Kali ini perjalanan saya di tanggal 31 Maret 2014 melangkah ke sebuah tempat yang berada di kota gede - Yogyakarta. Tepatnya jalan veteran, dekat taman siswa dan fakultas Hukum UII (maklum anak UII, jadi patokkannya kampus UII saja heheh). Bersama dua orang sahabat dari Tulungagung, kami menjelajahi dan menikmati jalan-jalan senin malam yang bertepatan dengan hari raya nyepi.

Berawal dari ajakan teman sekamar, saya pun merasa penasaran dan ingin menyaksikan langsung museum 3D (dibaca pake bahasa inggris, biar keren.). Dari beberapa informasi yang saya temukan di dumay, seru dan asyik banget. Wah kayaknya boleh tuh, sayang kalau momen indah ini dilewatkan. ucap saya dalam hati.

Setelah sholat magrib berjamaah, kami pun bersiap dan berangkat menuju tempat tujuan. Sepeda motor yang berplat AG itu melesat meninggalkan pertapaan kami malam itu. Jalanan yang dipenuhi dengan cahaya lampu kendaraan baik roda dua dan empat membersamai perjalanan kami. Karena posisi jalan yang akan kami lewati sering macet, maka kami pun melewati jalan pintas untuk menghindarinya.

Tidak sampai 20 menit, kami pun sudah tiba di tempat tujuan. Motor kami pun langsung menuju tempat parkir dan bersiap masuk ke dalam. Ketika memasuki gedung, suasana tampak sepi, ada banyak lukisan-lukisan yang dipamerkan, kami sempatkan untuk melihat-lihat dan sesekali foto-foto di depannya.

Setelah keliling, tak ada satupun foto atau gambar 3D yang kami cari. Kami pun tetap mencari ke segala penjuru, tetapi hasilnya nihil. Karena tidak membuahkan hasil, kami pun memutuskan untuk keluar dan tanya ke orang. Begitu nanya ke ibu-ibu, jawaban dari ibu itupun sama, iya ke gedung yang baru saja kami masuki.

Dengan tanpa komentar, kami pun kembali ke gedung tersebut. Karena tidak ada orang di dalam gedung tersebut, salah satu teman mencari informasi dan membaca ulang postingan di salah satu blog. Karena tulisannya rancu maka kamipun mengambil kesimpulan bahwa acaranya sudah selesai. Tapi, kala itu saya gak percaya dengan postingan itu. Akhirnya saya tanya orang dan ditunjukkanlah letak tempat yang kami cari-cari dari tadi.

Yaps, ternyata gedung yang kami cari tepat ada di tangga bawah, pas pintu masuk. Perasaan kami yang tadinya putus asa dan hampir memutuskan untuk pulang terbayar sudah. Meski tiket masuknya sama dengan harga tiket nonton film di bioskop, (bahkan lebih sedikit) tapi, kami puas. Maklum harganya sama dengan tiket film di bioskop, orang kunjungannya malam. Tapi kalau mau murah ya siang..

Ini dia hasil jepretan dan gaya kami ketika berfoto di dalam, dan masih banyak foto yang lainnya. Capek dan lemas kami dibuatnya, karena saking banyaknya...

 bersama Walin










 Ane, Walin dan Ansor



Next destination ke mana lagi ya?...
selamat berjumpa dipetualangan yang berikutnya kawan... dan terima kasih atas kunjungannya

Di akhir bulan Maret 2014 ini alhamdulilah akhirnya dapat kabar juga. Meskipun singkat dan hanya beberapa kata, sudah lebih daripada cukup. Setidaknya ini memberikan semangat dan amunisi yang baru untuk menjalani hari-hari yang harus saya lewati ke depan. Terima kasih atas kabarnya.

Di sebuah tulisan yang pernah ia buat, saya begitu terpesona. Meskipun waktu itu tulisan itu saya yang minta untuk ia tulis. Kini tulisan itu begitu terasa spesial dan seolah menjadi cambukkan untuk diri saya sendiri. Saya dituntut harus bisa bersyukur dan bersabar atas kondisi yang saat ini saat ini saya jalani.

Bait-baik kata, huruf demi huruf seolah menari. Tulisan yang pernah ia buat sengaja saya bukukan supaya bisa jadi kenangan dan bisa dibaca kapanpun dan dimana pun. Dengan sampul berwarna hijau dan tanpa ada tulisan apapun di depannya seolah buku kecil dan tipis ini terlihat biasa. Padahal isinya menyimpan sejuta makna.

Banyak catatan kecil dan curahan perasaan yang ada di dalamnya. Semoga buku hijau ini masih ada dan selalu ia baca, sama seperti halnya seperti saya. Buku tipis ini berbicara apa adanya dan menjadi teman kala semuanya terasa berat dan rumit. Dengan buku ini justru terasa ada teman dan menjadi obat penawar.

Tulisan Sabar dan Syukur tak henti-henti saya baca berulang-ulang. Sampai tak terhitung berapa kali saya mengkhatamkannya.


Dunia maya adalah sebuah tempat yang kini dijadikan media untuk berekspresi. Dari usia balita hingga orang tua, tentu tidak asing dengan jejaring sosial yang bernama facebook, twitter dan lain-lain. Ditambah lagi, aplikasi tersebut sudah masuk dan dapat digunakan di perangkat seluler. Maka kini budaya itu semakin diminati dan mewabah di masyarakat.

Dari beberapa pengamatan, ada beberapa perubahan sikap dan gaya hidup. Terutama bagi mereka sebelum mengenal dunia maya dan sesudah mengenal dunia maya. Alay, inilah sebuah kosakata baru yang dimaksudkan bagi mereka yang memiliki sikap yang berlebihan ketika di dunia maya. Entah itu sering update status yang gak jelas, sedikit-sedikit nulis status, mau ngapain pasti update status.

Bahkan, yang paling bisa ditebak pemilik akun facebook itu alay atau tidak, bisa dilihat dari namanya. Jika nama yang ia tulis bukan nama asli atau ada tambahan/perubahan huruf (misal, huruf “S” diganti jadi huruf “C”). Sebagai contoh, nama aslinya Riska Andayani berubah menjadi RiecehaAnreayuanieclalubiza.. (ini dapat asal ngarang).

Kalau ada yang namanya aneh seperti ini, bisa dipastikan ia anak alay. Sebetulnya alay itu lebih kepada pendatang baru, tepatnya adalah orang yang baru kenal dengan dunia maya. Sehingga terpengaruh teman-teman yang lain akhirnya ikut-ikutan. Nah, yang seperti ini salah/kurang baik dan harus diluruskan.

Jika tidak diluruskan akan berakibat fatal. Maka akan lahir generasi-generasi yang terbiasa menggunakan facebook sebagai tempat berekspresi secara berlebihan. Seperti yang saya sampaikan di awal, yaitu update status yang tidak bermanfaat, asal-asalan dan bahkan keburukan atau aib sendiri yang ditulis.

Jika ingin curhat, silakan gunakan tempat yang lain. Jangan di facebook. Sebab tidak menghasilkan sebuah solusi, tetapi malah memunculkan masalah baru. Curhat itu seharusnya dan idealnya kepada orang yang kita anggap bisa memberikan solusi, sehingga permasalahan itu terselesaikan. Tetapi kalau di facebook malah kemana-mana, apalagi yang komentar asal-asalan.

Saya lebih sepakat jika facebook digunakan sebagai sarana untuk menyebar kebaikan. Jika kebaikan itu dibaca oleh orang banyak tentu akan memberikan pahala juga dong. Tetapi kalau sebaliknya, yang disebarin adalah keburukan, berarti secara tidak langsung kita juga sudah menyebarkan keburukan, ini berbahaya. Berarti mulai hari ini, dan detik ini, yuk gunakan facebook sebagai ladang amal kebaikan untuk bekal kita kelak.

Bagi para pendidik, setidaknya bisa berpesan kepada siswa-siswi untuk menyampaikan ini. Sebab peran pendidik tidak hanya mengontrol di sekolah, tetapi mampu mengontrol di luar sekolah. Itulah kenapa tugas pendidik itu sangat mulia, dan begitu berat. Untuk mengawali ini, tentu harus dimulai dari sendiri, setelah itu baru ke orang lain.

Ingat rumus 3M yang disampaikan oleh Aa Gym. Mulai dari hal terkecil, Mulai dari diri sendiri dan Mulai dari sekarang juga. Semoga bermanfaat [/Zah]




Kenapa semua orang berkeinginan ingin menjadi wakil rakyat? Padahal belum tentu ia bisa mewakili rakyatnya. Pertanyaan ini seharusnya bisa menjawab kenapa seseorang memiliki motif ingin menjadi seorang wakil rakyat.

Wakil rakyat itu tugasnya sangat berat. Tidak semudah yang dibayangkan dan tidak mudah seperti yang kita lihat di televisi (tugasnya rapat, duduk-duduk dan tiduran di kursi parlemen). Tugas sebagai wakil rakyat itu mewakili aspirasi rakyat, dan yang paling penting mensejahterakan rakyat.

Sampai detik ini, yang namanya wakil rakyat belum mampu mensejahterakan rakyat, tetapi yang ada menyusahkan rakyat.

Saya curiga, tujuan mereka ingin menjadi wakil rakyat bukan karena dorongan niat yang baik, tetapi ada udang di balik batu…. kalau ini dibiarkan bisa berbahaya. Rakyat akan semakin ditindas dan dipermainkan. Ini terbukti dari beberapa pemilu yang sudah kita ikuti pasca rezim Soeharto.

Mungkin, kata wakil rakyat yang ada dalam benak mereka (para calon wakil rakyat yang jahat) diartikan sebagai seseorang yang ‘mewakili’ rakyat tetapi dengan konotasi lain.

Misal, rakyat indonesia ingin sejahtera maka kesejahteraan itu sudah diwakili oleh wakil rakyat. Rakyat sampai saat ini masih banyak yang kesusahan, ini juga sudah diwakili oleh wakil rakyat yang memiliki kekayaan melimpah dari gaji yang ia terima selama menjabat.

Belum lagi tunjangan dari sana-sini. Pokoknya sudah tidak terhitung jumlahnya. Tapi ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan rakyatnya yang kesusahan. Mencari sesuap nasi saja harus rela banting tulang dan memeras keringat di bawah trik matahari.

Buat apa menggaji para wakil rakyat dengan gaji yang selangit, tetapi hasil kerjanya nol. Percuma gaji itu dikeluarkan oleh negara, toh gaji itu juga dari hasil pajak (penghasilan rakyat).

Tugas sebagai seorang wakil rakyat yang cerdas ialah memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dan kesejahteraan itu bukan hanya sebagai janji palsu, janji manis ketika mencalonkan diri sebagai salah seorang  pemimpin. Ingatlah semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan. Tidak hanya di dunia, tetapi ketika sudah meninggalkan alam dunia ini. [Zah]

Sekiranya yang sedikit ini bermanfaat….

_______________
Tulisan ini diposting di kompasiana, pojok pemilu 2014
Sumber : KLIK DI SINI


Lagu itu biasanya sangat nikmat jika didengarkan ketika sesuai dengan perasaan hati atau kondisi keadaan yang saat itu sama dengan yang kita alami. Misalkan saja lagu yang membuat Umi Pipik berlinangan air mata dan tak mampu melupakan kenangan bersama sang belahan jiwanya, (Uje). Lagu itu adalah "Doa Untukmu Sayang " ini dia liriknya :
Aku tak akan berhenti
Menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati
Ku kan berdoa pada ilahi
Tuk satukan kami disurga nanti
Taukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia
.....
Lagu yang dipopulerkan oleh wali ini begitu pas dan sangat cocok dengan apa yang dialami Umi Pipik. Bahkan katanya juga, lagu tersebut adalah lagu yang sering mereka (Umi dan Uje) nyanyikan kala berdua atau sedang berada di rumah.

Ditinggal pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali itu sangat berat. Demikian yang dialami setiap manusia yang begitu dicintainya. Tetapi sebetulnya itu hanya sebentar. Tuhan hanya meminta untuk datang lebih dulu saja dan kelak kita juga akan menyusul nya nanti.

Terima kasih banyak, kamu sudah menjaga dan merawat anak-anak kita hingga tumbuh menjadi laki-laki tangguh dan perempuan-perempuan hebat. Aku bangga menjadi bagian dari hidupmu dan menjadi ayah dari anak-anak kita. Maaf aku lebih dulu dipanggil tuhan untuk menghadap dan membiarkan mu sendirian.

Ini bukan berarti tuhan jahat, tetapi tuhan percaya bahwa kamu itu kuat dan bisa menjalani tanpa aku.  Aku tunggu kamu di sisi-NYA. Terima kasih.
****

Lain halnya dengan lagu yang satu ini, lagu yang begitu pas dan cocok kita dengarkan ketika berada di pesta pernikahan.
Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Buat saudara yang menikah tanggal 06 April 2014 lagu ini sangat cocok buat diputerin pas nanti acara resepsi pernikahannya. Semoga nanti acaranya lancar dan diberikan kemudahan. Amiin.


Perjalanan yang kami tempuh lumayan jauh. Mungkin sebenarnya karena pertama kali saja, jadinya terasa jauh. Padahal jarak lumayan dekat dan tidak sampai berjam-jam. Satu setengah jam saja cukup, padahal.

Ku tinggalkan rumah untuk sementara waktu, demi mengejar sebuah hasrat yang selama ini belum ke-sampai-an. Ah, mana mungkin di daerah Serang punya tempat rekreasi atau objek wisata berupa air terjun, kalo ada di mana coba? sang teman menimpali dan mengatakan : ada kok, itu di daerah Kadu Beureum -Padarincang-Serang.. namanya Curug Cigumawang.

Sejak saat itu rasa penasaran pun selalu muncul kala liburan tiba. Berbekal nama objek wisata dan nama daerah, bagi saya sudah cukup, lain kali jika masih diberikan kesempatan untuk berlibur pasti akan saya sambangi di kemudian hari. Setelah satu tahun menunggu waktunya, akhirnya semua dendam itu terbayar sudah. Kami melihat keindahan Curug Cigumawang dengan mata kepala langsung, yaitu sehari setelah Idul Fitri.

Sebetulnya ada banyak objek wisata air terjun di sana, yakni Curug Betung di desa Rancasanggal, Curug Cihujan, Curug Cikotak, dan Curug Sawer di desa Padarincang, Sedangkan Curug Gendang di Carita Anyer,

Salah satu objek wisata air terjun yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yakni, Air Terjun Curug Cigumawang. Menurut penuturan pihak pengelola kawasan wisata ini, nama Cigumawang sendiri diambil dari bahasa Sunda kuno yang memiliki arti Bawang. Dalam sebuah kisah juga menceritakan bahwasanya dahulu air yang bersumber dari mata air Gunung Buntu ini, mengalir dengan begitu deras dan tampak menyerupai buah Bawang.

Sebetulnya dari segi nama pun sudah bisa dipastikan bahwa air terjun dengan curug itu beda. Kalau air terjuna, jelas air yang terjun dari ketinggian beberapa meter bahkan hingga berpulu-puluh meter seperti air terjun tertinggi yang terkenal di dunia, Angel (Salto Angel) di taman nasional Canaima, Venezuela. Dengan ketinggia 979 meter. Wuiiih kebayang gak tuh, gimana rasanya ketimpah air stinggi itu...

Sedangkan curug, itu hanya air yang mengalir dari ketinggian tetapi hanya mengalir di bebatuan atau tebing. Sehingga air tersebut tidak ada proses terjun atau jatuh seperti air terjun. Biasanya juga tempatnya gak tinggi-tinggi banget.

Lumayan lama kami menikmati keindahan air yang turun dari tepi-tepi ujung bebatuan tebing nan indah itu. Waktu itu sedang tidak musim hujan memang, jadinya tidak terlalu deras air yang berjatuhan. Beberapa pengunjung yang lain menyempatkan diri menikmati air yang berjatuhan, dan itu tidak kami lakukan. Menikmati dan melihat mereka dari kejauhan, rasanya sudah terwakili.

Kami asyik berfoto ria dengan gaya sesuka kami. Di tempat ini juga kisah itu tak akan bisa saya lupakan bersama seseorang yang pernah hadir dan memberikan warna dalam kisah perjalanan hidup ini. Semoga ia kini bahagia dan mendapatkan pendamping yang luar biasa hebat, tidak seperti saya ini, payah.

Foto-foto di tempat ini sampai kapanpun akan selalu menjadi kisah yang tak terlupakan. Terima kasih atas semuanya, kalian adalah guru kehidupan yang sangat luar biasa.

Setelah dirasa cukup, kami pun meninggalkan Curug Cigumawang yang cantik nan jelita itu. Kelak tempat ini akan menjadi tempat yang akan kami kunjungi setelah berkeluarga suatu hari nanti, ini ucap batinku kala itu. Semoga kita dipertemukan kembali dan diberikan umur yang panjang. Amiin.

Dengan mengendarai dua motor, secepat kilat kami pun meninggalkan Padarincang sore itu juga.

Selepas Ashar, saya diajak teman kamar sebelah, Ubed, Suhar dan Priyo untuk memancing. Tadinya setengah hati dan kurang mood juga. Tapi daripada boring di kamar terus, akhirnya saya pun meng-iyakan ajakan mereka.

Ternyata ada Mas Ihin (Ahmad Muflihin) juga ikut petualangan kami sore itu. Dengan berbekal alat pancing lima buah dan dua wadah umpan cacing kalung kami berlima menuju tempat pemancingan.

Bertempat di pemancingan Moro Kangen, tak butuh lama untuk strike pembuka. Tali pancing terkesan biasa dan tidak ada tanda-tanda ikan makan umpan, tetapi begitu ditarik baru ada tarikan. Perlawanan ikan yang lumayan kuat akhirnya dapat saya tuntaskan. Satu ikan lele berukuran sedang/tanggung, berhasil saya daratkan.

Karena awal-awal masih bingung, saya pun melepaskan ikan lele ini kembali ke habitatnya. Tak butuh lama juga, dari seberang kolam di sana, umpan Suhar juga disambar, tetapi sayang talinya putus, karena ikannya cukup besar.

Setelah diperbaiki, dan umpannya dilempar Suhar, strike kedua pun terjadi. Tapi kali ini ikan itu berhasil didaratkan, tanpa perlawanan yang berarti. Beberapa lama kemudian, Priyo juga strike, kali ini ikan bawal yang berhasil didaratkan.

Ubed juga strike, kali ini ikan patin yang berhasil didartakan. sebelum magrib tiba, ternyata umpan saya pun dimakan. Sontak perlawanan ikan yang tampaknya cukup besar membuat joran melengkung kala menariknya. karena ikan kali ini lebih besar dari yang sebelumnya, saya pun berhati-hati dengan perlawananya, tak perlu waktu lama, ikan lele yang lumayan besar pun berhasil saya dapatkan.

Setelah ikan yang kami dapatkan itu berada di dapur, dan yang lain menunaikan sholat. Barulah Mas Ihin strike. Kali itu ikan patin yang berhasil didaratkan. Tapi akhirnya ikan patin dikembalikan ke habitatnya lagi. Karena tidak mungkin untuk menyusul teman-temannya yang sudah tinggal dimasak.

Dua ikan lele, satu patin dan satu ikan bawal menjadi menu lahapan kami sore itu. Karena tidak begitu suka dengan ikan lele, saya memilih ikan patin saja, Ubed mengambil bawal, Suhar, Priyo dan Mas Ihin mengambil Ikan lele. Malam itu kami menyantapnya dengan sangat lahap. Semuanya dihabiskan tanpa bersisa, hingga tinggal tulang-tulangnya saja.

Foto-foto : 











Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh sang khaliq untuk menyembah kepadaNYA. Menyembah Allah, bukan berarti seolah-olah Allah butuh dengan makhluknya. Bukan juga Allah egois. Melainkan ibadah tersebut adalah bukti ketaatan kita sebagai makhluk (yang diciptakan) kepada siapa yang telah menciptakan. Kepatuhan dan ketaatan itu harus disadari oleh manusia.

Bahkan ibadah tersebut pada hakikatnya akan memberikan efek yang positif bagi manusia itu sendiri. Salah satu penelitian ilmiah tentang gerakan shalat adalah bisa memperlancar jalan darah dan memfungsikan otak dengan baik. Dan yang paling penting, dengan menjalankan ibadah tersebut manusia akan mendapatkan pahala dari Allah; (merasa tenteram dan tenang), inilah yang dicari oleh manusia.

Kewajiban beribadah itu sangat pantas Allah berlakukan untuk makhluknya, karena apabila manusia itu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan nya maka allah akan memberikan ganjaran yang berupa kenikmatan di surga dan siksaan di neraka.

Proses manusia untuk mau melakukan ibadah tidak mudah, sebagai bukti nyata bahwa telah kita saksikan begitu banyak manusia yang mengaku Islam namun kesadaran untuk beribadah sangat sedikit bahkan sangat jarang. Butuh beberapa tahap ujian tingkatan manusia untuk menyadari untuk beribadah kepada sang pencipta, yaitu allah swt.

Kesadaran yang di bangun bukan hanya sekedar sadar yang biasa melainkan kesadaran yang sangat tinggi yang mampu menghantarkan kita benar-benar menyerahkan segalanya demi sang pencipta. Kesadaran ini di bangun dari kesadaran hati nurani dan dari kesadaran ‘aqal untuk merelakan semuanya.

Sadar Diri
Sadar diri sebagai makhluk berarti menyadari akan adanya sang khaliq (sang pencipta) sehingga dengan demikian mengakui bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, bukan malah merasa paling pintar dan paling bisa serta merasa paling benar sendiri. Sadar sebagai makhluk juga  merupakan sadar akan kelemahan yang dimilki serta keterbatasan yang mampu untuk di jangkau, karena manusia merupakan makhluk yang serba kurang. Manusia hanya makhluk yang lemah dan tempatnya salah dan lupa, yang sempurna itu hanya allah swt. Tuhan yang maha agung dan maha tinggi.

Sadar Posisi
Setelah kesadaran diri ini tertanam dengan kuat maka akan melahirkan kesadaran yang kedua yaitu kesadaran posisi. Kesadaran posisi ini merupakan implementasi dari kesadaran diri, yang mana kesadaran ini akan berkembang apabila kesadaran diri yang telah diciptakan benar-benar bagus. Akan tetapi apabila kesadaran diri ini tidak berjalan atau tidak secara bagus maka akan mempengaruhi kesadaran posisi tersebut, bahkan tidak sama sekali muncul.

Sadar posisi akan memunculkan sebuah perilaku positif bagi siapapun yang memiliki kesadaran diri yang baik, orang tersebut akan menjadi orang yang baik. Menurut hemat penulis, baik disini secara garis besarnya adalah menjalankan kewajibannya terlebih dahulu kemudian meminta haknya.

Seharusnya yang harus kita tekankan adalah bagaimana kita menjadi manusia yang bisa merasa tapi bukan merasa bisa, karena dua kalimat ini jika salah mengartikan maka akan menjadi makna yang salah pula. Kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat dan sebelum berbicara, dan ini merupakan sebuah bentuk kehati-hatian kita dalam mengolah bagaimana kita mampu membiaasakan terlebih dahulu kemudain menjalankan, bukan ngomong dulu baru mengerjakan.[Ah]



Buku yang kita bahas pada kesempatan kali ini adalah cukup menarik dan nampaknya hal ini sangat perlu kita diskusikan tentang isi dari buku ini. Sebenarnya sudah bisa kita tebak tentang isi buku ini seperti apa dan tentang apa.

Ya, buku ini tentang kisah orang Cina-Tionghoa yang sudah hidup beberapa generasi di Indonesia dan menjadi penduduk asli Indonesia; dari ujung barat sampai ke ujung timur mereka ada, dan tersebar dengan latar belakang sejarah yang berbeda.

Tokoh-tokoh yang ada di dalam buku ini cukup menarik, kata Bu Dewi Anggraeni sewaktu  diskusi di toko buku Togamas. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya tokoh-tokoh yang ada di dalam buku ini tadinya banyak, dan sudah ia tentukan siapa saja yang akan diwawancarai, akan tetapi karena mereka banyak yang tidak bersedia menjadi responden atau actor protagonist di dalam buku ini, akhirnya hanya yang bersedia saja.

Responden lain berkomentar dengan alasan yang beragam menolak dan ada juga yang menyatakan masih trauma dengan sejarah hidup mereka. Tampaknya trauma itu ingin mereka buang jauh-jauh dalam hidupnya dan mereka kubur dalam-dalam serta berusaha untuk tidak mengingatnya kembali. Sebab hal tersebut memberikan dampak negatif bagi kehidupan mereka, kalau diungkap justru seolah mengungkit luka lama.

Akhirnya buku ini hanya memuat sejarah tujuh orang saja, ini pun pada awalnya mereka masih takut dan berusaha tertutup atas dasar etnis ke-cina-an-nya, akan tetapi setelah penulis berusaha mengadakan pendekatan emosional dengan Protagonist Actor, mereka adalah Ester Indahyani Jusuf, Linda Christanty, Susi Susati, Maria Sundah, Sias Mawarni Saputra, Jane Luyke Oey, Milana Yo Dan Meylani Yo.

Dengan cara pendekatan emosional inilah, akhirnya mereka mau bercerita tentang semuanya dan percaya penuh kepada penulis. Walaupun pada awalnya mereka menyangka bahwa penulis hanya akan mengambil keuntungan dari cerita-cerita kelam mereka dan akan dijadikan sebagai keuntungan financial sendiri.

Metodologi Pendekatan
Latar belakang saya adalah pendidikan maka metode pendekatan yang digunakan tidak terlepas dari dunia pendidikan dan tentunya berbeda dengan pendeketan Ekonomi Islam (EKIS) dan Hukum Islam (HI). Mari kita diskusi dan nantinya akan menambah atau memperkaya pengetahuan kita terus menerus.

Tentang Cina (Tionghoa-etnic) di Indonesia
Ketika kita membayangkan tentang orang china tentu yang ada dalam benak kita adalah seorang bos yang otoriter dan kejam kepada bawahannya dan orang china ini bagaikan manusia yang kejam. Mungkin kita sering mendengar ucapan “lebih baik saya menciptakan lapangan pekerjaan sendiri daripada harus bekerja kepada orang china” atau “saya tidak mau jadi boneka orang china.”

Dampak dari anggapan pribumi yang menggambarkan sosok orang china yang seperti itu membuat mereka sampai saat ini tidak bisa menjadi terbuka dengan keadaan sekitarnya, mereka lebih senang tertutup dan berbaur dengan kelompok mereka saja; contohnya di ibu kota Jakarta. Disana dapat kita temukan bagaimana cara mereka hidup dan seperi apa lingkungan mereka dalam keseharian, dan gaya rumah yang mereka tempai seperi apa serta gaya hidupnya pula.

Ethnic profiling inilah yang menyebabkan mereka (orang China) menjadi bulan-bulanan pribumi terutama pada kasus 1998 yaitu tentang kasus pelecehan seksual secara masal dan korbannya adalah permpuan keturunan Tionghoa. Inilah yang ingin penulis buku ini angkat dan membebaskan ethnic profiling yang selama ini masih membungkus pemikiran masyarakat pribumi.

Alasan yang mendasar adalah orang Tionghoa yang kini menempati Indonesia adalah statusnya sudah menjadi warga negara Indonesia dan lahir di negeri Indonesia dari beberapa generasi, kenapa hal ini masih  menjadi permasalahan. Apakah karena face mereka yang tidak sama dengan face Indonesia? Atau karena pandangan pribumi terhadap orang china sebagai makhluk jahat tidak bisa dilepaskan.

Padahal semuanya anggapan tersebut bisa di tampikan, misalnya saja orang china biasanya bos, tetapi ada juga china yang miskin dan rumah juga tidak punya contohnya china Benteng. Mereka hanya kerja serabutan dan tinggal dalam lingkungan yang kumuh dan sebagainya, jadi tidak semuanya apa yang ada dalam pemikiran pribumi tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada.

Jika ditanya terkait nasionalisme mereka maka hal ini bisa dibuktikan dengan prestasi Susu Susanti selaku atlit/atlet bulu tangkis, yang sering menjuarai pertandingan dan turnamen, dan menajdikannya pembulu tangkis nomor wahid. Jika kita melihat ini semua, apakah masih perlu dipertanyakan tentang  ke-nasionalisme-an Susi Susanti selaku keturunan Tionghoa.

Jangan hanya hal sepele; misalnya karena keturunan China akhirnya  mereka dipersulit dalam pembuatan surat-surat, entah itu KTP, SKKNRI dan lain sebagainya, dan ini kerap sekali terjadi sampai saat ini.

Penutup 
Dari kisah hidup delapan orang ini (Protagonist Actor)  bagaimana mereka menyembunyikan identitas mereka agar terlepas dari etnhnic profeling dan bisa hidup berbaur dengan lingkungan mereka, mungkin kita bisa merasakannya. Hidup dalam bayang-bayang ketidaknyamanan selalau melanda mereka, karena lambatlaun semuanya akan terbongkar identitas yang mereka sembunyikan dari khalayak ramai.

Atribut-atribut Negatif yang selalu mereka terima menyebabkan pandangan semua orang meyakini hal tersebut, apalagi pada masa orde baru. Disinilah mereka bagaimana memperuangkan sebuah kepercayaan publik terhadap diri mereka untuk bisa diterima oleh masyarakat umum ataupun hanya sebatas diakui oleh Negara Republik Indonesia.

Jelas sudah bahwa apa yang dipaparkan dalam buku ini adalah sebagai bentuk perjuangan dari salah seorang Dewi Anggraeni, untuk menjelaskan bagaimana etnis tionghoa yang kini sudah betul-betul dan sah menjadi warga negara indonesia, karena mereka terlahir di negri ini. Oleh karena itu jangan buat mereka dipersulit dan dipandang sebelah mata, karena mereka sama halnya dengan yang lainnya. [Zah]

Buku ini penulis bedah pada 01 Juni 2011 pada diskusi internal Jamaah Al-Faraby FIAI UII

***

Judul buku : Mereka Bilang Aku China; jalan mendaki menuju bagian bangsa
Penulis       : Dewi Anggraeni*
Penerbit     : Bentang, Yogyakarta
Tahun : Okt, 2010
Tebal : XV+279 hlm

----------------
* Adalah Adjunct Research Associate pada School Of Political And Social Inquiry, Faculty Of Art, Monash University di Melbourne, australia. Ia juga koresponden majalah tempo di Australia dan kontributor berbagai penerbitan di Australia dan Indonesia. Ia juga penulis fiksi, dan sudah enam buku.


Mari berbagi, mengabdi, dan menginspirasi. Inilah jargon yang sering kami gunakan dalam hal apapun dan dimana pun. Jargon ini kami ciptakan ketika berdiskusi untuk membuat acara yang akan kami adakan di pertengahan bulan Februari 2014. Atas dasar inilah kami akhirnya berrembuk untuk sebisa mungkin memberikan manfaat kepada adik-adik kami yang lain.

Meski tidak bisa memberikan dengan sesuatu yang berupa harta atau material, tetapi kami berharap bisa memberi dengan sebuah kisah-kisah inspiratif dan itu dapat merubah cara pandang dan berfikir (mindset) mereka. Sekecil apapun yang kami miliki, bagaimana caranya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Setelah acara itu berhasil kami ciptakan, wawasan kami semakin terbuka. Kekurangan-kekurangan itu semakin tampak dan apa saja yang harus kami beri untuk mereka semakin terbuka jelas. Meski saat ini kami sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing dan berjauhan, sebisa mungkin kami tetap menjalin komunikasi dengan baik di dunia maya.

Hingga detik hari ini, rasanya otak dan pikiran kami tidak berhenti untuk memikirkan sesuatu yang bisa kami bagi untuk mereka. Di pertemuan yang pertama, tak banyak yang bisa kami berikan. Tetapi di malam yang kedua dan di tempat yang berbeda pula, di sana kami memberikan kisah dan pengalaman terkait perjuangan yang pernah kami alami.

Semoga kisah yang sudah kami berikan bisa mereka jadikan pembelajaran dan menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih giat, lebih rajin dan lebih baik lagi. Harapan kami satu, mereka bisa berubah dan bisa membuka wawasannya ke depan. Rasanya tugas ini bukan hanya tugas kami saja, tetapi menjadi tugas kita bersama. Bagaimana memberikan semangat kepada mereka yang sedang mengalami kegalauan dan keterpurukkan.

Melalui tulisan yang sederhana ini, kami ingin mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk : Pertama berbagi, apa yang bisa kita bagikan untuk mereka. Sekecil apapun yang kita bagi, jika itu bermanfaat tentu akan ada imbalannya, entah itu di dunia dan pastinya di akhirat kelak. Kedua, yaitu mengabdi, mengabdi di sini yaitu mengabdi kepada masyarakat.

Pergaulan yang saat ini semakin bebas tentu sangat mengkhawatirkan. Tugas kita saat ini bagaimana mengontrolnya supaya tetap berada dalam koridor-koridor agama dan tidak melenceng dari jalannya. Kalau bukan kita yang mengawasinya siapa lagi? Jangan biarkan lingkungan kita menjadi rusak, dan hancur karena pergaulan yang dilarang oleh agama.

Ketiga, menginspirasi. Meski tidak bisa memberikan inspirasi kepada orang lain melalui prestasi, tetapi kita bisa menceritakan kisah-kisah orang yang sudah sukses dangan bahasa dan gaya kita masing-masing. Bagi kami, yang demikian sudah termasuk ke dalam menginspirasi. Dengan cerita atau kisah yang kita tampilkan secara tidak langsung merangsang orang lain untuk bisa menjadi seperti apa yang dikisahkan.

Sebelum saya tutup tulisan yang sederhana ini, saya punya sebuah ungkapan menarik, “Jangan tunggu menjadi kaya kalau ingin memberi…. Tetapi memberilah di kala kita bisa…” Artinya apa, jangan menunggu untuk menjadi, tetapi lakukan selagi bisa kita lakukan. Jangan menunggu menjadi orang yang hebat dulu, tetapi sebelum menjadi orang hebat pun kita sudah melakukannya.

Intinya, selagi kita bisa kenapa harus menunggu…


Kata mengawali berasal dari kata awal, yang memiliki imbuhan me dan akhiran i. Kata awal itu biasanya diartikan sebagai sesuatu yang pertama, karena kata awal itu berasal dari bahasa arab yang sudah diserap menjadi bahasa indonesia. Sedangkan dalam KBBI (kamus besar bahasa indonesia) kata awal diartikan sebagai mula-mula, permulaan, atau jauh-jauh hari sebelum ditentukan.

Adapun seseorang yang mengawali bisanya disebut Pioneer, Pencetus, Penggagas, atau Founder. Dari nama-nama tersebut itu hanyalah sebuah ungkapan bagi mereka yang mampu mengawali dalam sebuah tindakan yang akhirnya bisa dikenal oleh orang banyak. Nama tersebut lahir untuk sebuah apresiasi yang diberikan bagi siapa yang telah memulai sesuatu yang baru.

Mungkin kita sering mendengar kata-kata bijak : "Menjadi sesuatu itu mudah... tetapi untuk mengawalinya itu sangat sulit sekali..." Misalkan saja kita ingin menjadi pedagang, tetapi tidak pernah sama sekali memulainya, tentu selamanya keinginan itu hanya ada dalam khayalan. Untuk itu memulai itu sangat sulit.

Tetapi, kami sudah membuktikan bahwa mulai tanggal 12 Februari 2014 kami sudah memulai sesuatu yang besar dan kami yakin akan bertambah menjadi besar. Sesuatu yang sederhana, tetapi memiliki sebuah harapan besar dan manfaat yang tak terbatas bagi kelangsungan masa depan generasi bangsa.

Mari bergabung di sini, dengan kami. Di Forum Pemuda Penggerak Desa. Forum ini kami bangun untuk memajukan desa melalui pendidikan non formal, guna membuka wawasan masyarakat (anak-anak, remaja, dan orang tua) terhadap kemajuan dan persaingan dunia saat ini. Tentunya tidak melupakan kewajiban mereka sebagai orang yang bertaqwa; rajin sholat, ngaji, dan mendalami ilmu-ilmu agama.

Memulai di Kampung Mayat desa Panunggulan Kec. Tunjung Teja, Serang - Banten, merupakan modal yang luar biasa untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tak hanya itu, di Kampung Kedokan juga menjadi tambahan pengalaman yang kedua, Cigodeg yang ketiga dan yang baru saja kami lakukan di Kampung Pabuaran. []


Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme