudah tahu siapa aslinya sang penulis ini, pasti super kagum deh. Aku juga tak sengaja mengenalnya dari nama bekennya sekarang, terus ditambah tips ilmu nulisnya yang kadang kutiru.

Intinya Aku baca buku ini, karena tahu siapa si penulisnya yang kini tenar dengan nama Fahd Pahdepie. Bukan karena mentang-mentang dulu sama-sama di tempat perantauan ya, terlalu luas dan keren tempat ini dideskripsikan.

Buku ini juga sangat unik, setiap akhir catatan dijadikan sebagai judul baru. Nah, bagi yang tidak mengamati dengan baik pasti tidak akan ngeh deh, Aku juga baru sadar setelah beberapa judul dihatamkan. Ini jelas bagiku jadi teknik baru untuk mengasah kemampuan. Kalau tidak salah, ini buku perdananya Fahd, jadi ya wajar banget jika buku ini jadi pegangan untuk penulis pemula (dari segi tekniknya ya).

Terus kerennya juga, ada beberapa pengetahuan baru yang kuperoleh. Misalnya tentang teori cinta (seperti tercantum di atas) dan terkait mimpi. Di balik mimpi yang terkesan sepele, ternyata ada istilah REM (Rapid Eye Movement). Lalu ada Lucid Dream yaitu posisi dimana kita menyadari bahwa diri kita sedang mimpi.

Pokoknya bukunya cukup recomended banget buat dibaca. Selain itu Fahd juga berbagi "tips" bagaimana menjalani hidup ini agar dapat dilalui dengan penuh kebahagiaan bersam orang-orang yang kita cintai.

----
Analisisku! Dari buku ini, aku mengerti...
Tema tiap judul, diambil dari kata terakhir judul sebelumnya. Jadi, si penulis menjabarkan atau menjadikan qlue untuk dikembangkan.
----

Tadi malam (05/01/18) Ustadz Tajul Muluk dalam pengajian rutinnya di Ponpes UII, Sleman-Jogja. Beliau  menyampaikan begini: "Orang yang kelamaan jomblo itu cenderung jadi pemalas. Alasanya yaitu dikarenakan tidak punya target dan tantangan. Hidupnya jadi mengalir saja. Begitu juga dengan santri yang kelamaan di pondok, jadi orientasinya pemalas. Malas untuk ngapa-ngapain..."

Dari pesan yang disampaikan oleh sang ustadz Asal Madura ini mengisyaratkan bahwa tantangan dan ujian itu perlu. Apalagi bagi kepada yang masih jomblo (belum menikah). Tujuannya agar menjadi pelecut sekaligus pemicu untuk tidak malas. Supaya tidak malas, maka ubahlah haluan dan ciptakan tantangan.

Kalau Ust. Roy Purwanto ketika mengisi di malam Jumat (29/12/17). Beliau menyampaikan, "Tidak apa-apa awalnya itu karena dorongan materi atau wanita sekalipun sebagai pemicu. Tetapi, ketika di akhir, ubahlah niat tersebut agar bernilai ibadah..."

Sebagaimana dikisahkan ada kiai yang sering menulis buku. Orientasinya agar dapurnya terus mengepul. Ketika tulisan itu masuk penerbit dan akan dicetak, maka niatnya diubah oleh sang kiai tersebut dengan lillahitaala.

Hal serupa juga dibahas penulis terkenal Asma Nadia dalam kolom publik-Republika (06/01/18). Di sana dituliskan terkait keadilan Allah SWT. atas keberanekaragaman ciptaannya, terutama dalam iklim dan kekuatan. Kenapa tidak semua diberikan yang sama, padahal masih tinggal dunia ini? Lalu, apa yang didapat dari keberagaman (iklim dan kekuatan) tersebut?

Justru disitulah keadilan sangkuasa. Karena perbedaan itulah yang lemah belajar kuat, dan menimbulkan kelebihan lain yang dari dalam dirinya. Sekaligus "tamparan" keras bagi kita yang selama ini masih berpikir pesimis dan kerdil dalam "melihat" sebuah kehidupan.

Dipertegas pula oleh Hamdan ketika mengisi kuliah tujuh menit. Ibadah itu tidak hanya shalat, tetapi juga di luar shalat. Satu sisi shalatnya bagus dan rajin, tetapi mempunyai masalah dengan hubungan sosialnya.

Misal, tidak suka bersosialisasi, mudah marah, dengan artian cepat tersinggung dan parahnya merasa paling dekat dengan Allah swt. Bukankah ini ibarat kaki pincang? Yang satu pake sepatu sedangkan satunya nyeker.

Padahal, keduanya harus seimbang, antara kesalihan personal dan kesalihan sosial mestinya berjalan secara sinergi.

HV (hape harus diputar, biar tahu maksud dari singkatan ini)
___

Gerakan mahasiswa yang dulu terkenal ada powernya, kini sudah tak terdengar lagi gaungnya. Dulu terksan tegas dan berani bak harimau dengan taring dan cakar tajamnya. Kini, mirip harimau ompong, yang kehilangan kekuatannya. Dolar sudah tembus sampai 15 ribu rupiah lebih, kok masih adem ayem aja ya? Lalu, masalah pemerintah yang anti-kritik, kok gak ada gerakan juga? Belum lagi masalah hutang negara yang meningkat kawan, please.. mau bayar pake apa dan siapa yang bakal melunasi?

Apa memang mentalnya mahasiswa saat ini sudah beralih ke youtuber semua. Yang hari-harinya nungguin tambah subcriber (sibuk bikin konten doang) dan takut kehilangan subcribernya jika ini dan itu? Atau sibuk main instagram (cari spot foto, udah gitu diupload ke instagram dan ngarepin like dari followernya) sehingga masa bodoh dengan kekacauan zaman ini yang semakin parah.

Pokoknya parah banget, bagaikan borok menahun. Masih membekas dalam ingatan, saat mahasiswa Universitas Indonesia di forum itu memberi kartu kuning ke presiden. Semenjak itulah seolah nyali mahasiswa semakin ciut, melempem, tak bertaji dan hilang ditelan hingar bingar kekacauan jagat raya, bak sound system tiba-tiba mati listrik. Mungkin ada hal lain yang tidak pernah kita ketahui di balik kejadian itu.

Jika teralihkan oleh dunia maya (youtube, Instagram, dan sejenisnya), ayo BANGUN!!!. Dunia kita, dunia nyata. Tunjukan aksi hebat kalian di depan para penguasa yang dzalim dan semena-mena atas kebijakan-kebijakan yang mereka buat tidak berpihak ke rakyat alih-alih kesejahteraan rakyat, kalau dihitung dengan seksama, yang sejahtera justru para pemilik perusahaan besar malah. Ayo bangun! dan lepaskan semua yang membuat kalian malas bergerak.

Baca bukunya Tere Liye "Negeri Para Bedebah" atau bukunya mantan aktivis, dan mantan bupati pula, Hadi Supeno "Korupsi di Daerah, Kesaksian, Pengalaman dan Pengakuan" Di kedua buku itu dengan jelas di gambarkan bagaimana praktek kejahatan bermain. So, kita mau leha-leha menunggu negri ini hancur? Kalau kita bisa mencegahnya, kenapa tidak dilakukan? Atau minimal memperlambat dan menundanya beberapa waktu.

Jika memang ada dana yang sengaja menyumpal aksi kalian, please berpikir jernih! Nominal dan angka-angka itu tidak sebanding dengan penderitaan rakyat yang terzalimi. Penderitaan bisa berlanjut bertahun-tahun sepanjang waktu karena kebijakan yang merugikan rakyat. Pendaptku, aksi mahasiswa kalah oleh aksi 212 kemarin. Beruntung aksinya damai dan tertib, penuh ketenangan karena menjalankan nilai-nilai agama. Mahasiswa seharusnya bisa mengambil ilmunya untuk bangkit bergerak. Jangan berdiam saja.

Atau hanya sibuk lempar bola salju lewat komentar-komentar di dunia maya. Buktikan dengan aksi hebat kalian, buktikan akan kegagagahanmu yang peduli dengan keselamatan negri ini. Nurani kalian kini di mana? Mau seperti pers yang seolah sudah tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran dalam menyampaikan sebuah berita, tetapi menjunjung siapa yang bayar? Jika sudah demikian, tamatlah riwayat negri ini.

Saya tidak dapat membayangkan, jika aksi sebanyak itu pesertanya para mahasiswa seluruh Indonesia. Bisa habis seisi Jakarta dengan jumlah mahasiswa sebanyak itu. Kisah tumbangnya rezim orde baru, bisa saja terulang kembali. Ini bayangan saya ketika melihat aksi 212 kemarin di monas. Seandainya mereka mahasiswa semua dan kumpul di Jakarta, tentu dengan penuh kedamaian juga, pasti ada yang lebih panik!

Aksi 212 sudah memberikan teladan, so mahasiswa mau kapan menirunya? Mau? Bisa? Kami tunggu aksimu wahai mahasiswa Indonesia!!!

Beberapa hari sebelumnya dikabari suruh datang ke sebuah acara oleh kawan, tepatnya adik kelasku di pesantren dulu. Kami jarang kontakan lewat pesan kecuali kalau ada hal-hal yang penting. Nah, dari isi pesan yang dikirim itu, sudah bisa ditebak isinya apa. Maka jawaban yang kukirimkan ketika itu to the point "Acara walimahan apa Akad aja..." Dibalas, "Cuma akad aha Mas..."

Karena sudah tahu maksudnya, maka kupinta alamat acaranya dilaksanain dimana. Dikirmlah share location yang kupinta. Langsung dibuka dan dipahami letak dan tempat-tempat apa saja yang bisa dijadikan patokan kalau nanti kesana. Intinya sih, pas sudah di tempat yang dituju tidak salah tempat apalagi kesasar.

Karena dianggap infonya sudah lengkap, maka kusudahi chatt kami di whatsapp tersebut.

Bebeberapa hari kemudian, tepatnya bada subuh, bahwa data yang kubutuhkan masih kurang. Kutanyakan langsung lewat WA "Minta nama lengkap calon mempelai perempuan dan bapaknya..." langsung dikirimlah pesannya, tapi masih centang dua dan berwana hitam. Tandanya sudah masuk tapi belum dibaca. Kira-kira pukul stengah enam pagi ada balasan. Nama yang dikasih cuma calon pengantinnya.

Acaranya hari ahad pagi, sekitar pukul 09.00. Berarti bisa sambil sepedahan kesananya. Olahraga dapat, datang ke undangan acara akad nikah juga dapat. Dua-duanya bisa ditunaikan secara bersama tanpa ada benturan jadwal.

Sambil gowes santai, menikmati pemandangan alam sekitar, mengamati penduduk sekitar, lalulalang kendaraan baik roda dua maupun roda empat dan banyak hal yang didapat dari bersepeda ria. Tiba di lokasi yang dituju masih agak pagi, keliling nyari petunjuk dan menggunakan GPS. Gps yang kumaksud yaitu (Gunakan Penduduk Sekitar), tanya-tanya ke penduduk.

Celakanya, banyak orang yang tidak kenal dengan nama lengkap yang kusodorkan ke penduduk sekitar. Ditambah lagi, di sana tidak ada ciri-ciri mau ada acara nikahan sama sekali. Jadinya ya kayak biasa aja tea. Bayangin ajah men, kalau di kampung kita mah pasti sudah heboh sekampung. Minimal di satu rumah itu jadi pusat keramaian yang lalu lalang ngerjain ini dan itu.

Hingga diakhir kutahu, bahwa yang namanya acara keluarga ya acara yang bener-bener sakral. Gak ada yang tahu blas. Parahnya, orang yang kutanya tadi pagi, ternyata rumahnya hanya beda letak dan masih berhadapan (gila kan???). Suasananya desa tapi kok gak kenal sama tetangga? Aneh banget gengs.

Dua jam lebih telah berlalu. Kuhubungi ulang temanku yang akan nikah. Kebetulan posisinya sedang di jalan, jadi bisa kupastikan semua data yang kubutuhkan, termasuk menanyakan posisi letak rumah atau tempat resepsi. Sesuai dengan instingku, letaknya tepat di sana. Aku tiba saat sambutan dari puihak perempuan. Namanya kalau tidak salah ingat Bpk Suyut, ia mantan kades.

Ada guyonan dari keluarga perempuan sebagai pencair suasana di pagi itu. Maklum agak tegang, karena dua budaya dan sekaligus dua keluarga besar akan menyatu yang diikat dengan tali pernikahan kedua mempelai. Lalu, ada hal yang paling menjadi perhatianku saat sambutan itu terkesan lebih menekan kata "sarjana" ketika mengenalkan kakak mempelai perempuan yang baru nikah kemarin. Belum ada dua minggu, baru sekitar sepuluh harian usia pernikahnya.

Jamuan menu makannya menggunakan jasa catering, pantas saja pihak keluarga tidak disibukkan dengan agenda masak ini dan itu. Tim catering sudah men-cover semuanya dengan baik. Menunya juga lumayan lengkap dan cukup memuaskan tamu yang hadir di acara tersebut.

Yogyakarta, 2 Desember 2018



Budaya yang telah mengakar dari "hulu" hingga ke "hilir". Dari pusat pemerintahan hingga lingkup terkecil. Korupsi RASKIN, KTP, KK, SIM dan Pajak dibahas tuntas oleh sang penulis, tentu kasus suap proyek-proyek besar juga. Bantuan korban bencana dikorupsi, anggaran pendapatan daerah, bahkan proyek-proyek sudah tidak asing dan jadi sasaran empuk mereka.

Dijelaskan pula bagaimana sistem korupsi yang tadinya bermula di pemerintahan pusat lalu berubah ke pemerintah daerah. Akibat dari otonomi daerah yang tidak disertai dengan sistem yang bersih. Akhirnya pemerintah daerah juga korupsi secara masal dana dari pusat. Kalau meminjam kalimatnya Prof. Safii Marif "Desentralisasi tidak dibarengi dengan reformasi birokrasi..."

Kekacauan seperti ini merupakan dampak dari sistem yang tidak dibayangkan sebelumnya. Repotnya, kini bagai benang kusut yang tak mudah menemukan ujung awal dan asal muasalnya. Jika dicari pelaku awalnya tidak mungkin bisa, sebab bisa jadi ini dilakukan secara berjamaah, bukan lagi perorangan. Jika pun ada perorangan tersangkanya sudah meninggal dunia.

Trik dan alasan korupsi rata-rata karena biaya birokrasi dan biaya pencalonan yang tidak murah. Karena harganya yang mahal itulah ketika mereka sudah menjabat bisa langsung mencari ide untuk mengembalikan modal. Atau bisa juga mereka sudah kongkalingkong di awal. Kalau dapat proyek nanti dilempar ke perusahaannya. Intinya, banyak yang berkepentingan, tergantung posisi jabatannya "krusial" atau tidak.

Budaya buruk ini menjadi tugas rumah bagi siapa saja yang masih merasa waras. Bagi yang merasa memiliki hati nurani tentu akan malu semalu-malunya jika telah melakukan korupsi. Tapi anehnya, para pelaku seolah tidak merasa malu akan perbuatannya. Mereka hanya sedang tidak beruntung dan kena apes saja, sehingga tidak menyesali perbuatannya.

Hati ini sungguh tersayat ketika membahah korupsi di lembaga pendidikan, terutama sekolah. Bagaimana guru dan pejabat di atasnya bermain dengan lihainya. LKS, seragam, sumbangan bangunan, daftar ulang, dan biaya lainnya yang terkesan diada-ada. Jika di lingkup ini saja masih belum beres, apalagi di luar. Sungguh miris dan menyedihkan. Mana lagi lembaga yang bisa dipercaya dan dijadikan panutan untuk saat ini, berarti???

Bahaya yang paling mengkhwatirkan dari korupsi ini menular ke anak-cucu. Jika sudah demikian, mau jadi apa negeri yang kini ditinggali? Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah katakan tidak pada korupsi, dan dimulai dari diri sendiri serta dimulai dari keluarga sendiri.

Kalau kita bandingkan dengan negara tetangga saja, jelas sekarang kita kalah jauh. Dari segi mental saja, mental kita, mental maling! tidak ada mental pejuang. Bukan berpikir bagaimana membuat terobosan, tapi sibuk bagaimana 'mengakali' supaya dapat lebih.

Jika saudara sedang diajari untuk menjadi koruptor, maka berhentilah. Atau jika anda salah seorang koruptor, maka bertaubatlah. Sekecil apapun hak orang lain yang anda ambil akan berefek ke masa depan. Tinggal waktu yang berbicara, cepat atau lambat!

Saat semua pemain ingin jadi striker, dan menciptakan gol, ia tetap setia di belakang. Maka tak jarang pula ia beradu fisik dengan lawan, bahkan dengan teman satu timnya sendiri demi menyelamatkan gawangnya dari kebobolan.

Dialah si penjaga gawang. Blok pertahanan terakhir dari sebuah tim sepak bola. Apapun akan dilakukan, asal si kulit bundar tidak melewati gari gawang dan tiangnya.

Sadarilah! Bahwa saat ini kita sedang 'bermain bola’. (Penulis menganggap dunia maya saat ini ibarat pertandingan sepak bola). Maka kita harus jadi penjaga gawang yang baik agar tidak mudah kebobolan (baca: tidak terpengaruh dan termakan isu murahan).

Kini, para pemain sedang berlomba memasukan bola ke gawang lawan. Tapi, saat ini (seolah) bola sedang berada di kaki mereka sendiri. Keputusan itu ada pada mereka pula. Apakah akan dioper, digiring terus atau ditendang sendiri ke gawang lawan?

Kondisi bola masih liar berada di tengah lapangan. Banyak kemungkinan yang akan terjadi dan tidak akan kita tahu akhirnya. Pengambilan keputusan ada di mereka yang sedang membawa bola.

Dan, sekali lagi. Tugas penjaga gawang tetap setia di belakang, menjaga bola agar tidak kemasukan. Kadang datangnya sukar diprediksi dari arah mana saja.

Apa jadinya, jika dalam sebuah tim, semua ingin main sebagai penyerang, tetapi tak ada yang mau menjadi penjaga gawang. Atau, penjaga gawangnya ada, tetapi asal-asalan. Sungguh mengkhawatirkan bukan?

Di film Spiderman, tepatnya di adegan terakhir. Ada dialog antara Peter Parker dan Manusia Pasir (Sendman).

Sebelumnya Spiderman sangat dendam dan marah kepada Sendman. Tapi setelah dijelaskan alasannya oleh Sendman (kenapa bisa sampe membunuh paman Ben, setelah merampok bank). Ia pun paham.

Sendman hanya berkata “ Aku tak ingin meminta dirimu untuk memaafkanku, tetapi aku hanya ingin kau paham…”

Maka Peter Parker pun mengatakan “Kau sudah kumaafkan…” Lalu manusia pasir pun menghilang bersama tiupan angin.

Aneh tapi nyata. Inilah yang kini terjadi dan sadar atau tidak, semuanya telah dilakukan oleh sebagian masyarakat. Ya, meniup lilin dalam rangka merayakan ulang tahun.

Tradisi ini merupakan milik orang non islam. Media yang digunakanya adalah api dan menggunakan nyanyian. Nyanyian dengan sholawatan dan juga doa, jelas berbeda ya. Dan, yang dimaksud dengan tasabuh atau meniru, yaitu berkaitan dengan ritual.

Ulang tahun itu merupakan sebuah ritual, seperti biasa kita saksikan; meniup lilin, memohon, dan bernyanyi. Apalagi atribut yang dikenakan mirip orang Yahudi (mengenakan topi kerucut). Sekali lagi, tolong dipahami.

Senada dengan yang dibahas oleh ustadz Abdul Somad, dalam tayangan youtube singkatnya. "Merayakan ulang tahun adalah ritual dan tradisi orang majusi yang menyembah api. Meniup lilin, menyebutkan permohonan, ditambah dengan topi kerucut. Nanti ketika dibangunkan dari kubur bareng orang Majusi."

Man tasabbaha biqaumin fahuwa minhum... Siapa saja yang meniru suatu kaum, maka ia termsuk kaum tersebut. Lalu, memakai dasi itu meniru bukan? Bukan, sebab itu hanya aksesoris pelengkap pakaian. Lagi pula tidak sebagai pelengkap ritual ibadah kaum tertentu. Jadi, jelas beda ya, mana yang ritual dan bukan.

Sebagai umat Islam, cara yang tepat dan dibolehkan tentu sangat banyak. Misal membuat makanan lalu dibagi-bagikan dengan niat sedekah atas rasa syukur yang telah diterima. Atau mengundang anak yatim dan makan bersama di rumah. Tentunya, tanpa ada tiup lilin dan ritual yang dilarang.

Setelah makan selesai atau sebelum makan, dibacakan doa sesuai dengan tatacara Islam. Para hadirin pun mengaminkan doa tersebut. Saya kira banyak cara islami yang bisa diterapkan. Bukan malah meniru apa yang jelas dilakukan oleh agama selain Islam.

Bahkan, dalam syair Abu Nawas yang sering dibaca, di sana disebutkan bahwa sejatinya umur itu berkurang sertiap harinya, dan dosa terus bertambah. Dalam hadits juga kita diperintahkan untuk menggunakan masa hidup sebelum datang kematian. Menggunakan masa muda sebelum datang masa tua. Agama kita menganjurkan untuk mengevaluasi diri, tetapi caranya bukan dengan berpesta...

Jika kita telusuri asal muasal permasalahan ini, bisa jadi berawal dari tayangan televisi yang sering ditonton. Dari kebiasaan inilah akhirnya ada peniruan atau direalisasikan dalam kehidupan secara nyata. Ditambah lagi dengan kontrol dan filter yang kurang dari pihak rumah, sehingga hal-hal yang ada di televisi (terutama yang sering mereka tonton) dijadikan bahan acuan untuk ditiru.

Peniruan perilaku secara mentah-mentah yang terjadi ini, jelas menjadi perhatian bersama. Sehingga ketika menyaksikan televisi hendaknya didampingi dan diarahkan. Bila perlu diberikan edukasi mana yang boleh dan tidak boleh dengan disertai alasan yang masuk akal. Dengan demikian setidaknya bisa mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Allahu'alam.
Hati memang sukar untuk dibohongi. Terlebih mulut bisa mengucapkan a-z tetapi isi hati tidak mampu berkata demikian. Ia konsisten dengan apa yang ada di dalamnya. Tidak bisa disogok apalagi dibayar dengab apapun.

Tepat tanggal 21 November 2018 malam, perasaan ini semakin memuncak. Apalagi ketika waktu sudah menynukan hampir pukul 00.00 wib. Saking gelisah dan bingungnya, kuputuskan untuk keluar seorang diri. Kubawa si Soleh membelah keheningan malam tanpa tujuan.

Kukayuh sejauh mungkin yang kubisa. Selama itu pula, rasa kantuk tak sekalipun datang menghampiri. Mungkin karena diri ini kucoba paksa untuk melupakan sesuatu. Tetapi sepertinya gagal, semakin keras dilakukan semakin kuat sesuatu itu muncul.

Ingin rasanya malam itu kutulis sesuatu. Tapi entah mengapa jemari dan isi kepalaku terasa malas untuk menumpahkan semua yang ada. Ingin menulis empat huruf pun serasa berat. Padahal jika huruf itu setiap hari selalu ditulis. Entah kenapa malam itu terasa beku.

Serasa ada tembok yang menghalangi dan memantulkan gema. Gema itu seolah mengeluarkan kata-kata yang sama dan berulang terus menerus. "Percuma... percuma.. percuma..." Demikian suara gema itu semakin kuat.

Jika difokuskan untuk didengar, maka sura itu semakin keras. Oleh karenanya, kualihkan semua pikiranku ke hal lain. Coba kupaksa untuk melupakan sejenak.

Tak terasa, kumandang adzan subuh telah bersahutan dan kumasih terjaga dalam kondisi yang sangat bugar. Lalu kuputuskan untuk kembali ke asrama.

Sebenarnya, malam itu kutahu harus berbuat apa dan bagaimana. Tetapi perasaan ini seolah mengatakan "Biarlah, sesekali dirinya dikasih pelajaran. Biar sadar..."
Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme