Teruntuk yang pertama sekali ucapan terima kasih saya ucapkan untuk Alm. Ahmad Mugits, S.Ag yang tak lain beliau adalah salah satu inspirasi dalam hidup ini. Berawal dari buku-buku dan tulisan beliaulah semua ini telah saya buktikan nyata adanya. Sempat terbesit dalam hati kecil bahwa "saya ingin menjadi seperti beliau..."

Memang waktu itu semuanya terasa mustahil dan diambang ketidakpastian (hanya sebuah angan-angan). Pasalnya, apa yang saya rasakan ketika lulus dari sekolah Madrasah Tsanawiyah itu muncul kembali. "dulu, saya merasa ragu mau sekolah mana.. jangankan untuk melanjutkan sekolah, untuk sekolah MTs saja orang tua seperti sebelah mata memandangnnya."

Selepas dari MAN, perasaan yang demikian itu muncul kembali. Sehinngga untuk menghilangkan perasaan yang seperti itu sangat sulit, bahkan tidak cukup waktu yang singkat. Semua perjuangan itu kurang lebih satu tahun lamanya, dan akhirnya semua perasaan itu hilang total.

Permasalahan yang selanjutnya adalah saya harus memulai dari awal lagi dan mencoba merangkai dari titik yang paling terkecil, yaitu semangat dan niat. Alhamdulilah, berkat semangat yang saya miliki perlahan saya mulai bangkit kembali dan menata masa depan.

Perjalanan Hidup
Ketika angket diajukan kepada saya, maka masa depan itu saya dipertaruhkan. Jujur pada saat itu semua pikiran terasa tak menentu, satu sisi saya ingin mengejar apa yang menjadi cita-cita, tetapi jika dibenturkan dengan keadaan ekonomi keluarga semua itu terasa tidak mungkin. Pikiran saya tidak menentu, angket yang tadinya sudah dipegang dan akan saya tulis kemana saya setelah lulus?? tidak saya isi...

Setelah melalui perenungan yang mendalam, akhirnya angket tersebut saya isi dengan penuh keyakinan dan perasaan yakin bahwa jalan hidup saya adalah kuliah. Bismillah saya niatkan dan saya serahkan sepenuhnya kepada allah. Terbukti ketika ada informasi terkait kuliah, maka saya mencoba mencarinya dengan detail. Saya sempat daftar ke STAN-jaksel, STID Moh. Natsir-bekasi, Mahad An-nuaimi-kebayoran lama, jakbar, dan Khoiru Ummah di Bogor.

Semuanya nihil, tak ada satupun yang lolos. Di STAN sempat masuk kedalam tahap pengumpulan nilai tertinggi, tetapi ketika uji berkas dan kelayakan umur, kenyataan pahit itu harus saya terima. Umur saya sudah expaired dari ketetapan yang sudah dibuat oleh kampus STAN.

Karena di STAN buntu, akhirnya saya mencoba menghubungi salah satu guru matematika. Beliau punya link ke ma'had an-nuaimy yang terletak di jakarta barat, tepatnya di daerah kebayoran lama. Pencarian dan pengecekan pun saya lakukan, alhasil semuanya lancar dan berjalan sesuai dengan rencana. Disini saya sampai menyelesaikan pengujian yang memkan waktu tiga hari lamanya, dan seminggu kemudian pengumuman hasil seleksi resmi diumumkan. Tetapi sayang nama saya tidak ada didalam kelompk tersebut.

Setelah mengalami jalan buntu tersebut, akhirnya saya pun pulang kerumah dan mencoba tawaran saudara untuk mengajar di salah satu SDIT Khoiru Ummah yang terletak di daerah leuwiliang Bogor. Hari Jum'at pagi saya berangkat, dengan bermodal alamat yang ia kasih saya pun dengan yakin mencoba menemuinya. Tepat sebelum sholat jum'at saya tiba di kp. kalong 4. tempat dimana khairu ummah berada. Setelah saya coba cek dan observasi secara mendalam, hingga harus menginap semalaman disana.

Tak bisa dipungkiri ternyata hati saya berkata lain, hati ini merasa tidak yakin seolah hati ini berkata jalan hidup kamu bukan berada disini. Dengan halus dan bahasa yang lembut saya mencoba memberikan jawaban yang tepat, bahwa "saya belum merasa pas disini, saya harus belajar lagi dan mendalami ilmu saya lagi, lain kali insya allah kalau sudah siap dengan senang hati saya kembali ke sini". begitulah tutur saya.

Akhirnya pencarian saya yang ketiga kalinya belum berbuah. Terpaksa saya akhirnya kembali pulang kerumah dan konsultasi dengan ustadz-ustadz yang dipesantren. Alhamdulilah, ketika saya silaturahmi ke pesantren ada salah satu alumni yang kuliah di STID Muh. Nantsir dan mencoba menunjukan jalan untuk saya. Esok harinya kami berangkat ke Bekasi, pasalnya pendaftaran sudah mepet banget.

Kami tiba di Bekasi sore, karena kecapekan akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Esok paginya barulah kami menuju jakarta pusat lebih tepatnya ke salemba, dimana letak pusat pendaftaran mahasiswa baru. Setelah menunggu beberapa jam ternyata kedatangan saya terlambat, karena pendaftaran terakhir itu kemarin. Dengan besar hati dan lapang dada saya terima semua kenyataan tersebut. "mungkin ini bukan jalan hidup saya.." Kami kembali ke bekasi dan saya tinggal di Bekasi selama satu minggu, setelah itu barulah saya pulang ke rumah dengan tangan kosong.

Pada waktu itu semuanya sudah terasa sulit, hampir saja putus harapan. Tak ada lagi yang dapat saya lakukan, dan semuanya sudah percuma. Semua perguruan tinggi sudah tidak membuka pendaftaran mahasiswa baru, dan terpaksa saya harus mendekap dirumah selama berbulan-bulan. Tak banyak yang saya lakukan ketika berada di rumah, selain membantu orang tua dan mencoba mengembangkan bakat saya untuk di manfaatkan kepada orang lain.

Hari-hari saya terasa mati dan stagnan. Tak ada yang dapat saya lakukan untuk merubah masa depan ini. Hingga suatu hari saya memutuskan untuk mencoba membangkitan semangat dari dalam diri sendiri dan mencoba berfikir positif. "ciptakan seribu motivasi untuk membuat dirimu bangkit..." Dari situ hari-hari saya digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang positif, saya awali mulai dari yang terkecil hingga yang besar. Setiap selesai sholat saya membaca al-Qur'an lengkap dengan artinya.

Hingga kejadian yang merubah masa depan saya berubah menjadi seperti ini. Saya mencoba mencari ayat-ayat al-Qur'an dari kelipatan 5 tiap surat, karena terlalu banyak akhirnya saya ubah ke kelipatan 10 per surat. Akhirnya pada surat an-nisa ayat 100 saya menemukan ayat yang merubah mindset, keberanian, dan seluruh hidup saya. Merinding badan saya ketika membaca ayat tersebut lengkap dengan artinya.. sungguh bukan seperti biasanya, saya merasa disetrum dan seolah dicager seperti hape.

Ayat itu mengubah semuanya, saking kagum dengan ayat tersebut akhirnya ayat itu saya jadikan motto hidup dan sekaligus menjadi penyemangat. Sampe-sampe ayat tersebut saya tulis dan saya jadikan kaligrafi pada dinding rumah, tulisan tersebut sampai sekarang masih tertulis jelas. Hingga keajaiban tuhan itu datang, tuhan mengirimkan jalan melalui perantara makhluknya.

Pagi itu sungguh tidak disangka, kakak kelas yang dulu PKL di tempat kami berkunjung silaturahmi kerumah. Momentum ini saya manfaatkan untuk bertanya tentang perkuliahan dan beasiswa  di Yogyakarta dimana tempat beliau kuliah. "Teh.. kalo beasiswa di jogja banyak gak sih.." tanyaku. "oh.. banyak, asal kita mau cari aja. ya dikampus teteh juga ada.." teteh menegaskan padaku. Hasil percakapan tersebut tidak saya sia-siakan, dengan begitu akhirnya saya tanyakan alamat beliau dengan lengkap dan saya catat betul perjalanan ke jogja naik apa dan ongkosnya berapa, tak lupa saya juga bilang bahwa "teh insya allah saya nyusul kesana.."

Dengan bermodal alamat lengkap tersebut, serta keberanian yang saya miliki, akhirnya saya beranikan untuk ngomong ke orang tua. "bu.. amir mau kuliah.. kuliahnya ke Jogja. disana banyak beasiswa.." tuturku pada ibu. "heh.. jauh amat. nek saha nu nga biayaan??" - heh.. jauh banget, mau siapa yang ngebiayaain ??jawab ibu.

Saya coba meyakinkan ibu yang seolah tidak percaya dengan keputusan ini. "bu.. yang penting Amir bisa ke Jogja saja sudah cukup, nanti kalau disana gak dapat kuliah ya terserah, amir mau kerja atau apa kek... yang penting ibu mau ngasih ongkos berapa buat berangkat kesana?". Walaupun dengan berat hati, ibu merelakan saya pergi. Tak lupa ibu memberiku uang 500rb untuk berangkat ke Yogyakarta.

Silakan Klik Cerita Selanjutnya :
Pertama Kali Di Jogja
Thank a lot to Teh Syifa and All

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme