(07 Juli, 2015) - Kampung Pancur mengadakan serangkaian acara yang cukup meriah. Berawal dari pemilihan ketua RT 17 dan dilanjutkan dengan acara halal bihalal remaja masjid pancur (REMASPA). Acara yang digagas oleh remaspa ini, rupanya cukup sukses, sangat meriah dan seru. Terbukti acara seperti ini diharapkan bisa dilaksanakan setiap tahun.

Pemilihan di RT 17 Kampung Pancur – Sukasari dimulai sekitar pukul 08.00 pagi. Adapun kandidat calonnya ada 3 orang. Dua diantaranya lelaki dan satu perempuan. Nomor urut 1 atas nama Bapak Abdullah, nomor urut 2 atas nama Ibu Nuryanah, dan nomor urut 3 atas nama Bapak Samsuri.

Setelah mengikuti proses pemilihan, yang unggul adalah nomor urut 1 dengan total pemilih 46 suara, diikuti nomor urut 2 dengan 35 suara dan nomor urut 3 dengan 31 suara. Adapun untuk golput atau surat suara yang tidak sah berjumlah 14. Sehingga, dengan pemilihan ketua RT 17 yang menggunakan system satu putaran ini, mutlak dimenangkan oleh Bapak Abdullah.

Dengan hasil ini, dan ditandatangani oleh seluruh saksi dan petugas Panitia Komisi Pemilihan Rukun Tetangga (PKPRT) maka nomor urut 1 atau Bapak Abdullah telah resmi menjadi ketua RT 17 yang baru, setelah sebelumnya dijabat oleh Bapak Sugiarto atau yang lebih dikenal dengan Bapak Ato. Adapun untuk pelantikan jabatan ketua RT, tingga menunggu waktu dari kepala desa Sukasari.

Pemilihan RT yang cukup meriah dan bercampur suka dan dukacita berakhir sekitar pukul 10.00 wib. Panitia halal bihalal yang bertugas sebagai penanggungjawab acara, segera mempersiapkan peralatan dan mengkondisikan tempat. Persiapan alat yang diperlukan untuk perlombaan dan teknis pelaksanaan sudah dirampungkan, panitia tinggal menunggu acara dimulai.

Sekitar pukul 13.00 cek sound sudah dimulai. Sebagai pembuka dan daya taraik untuk mengumpulkan yang ingin menyaksikan, maka inisiatif dari panitia yaitu membuat kuis dan pertannyaan seputar pengetahuan. Bagi yang berhasil maju ke depan dan mampu menjawab maka akan mendapat pulpen pintar sebagai hadiah dari panitia. Ada beberapa anak yang mampu menjawab dan berhak atas hadiahnya.

Setelah penonton dirasa cukup ramai, perlombaan pun dimulai. Perlombaan pertama dibuka dengan perlombaan makan kerupuk, lomba balap karung, pukul balon, ambil koin di tepung, dan sepak bola antar ibu-ibu vs remaja putri. Perlombaan yang sangat meriah dan mengocok perut ini selesai pukul 15.00.

Acara panjat pingan pun langsung dimulai. Tiap peserta yang akan ikut panjat pinang dibuat kelompok, dan tiap kelompok diberikan waktu lima menit untuk menaiki pohon pinang yang sudah dilumuri dengan oli. Para peserta dari anak-anak maupun remaja cukup antusias untuk memanjat pohon pinang. Berbagai cara pun dilakukan, tetapi usaha tersebut belum juga berhasil.

Setelah dua jam berusaha akhirnya pohon pinang dari kelompok anak-anak dapat ditaklukan oleh saudara Rudi Mardiana. Berselang tigapuluh menit kemudian, pohon pinang dari kelompok remaja juga ditaklukan oleh saudara suprani atau yang lebih dikenal dengan Encup alias ponge. Dengan ditaklukannya tantangan tersebut, maka acara perlombaan berakhir.

Acara halal bihalal remaspa ini ditutup dengan tausiyah dari dua penceramah, yaitu Ust. Abadi Jaya dan Pak Muhidin. Acara yang dimulai bada isya ini ditutup sekitar pukul 22.00 WIB dan dilanjutkan dengan penyerahan hadiah kepada para juara dari perlombaan tadi siang. Sekitar pukul 23.03 ditutup dengan pemutaran foto selama kegiatan perlombaan. Penonton ikut tertawa menyaksikan fotonya sendiri.

“Acara ini merupakan titik awal, dan insya allah merupakan gebrakan untuk remaspa yang lebih baik dan lebih maju….” Ucap Sudara Amir yang kala itu bertindak sebagai MC.

Acara halal bihalal ini pun telah usai, dan berharap kagiatan ini dapat dilanjutkan untuk tahun-tahun yang akan datang. Pasti, semuanya berharap demikian. Amha[]



Kemarin, secara tidak sengaja di Facebook tetangga ada yang share video menarik dan keren abis. Dalam video tersebut kita disadarkan akan bahaya media sosial yang saat ini kita agung-agungkan. Namanya saja dunia maya, tentu berbeda dengan dunia nyata. Hati-hati jika kita terbuai dan sampai terjebak di dalamnya.

Kita sudah terjebak dan terbawa arus dunia maya, sehingga urusan yang ada di dunia nyata seolah diabaikan.  Tidak ada lagi kumpul bareng teman-teman dan duduk bareng dalam satu tempat, tidak ada lagi bermain lari-larian, memainkan permainan anak-anak dan sebagainya. Semuanya telah musnah dan hampir semuanya sudah dipindahkan ke dunia maya.

Dalam video tersebut kita diajak untuk melihat dampak dari bahaya dunia maya. Kita hidup dalam dunia yang bodoh dan hanya ilusi. Oleh karena matikan layar handphone anda dan mulailah membangun dunia nyata kita kembali.

Di dunia maya kita seolah peduli dan perhatian, tetapi itu semua hanya tulisan dan ekspresi yang tidak betul-betul yang anda tunjukkan.
Saya memiliki 422 orang teman, tapi saya kesepian.
Saya berbicara dengan mereka setiap hari, Namun tak satupun yang mengenal saya.
Masalah yang saya alami ialah adanya perbedaan antara menatap mata lawan bicara atau hanya melihat nama orang di layar.
Saya melangkah mundur dan membuka mata saya, melihat sekeliling dan menyadari bahwa media yang kita sebut social ini memang segalanya, namun...
Ketika kita membuka komputer kita, namun kita menutup dunia nyata kita.
Semua teknologi yang kita punya ini hanyalah suatu ilusi


Dalam artikel yang lain, saya menemukan bahwa bahaya dari media sosial, terutama facebook adalah FOMO (Fear of missing out) atau jika diartikan dengan bahasa bebas yaitu 'takut ketinggalan'. Kita takut ketinggalan info dari teman-teman facebook. Silakan baca tulisannya DISINI.

Bahkan tak hanya itu, Facebook juga dapat merubah cara berkomunikasi kita dengan satu sama lain. Pada dasarnya facebook dapat menemukan teman lama dan bahkan orang-orang yang dulu pernah kita temui. Tapi dari facebook itu juga persahabatan kita bisa rusak dan hancur.

Misalnya saja ada seorang teman yang kerjaannya update status terus-terusan. Hampir 15 menit sekali update, posting foto dan sebagainya. Jika semua itu hanya untuk koleksi pribadi tak masalah, tetapi menjadi masalah jika orang-orang yang tak mau dilibatkan malah dibawa-bawa (ditag atau ditandai). Sehingga yang terjadi teman anda tadi kerjaannya menyampahi wall facebook anda.

Belum lagi ajakan main game, spam facebook dan tag-tag yang gak banget. Sekali dua kali mungkin bisa diterima, tetapi jika keseringan bisa buat kesal juga.

Intinya pergunakan dengan sekedarnya saja, dan hadirkan kedewasaan di dalamnya. Bahkan untuk mengantisipasi hal ini, jauh-jauh hari agama kita sudah memperingatkan agar tidak berlebihan (sekedarnya saja) 'Khairu al-umuri ausathuha'. Keluarlah, saat ini kita hidup di dunia nyata.
Shiam berarti alimsak atau menahan. Sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Lalu apa esensi dari menahan itu sendiri bagi seseorang yang menjalankannya? Apa saja yang dapat membatalkan puasa secara hakikat?

Menahan itu cakupannya luas. Menahan diri dari makan dan minum. Menahan diri dari nafsu seksual. Menahan dari perkara sia-sia, menahan dari semua hal yang tidak dianjurkan dalam agama. Jika hal ini dilakukan baik sengaja maupun tidak, maka esensi puasa itu telah rusak. Karena jika dikembalikan kepada asal katanya tadi.

Karena seseorang tersebut tidak bisa menahan diri dari hal-hal yang buruk maka menyebabkan esensi puasanya hilang. Tapi secara hukum fiqih puasanya tetap sah. Sebagai orang yang baru belajar tak apa, masih wajar. Belajar berpuasa, tingkatan puasanya baru sebatas menahan dari lapar dan dahaga saja.

Kenapa bersetubuh di bulan ramadhan pada siang hari dilarang, selain karena membatalkan puasa bersetubuh adalah aktivitas seksual yang harus dijaga pada saat berpuasa. Oleh karenanya, sesuatu yang dapat menimbulkan gairah seksual di bulan ramadhan hukumnya makruh (dibenci). Berpelukan dan berciuman yang berlebihan juga menjadi makruh, karena ditakutkan menimbulkan gairah seksual.

Menahan diri dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Semua aktivitas dan nafas pada bulan ramadhan didedikasikan untuk Allah. Beribadah secara khusyu dan betul-betul karena Allah. Dengan menahan segala sesuatu yang tadinya boleh adalah cara yang efektif untuk mendidik dan menundukan nafsu, batin yang tak nampak dari mata manusia.

Di dunia ini ada Lahir dan batin. Sesuatu yang tampak disebut lahir, sehingga penanggulangannya bisa diselesaikan dengan mudah. Tapi untuk yang sifatnya batin, ruhaniyah, tak mudah begitu saja. Oleh karenanya puasa ini adalah sebuah cara yang paling tepat untuk mendidik lahir dan batin. Secara lahir kita disadarkan untuk merasakan orang-orang yang kesusahan. Sedangkan secara batin, kita diajak untuk lebih patuh dan taat akan perintah Allah. []
  
  
Sepulang dari Masjid Kauman, kami mampir di tempat makan yang biasa kami kunjungi. Tapi malam itu begitu berbeda. Pelayanan nya sungguh tidak bisa, hingga kami harus menunggu lumayan lama. Bahkan beberapa orang yang memesan di meja sebelah kami juga merasakan hal yang sama. Saya mengetahui hal itu dari gerak gerik merek yang gelisah, serta sesekali mendatangi tempat pemesanan.

Bagi kami sungguh ini tak biasa. Awalnya kami membicarakan salah satu tempat makan yang penyajiannya super lama. Bahkan kami juga pernah memesan duluan, tapi pesanan itu tidak pernah datang. Lebih kecewa lagi ketika pengunjung yang datang setelah kami malah di dahulukan. Sungguh yang seperti ini membuat emosi dan mangkel di hati.

Untung masih punya hati dan mengingatkan pemiliknya. Tak lupa, sepulang dari makan biasanya saya berikan saran agar tidak diulangi lagi. Alangkah baiknya dicatat dan ditempelkan. Nanti ketahuan mana yang pesan duluan dan dapat duluan. Saya rasa, cara yang demikian lebih efektif dari pada harus masih menggunakan cara lama.

Setelah menunggu lama, akhirnya pesanan kami datang juga. Kami memsan Sop Ayam dua mangkuk dan tempe satu setengah porsi (enam potong). Tak lupa ada juga sepotong kol, setangkai daun kemangi dan satu potong mentimun. Tak ketinggalan juga yang selalu kami cari, yaitu sambal terasi goreng. Selain aromanya yang khas, pedasnya juga pas.

Karena sudah lama menunggu dan rasa lapar sudah tak tertahankan, akhirnya muncul niat untuk membalas dendam. Kuambil nasi dengan ukuran porsi yang agak besar, tapi karena bisanya tidak habis, akhirnya niat itupun kuurungkan. Kami makan dengan lahapnya, sampai-sampai sambalnya habis tak tersisa. Justru yang masih tersisa adalah tempenya.

Kenapa kami memesan sop? sebab malam-malam sebelumnya ketika ingin makan sop, ternyata sang pemilik tidak jualan. Akhirnya pada malam ini kesampaian juga. Perut kami terasa begitu kenyang dan rasanya sudah tidak tahan untuk tiduran. Mungkin karena efek terlalu kenyang. Sehingga shalat tarawih yang tadinya mau ditunaikan setiba di asrama, malah dinanti-nanti.

Setelah di kamar beres-beres dahulu, dan melakukan aktivitas sperti bisa. Tapi karena kasur yang menggoda, saya pun tak kuasa. Ndilalah bangun-bangun sudah waktunya sahur. Tapi karena masih kenyang memilih untuk mengakhirkan, sambil tiduran lagi. Eh, tiba-tiba terdengar sudah saatnya imsak. Dalam kondisi tiduran dan masih dalam kondisi ngantuk, akhirnya langsung berniat untuk puasa.

Entah apa yang terjadi rasa kantuk itu tiba-tiba datang lagi. Sekitar pukul sepuluh pagi saya tiduran, tapi rasa pegal-pegal itu seolah datang kembali. Tanpa sadarkan diri saya pun langsung tertidur pulas. Lagi-lagi bangun sudah setengah satu siang.

Ya Allah alangkah dzalim dan lalai hambamu ini akibat berlebihan.  Ya Allah, terimalah tobatku.

Ramadhan hari ke - 2


Ramadhan hari pertama masih bingung mau memilih menu buka puasa dengan apa. Karena kebetulan ada kawan yang datang berkunjung, akhirnya kutawari untuk berbuka di tempat yang gratis. Pilihan yang kutwarkan ada dua tempat, pilihan pertama di Masjid UGM dan pilihan kedua di Masjid Kauman. Karena beberapa pertimbangan, akhirnya kami memilih Masjid Kauman saja.

Di sana menu berbukanya tiap hari ganti, tidak tanggung-tanggung menunya cukup enak dan berkelas. Kalau dirupiahkan sau porsi bisa kenal 15 sampai 20 ribu. Ukuran harga segitu di jogja sudah tergolong mewah.

Bahkan dari beberapa sumber yang pernah saya baca, Masjid kauman itu menghabiskan dana bisa sampai 2 miliar khusus untuk acara bulan ramadhan saja. Hitungan ini menurut saya sudah dengan acara keseluruhan. Wajar saja jika dana yang dihabiskan begitu banyak, sebab selama bulan ramadhan kegiatan itu rutin dilakukan. Untuk pencermah saja selama satu hari ada tiga orang. Kajian sebelum berbuka, Tarawih dan kajian bada subuh.

Masjid Kauman yaitu Masjid yang masih berada di lingkungan Keraton Yogyakarta. Sesampainya di sana, malah tidak kebagian makan. Maklumlah sudah menjadi lautan manusia. Tapi Alhamdulilah masih dapat ta'jilan berupa roti, beberapa butir kurma dan air mineral. Sebetulnya kedatangan kami tidak telat-telat amat dan jarak ke waktu berbuka puasa juga masih lama.

Setelah mengambil beberapa butir kurma, roti dan air mineral kami mendengarkan tausiah dari penceramah. Tidak menunggu beberapa lama adzan magrib pun berkumandang. Setelah niat berbuka dan menyantap tiga butir kurma, kami langsung berwudhu, alasannya supaya tidak kena antrian. Kalau sudah mengantri shalat magribnya bisa telat.

Mungkin karena salah niatnya kurang baik, akhirnya allah tunjukan seketika itu juga. Tapi meski tidak kebagian nasi toh kami juga masih bisa makan di tempat bisa. Semua yang sudah terjadi cukup diambil hikmahnya saja, dan dijadikan sebagai sebuah pelajaran untuk ke depannya.

Catatan Khusus | Ramadhan 1436 H
Hari ke - 1


Tiga kata yang harus dihindari ketika sedang marah atau ada konflik dalam rumah tangga. Tiga kata itu adalah Ancaman, Ungkapan benci dan mengucapkan kata selalu dan tidak pernah.

Pertama, kata ancaman. Apapun bentuknya, ancaman itu tidak akan memberikan dampak yang positif. Sebab dalam ancaman itu ada sebuah pertanda bahwa kalau jika ia demikian maka konsekuensinya adalah ini dan itu. Ada rasa ketidaknyamanan dan ketidaktenangan dalam diri seseorang yang diancam.

Ketika seseorang terancam, maka yang akan terjadi adalah perbuatan nekat. Misalkan ancaman seperti ini “jika kamu tidak masak lagi, maka aku akan meminta cerai denganmu..” ketika ada masalah dan istri lupa karena kesibukannya maka mau tidak mau semuanya akan jatuh. Istri juga merasa bosan dengan ancaman yang tidak membuat dirinya nyaman.

Sekali lagi ancaman tidak akan memperbaiki masalah, tetapi malah sebaliknya.

Kedua, mengucapkan ungkapan benci. Kebencian itu akan melahirkan kebencian juga, ucapan istilah itu yang sering kita dengar. Memang betul adanya demikian, apalagi jika kita membenci seseorang misalnya, tentu apapun yang ia lakukan akan kita benci juga. Jika sudah benci apapun yang ia lakukan selalu menjadi hal yang buruk dan penuh dengan perasangka.

Misalkan kita membenci si A.  Si A ini rajin shalat dan berjamaah di masjid. Kebencian yang ada dan yang kita pupuk subur itu mengatakan bahwa si A itu rajin ke masjid hanya ingin dilihat atau pamer saja. ibadahnya gak ikhlas dan sebagainya. Atau misalkan ia rajin sedekah dan menolong. Karena sudah terlanjur membencinya kita merasa panas, begitu ia menyumbang masjid hanya beberapa lembar rupiah terus dikomentari.

Tidak bisa dibayangkan jika kebencian itu lahir dan tumbuh pada sepasang suami-istri. Suami merasa benci dengan sang istri karena keteledorannya, tidak bisa memasak, tidak dapat mengatur keuangan keluarga dan lain sebagainya. Kebencian itu semakin menjadi dan selalu muncul dalam sebuah kata-kata kotor dan tidak sepatutnya terlontar.

Jika sudah demikian, maka hubungan itu sudah tidak sehat lagi. Sehingga solusi yang paling tepat adalah menyadari kekurangan masing-masing dan saling memaafkan. Setelah saling memaafkan barulah membangunnya dengan bersama-sama. Ini cara yang paling baik, menurut hemat saya.

Ketiga, ucapan selalu dan tidak perah. Kamu itu selalu saja tidak mendengar ucapanku… padahal baru kali itu istrinya tidak mendengarkan ucapan suaminya, itu pun karena anaknya sakit dan ia harus membeli obat dengan segera. Tapi apalah daya, kejadian itu begitu cepat dan tiba-tiba ada motor yang menabrak dirinya.

Kamu tidak pernah memberiku kebahagiaan. Benarkah selama sekian lama menikah, tidak pernah merasakan kebahagiaan. Jika tidak pernah, kok bisa lahir anak-anak dan punya tempat tinggal, pekerjaan, pakaian yang rapi-wangi, serta masakan yang setiap kali dinikmatinya. Jika itu bukan sebuah kebahagiaan berarti sungguh teganya.

Lantas apa arti kebahagiaan menurut kamu selama ini?.. kebahagiaan itu sederhana, manakala kamu mau bersyukur maka disitulah kamu akan menemukan sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Ucpan selalu dan tidak pernah, seolah-olah menafikan dari rasa syukur yang seharusnya ada pada diri seorang suami.

Sepulang ziarah dari Magelang, kami menyempatkan diri mampir di angkringan dekat masjid Prayan-Jogja. Malam itu kami kurang beruntung, sebab tak ada pilihan lain selain mie dan minuman panas. Sate dan jeroan yang masih tersisa tampaknya sudah dingin dan tak bergairah untuk disantap.

Kami memesan minuman Teh dan kopi, dan tak ketinggalan untuk mengganjal perut kami memsan mie. Sambil menunggu pesanan kami jadi, bapak yang jualan mengajak diskusi terkait penyelenggaraan dan penetapan satu ramadhan itu serempak. "Pak Jokowi memang hebat, tahun ini tidak ada yang bentrok..." papar sang penjual angkringan.

"Yang hebat itu menteri agamanya Pak. Soalnya inikan kegiatan rutin tahunan, jadinya sudah lebih lihai dalam mengkoordinir masalah ini. Kelihatan lebih cerdas dan lebih sigap. Pujiku untuk menteri agama Lukman Hakim.

"Sebetulnya ini karena para tim yang diutus oleh kemenag tidak ada yang melihat bulan, kalaupun bulan terlihat posisinya sangat sulit karena masih di bawah dua derajat. Kalau pun sudah kelihatan dan posisinya di bawah dua derajat maka kesaksiannya ditolak.." papar sahabatku karena kebetulan dari hukum islam.

Diskusi terus berlanjut, hingga menyinggung dua ormas islam yang cukup besar. Perbedaan yang sudah ada seharusnya tak dijadikan masalah dan diyakini bahwa kedua-duanya adalah benar. Tapi sangat disayangkan jika masih ada yang mengklaim bahwa kebenaran itu mutlak hanya satu saja. Jika sudah demikian, maka sing bener iku yo punyaku, punya sampeyan salah.. jika sudah seperti ini jadi berbahaya.

Ketika mendengar awal pembicaraan diskusi, sebetulnya saya sudah sudah bisa menebak kemana arahnya diskusi ini. Tapi saya berusaha tetap bisa saja menanggapinya, sebab kalau dijelaskan ini dan itu tetap ngeyel. "Saya itu orang bodoh mas, tapi ya saya percaya dengan teknologi.. jadi yang seharusnya tidak perlu lagi ada perbedaan..." Kata bapaknya. Inilah salah satu bukti ucapan yang saya tangkap.

Perhitungan yang sudah ada pada zaman rasulullah itu ya ada dua cara. Kedua cara tersebut digunakan oleh rasulullah. Ketika cara ruyatul-hilal (melihat bulan) sudah dilakukan, tetapi bulan tidak tampak maka menyempurnakan bilangan bulan Syaban menjadi 30 hari. Ini cara sederhananya. Tetapi karena kemajuan teknologi semuanya menjadi lebih mudah.

Hanya saja masih kriteria dalam melihat bulan yang berbeda. Ada wujudul hilal dan mumkinu ruyat. Dua kriteria ini yang sampai saat ini belum menemukan titik temu, sebab jika kedua kriteria ini masih kukuh maka perbedaan itu akan tetap terjadi. Untuk lebih jelas silakan baca ARTIKEL ini!

Perbedaan itu tak akan terelakkan. Tapi, sebagai seorang muslim yang baik menghormati perbedaan itu sangat dianjurkan. Tak apa hari rayanya berbeda, puasanya juga berbeda, yang penting itu ibadah puasanya diterima. Untuk apa mempermasalahkan hari raya yang tidak serempak dan kompak, tapi ibadah puasanya tidak pernah dipikirkan. Ingat, utamakan yang lebih utama.

Bukan hari raya yang dijadikan patokan, tetapi yang dijadikan tolak ukur adalah ibadah ramadhan. Jika ibadah ramadhan yang kita lakukan tidak ada dampaknya, itu berarti sama saja bohong..! Output dari puasa ramadhan adalah meningkatkan ibadah dan ketakwaan, jika tidak ada perubahan sama sekali rasanya sangat disayangkan.

Tak usah menggembor-gemborkan perbedaan. Bukan itu fokus kita, tetapi fokuskan saja kepada ibadah puasa yang dijalani. Fokus agar puasa yang saat ini dijalani tidak hanya sekedar menahan rasa haus dan lapar saja. Selamat berpuasa...

Sudah menjadi kebiasaanku dalam menyambut bulan Ramadhan selalu diisi dengan ziarah kubur. Tahun 2009 silam, aku ditemani Erik ketika ziarah ke Banten. Sepulang dari ziarah, kami bertemu dengan teman baru yang dipertemukan dengan cara yang sangat unik. Dari situ rupanya semua kisah ini dimulai. Tapi, kisah itu kini hanya tinggal kenangan, karena kami terpisahkan oleh jarak dan waktu.

Tadi malam (16/06/15) Aku dan sahabatku mengunjungi Gunung Pring di daerah Magelang untuk berziarah. Tujuan keberangkatan kami adalah untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Kami berangkat bada sholat Isya, kira-kira pukul delapan malam lebih lima belas menit. Selain karena suasana malam lebih sejuk dan nyaman, alasan kami yaitu waktu kosongnya ya hanya malam hari.

Motor bebek yang kami tumpangi melesat meninggalkan Jogja malam itu juga. Satu jam perjalanan yang kami tempuh rupanya membuat sedikit kelelahan. Ditambah lagi untuk sampai ke tempat ziarah, kami harus menaiki anak tangga. Untunglah, karena niat yang ikhlas rasa lelah pun hilang selepas mengambil air wudu sebelum menaiki anak tangga.

Selepas tiba di atas, kami mengambil ari wudu lagi dan langsung mencari posisi untuk berziarah. Para peziarah begitu ramai dan seolah tak ada sepinya. Sehingga para peziarah yang lain harus bergantian untuk mengikuti tahlilan bersama.

Sekitar 20 menit kami berdoa dan membaca tahlil, setelah selesai kami langsung turun dan menuju motor di tempat parkir. Sempat mengambil beberapa jepretan untuk dokumentasi. Tak lupa juga, sebelum pulang kami mampir di pesantren Darussalam. Kebetulan anak pimpinan pesantren tersebut adalah teman kuliah kami juga.

Segelas energen  panas  yang dihidangkan, setidaknya membantu mengusir rasa dingin yang menyelimuti kami malam itu. Setelah obrolan kami dirasa cukup, kami pun izin pamit untuk pulang. Perjalanan Magelang-Jogja tengah malam penuh dengan tantangan, terutama rasa dingin yang menusuk. Dinginnya angin malam begitu terasa, bahkan menusuk tulang. Meski rasa dingin itu begitu terasa di kaki, Tapi tetap kutahan hingga sampai di Jogja.

Beberapa dokumentasi yang sempat kuabadikan :












Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabuut [29] : 2-3)

Hambar dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) diartikan dengan sesuatu yang tidak ada rasanya, tawar, atau tidak bergairah. Tetapi hambar itu hakikatnya lebih ke arah rasa masakan. Makanan akan terasa nikmat jika memiliki jenis rasa manis, asin, pedas, dan asam. Inilah komposisi rasa yang paling mendominasi dalam lidah manusia, terutama orang Indonesia.

Rasa sambal terkenal dengan pedasnya. Meskipun pedas rasanya, tetapi kita tetap menyukainya. Bahkan ada istilah tobat sambal, yaitu tobatnya hanya ketika memakan sambal saja. keesokan harinya, pasti sambal itu akan dimakan lagi, malah katanya tidak puas jika makan tanpa sambal. Pedas tetapi tetap disukai.

Garam terkenal dengan asinnya. Semua makanan yang dihidangkan pasti minimal memiliki rasa asin. Ketika ibu memasak di dapur, maka garam ini tak pernah lepas dari bumbu dapur. Begitu pun dengan rasa manis dan pedas. Kesemua rasa ini memiliki rasa yang khas dan terasa lezat di lidah.

Jika makanan yang dihidangkan tak memiliki unsur rasa yang empat ini, maka masakan itu akan diklaim sebagai makanan yang tidak enak. Sebab makanan yang enak yaitu harus memiliki rasa salah satu dari empat tadi. Sehingga begitu penting sebuah rasa bagi manusia. Tanpa rasa, maka dunia ini tak berarti.

Apa jadinya jika di dunia ini empat rasa ini dihilangkan atau diangkat oleh Allah. Jika terasa ekstrim contoh ini, coba kita ambil contoh yang lainnya. Misalnya lidah yang saat ini kita miliki itu mati rasa, dalam artian tidak mampu merasakan semua rasa yang ada di dunia ini. Apakah ia akan merasa nikmat ketika makan? Tentulah semuanya terasa sama saja.

Sebuah Rasa
Rasa manis, pedas, asam, atau asin itu dapat kita rasakan ketika memakan sesuatu, semua itu berpangkal pada kemampuan lidah. Yaitu sepotong daging yang lunak dan tanpa tulang. Bentuknya kecil dan berwarna kemerahan. Apa jadinya jika lidah itu sariawan, atau terluka? Tentu, ketika proses mengunyah makanan pasti akan terasa sakit.

Tak hanya itu, lidah itu berfungsi sebagai alat untuk berbicara, itulah sebabnya konon orang yang lidahnya pendek tidak bisa mengucapkan huruf 'R' dengan jelas. Bahkan dalam sebuah pepatah yang sering kita dengar yaitu "lidah lebih tajam dari pada pedang…" artinya ucapan itu lebih tajam dari pada pedang.

Ucapan bisa menembus sesuatu tanpa harus melukai bagian luarnya oleh karenanya harus berhati-hati dengan lidah. Pepatah lain misalnya, “berkata peliharakan lidah, berjalan peliharakan kaki...” Artinya, ketika berbicara harus memperhatikan ucapan, supaya tidak menyakiti orang lain  dan ketika berjalan memperhatikan jalanan. Jika sembarangan bisa menimbulkan masalah.

Rasa sakit yang diakibatkan oleh lidah tak mampu disembuhkan dengan dengan resep dokter. Itulah kenapa Almarhum Zainuddin MZ. selalu mengakhiri tausiahnya dengan sebuah ungkapan yang sangat puitis. "Jika pedang lukai tubuh, masih ada harapan sembuh. Jika lidah lukai hati kemana hendak obat dicari...." sakit yang timbul karena lidah memang tak ada obatnya.

Tak jarang, orang yang karena tidak pandai menjaga lidahnya berakhir dengan pertengkaran, kerusuhan dan banyak juga yang berakhir dengan kematian. Kalau kita perhatikan, kasus kejahatan dan pembunuhan yang sering terjadi, adapun motif utamanya adalah tidak terima karena sang korban tak mampu menjaga lidahnya.  Ia sakit hati, tidak terima dan  akhirnya gelap mata.

Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bisa saja di luar kehendak kita. Kita kembali ke judul di atas. Suami istri yang sudah menikah, bisanya akan mengalami kehambaran. Sahabat saya pernah mengatakan bahwa usia perkawinan itu sebetulnya hanya satu tahun, selebihnya hanya mempertahankan hubungan perkawinan. Kenapa demikian? karena ada kehambaran di sana.

Setiap hari  sering bertemu, melakukan hal yang sama dan berulang-ulang. Manusia yang memiliki sifat jenuh akan merasa biasa dan tak ada yang spesial dari kehidupannya. Itulah kenapa disebut dengan mempertahankan perkawinan. Karena ditengah-tengah pengulangan itu keduanya menjaga hubungannya untuk tetap terjalin dengan baik. Itulah kenapa romantisme kehidupan dua insan itu ketika awal-awal pernikahannya.

Setelah satu tahun, punya anak dan banyak pekerjaan semuanya semakin berubah. Semua menjadi biasa, tak lagi se-istimewa dahulu kala.




Jumat, (01/05/15). Hari pertama berangkat ke prambanan hanya bertiga, Aku, Iqbal dan Bagus. Tujuannya sih hanya sekedar mengantarkan brosur dan spanduk untuk TK/RA NU Al-Madina yang beralamatkan di Jetis, Kotesan, Prambanan. Ketika itu kami berangkat sekitar pukul sepuluh pagi. Tujuan kedua selain mengantarkan brosur itu, ya jalan-jalan sore ajah, katanya sih mau ke Candi Ijo.

Sekitar tiga puluh menit kami menempuh perjalanan Jogja-Prambanan. Jarak yang kami tempuh agak lama dikarenakan ada perbaikan Jalan Solo, sehingga arusnya lumayan padat dan menyebabkan kemacetan. Harusnya perjalanan yang kami tempuh lima belas menit, ini menjadi dua kali lipatnya.

Udara yang terasa begitu berbeda ketika kami memasuki kawasan Kotesan. Ketika melewati rel kereta api dan disambut dengan hamparan pesawahaan yang begitu hijau nan cantik, membuat suasana dan udara begitu sejuk dan nyaman. Terasa begitu asri dan jauh dari kebisingan kendaraan yang berlalu-lalang.

Setelah menikmati beberapa suguhan pesawahan yang hijau dan para petani yang sedang berada di sawah, akhirnya kami pun tiba di tempat tujuan. Karena desa yang kami tuju itu berada diujung perkampungan, maka rumahnya pun menghadap tepat ke hamparan sawah nan hijau serta bukit yang hijau kebiruan di ujung sana.

Semakin ditatap, maka semakin indah bukit-bukit itu. Apalagi setelah diamati jumlah bukit itu tampak berjajar dengan warna yang berbeda-beda. Mulai dari hijau, hingga kebiru-biruan. Yang tak bisa dilupakan yaitu suasana desa dan udara pesawahannya yang begitu sejauk dan menentramkan hati. Jauh dari kebisingan dan kegaduhan suara kendaraan yang berlalu-lalang. Sesekali suara kereta terdengar dari tempat kami ngobrol, menambah kesan pedesaan yang begitu indah.

Semua berkumpul di gedung baru, gedung sekolah yang akan digunakan untuk TK/RA NU dan sudah resmi dibuka 1 Mei 2015. Dinding depan sudah dipenuhi dengan gambar-gambar pegunungan, aneka buah-buahan dan warana-warni cat yang menghiasinya. Diniding gedung itu terasa begitu hidup dan terkesan ramai. Kata pakdhe sykeh itu hasil karya dan coretannya sendiri. Meskipun sempat tak percaya, tetapi setelah melihat hasinya, aku langsung percaya.

Begitu ibu menyuguhkan kami minuman dan beberapa toples kue, brosur dan spanduk langsung kami serahkan. Sebelum dipasang, Pakde Syekh bilang tanggung, nanti saja setelah jumatan. “nanti saja, tanggung, ini sudah mau jumatan….” Menyadari hal itu, maka kami pun langsung mengiyakan dan langsung siap-siap. Kami dan ditemani lionel serta Pakdhe Syekh langusng menuju masjid yang ada di dusun jetis.

Sepulangnya dari sana, kami langusng memasang spanduk. Beruntung, setelah kami pasang spanduk, hujan baru turun. Sehingga ketika hujan turun, kami sedang menyantap mie rebus dan nasi serta berlaukkan tempe goreng. Sedap banget dweh pokoknya…  selepas menyantap makan siang, kami ngobrol kesana-kemari sambil menunggu hujan reda.

Setelah hujan reda, Aku dan Bagus memilih memancing di jembatan. Iqbal sengaja kami tinggalkan karena sedang bertelephone ria, dan pakdhe syekh sedang tidur siang. Setelah mencari umpan dan tak menemukan, maka kami pun memilih menggunakan umpan ulat daun pisang. Predikisiku sih memang tak akan berhasil, sebab ulat tersebut tak memiliki bau amis, jadi ya ikan-ikan tidak akan mau mencicipinya.

Setelah berjalan beberapa lama dan lumayan jauh, kami pun tiba di jembatan. Semuanya langusng disiapkan dan pancingan siap dilemparkan. Setelah dilempar, beberapa waktu sudah berlalu tetapi umpan kami tak kunjung ada yang memakannya. Karena taka da respon dari ikan, maka mancing pun kami akhiri. Kami kembali ke tempat semula dan siap-siap untuk pulang. Tak lupa kami mampir ke sawah yang ada di depan ruamh, ceritanya mau mencari belut, siapa tahu ada lubangnya.

Setelah mencari dan melihat tekstur tanah sawahnya, memang belut tak suka dengan tanah seperti ini. Karena tak menemukan lubang belut, aku memutuskan meminta Bagus untuk mengambil gambar dengan bacakgrund bukit dan sawah yang denga hijau. Hasilnya keren banget. Karena ada Lionel dan Zahra yang ikut, maka kami pun foto bareng.

@@@

Minggu (03/05/15) kami mengantarkan balngko formulir pendaftaran dan beberpa surat rincian uang pendaftaran TK/RA NU AL-MADINA. Kali ini kami berangkat empat orang, ditambah dengan Priyo Sudibyo. Kali ini tujuan kami tak hanya memancing, tetapi wisata candi Ijo. Setelah surat diserahkan, kami berangkat untuk memancing. Lagi-lagi iqbal kami tinggalkan sendirian, karena sedang ngbrol dengan ibu.

Setelah memancing dan hanya dapat satu (itu pun ikannya kecil) kami memutuskan untuk langung berangkat ke candi ijo. Setelah shalat ashar kami langusng tancap gas. Ndilalah baru beberapa menit meninggalkan kotesan, motor yang Iqbal dan aku tumpangi mengalami bocor ban. Mau tidak mau maka kami harus menepi, dan mereka (priyo dan Bagus) juga meunggu kami. Waktu terus bergulir dan sudah semakin sore, bahkan ketika ban sudah normal, tak berapa lama suara adzan magrib sudah berkumandang.

Ketika menunggu ban bocor ditambal, kami memutuskan untuk menunda keberangkatan menuju candi ijo. Selain kesorean, cuaca juga tidak mendukung. Kondisi cuaca mendung dan menyebabkan sunset yang kami inginkan ketika di candi ijo tak akan berhasil kami dapatkan. Kami memutuskan untuk mengunjunginya lain kali saja.

Jauh sebelum Rene Descartes mencetuskan jargon cogito ergo sum atau “Aku berpikir maka Aku ada”, Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa pusat eksistensi manusia yang menentukan kualitas kediriannya adalah Qalb. Acuan Descartes kepada aktivitas berpikir (cogito) sebagai penanda keberadaannya, sebenaranya telah membatasi potensi kecerdasan manusia pada wilayah kecerdasan intelektual semata.

Definisi cerdas dan berpikir pada sosok manusia hanya dibatasi oleh bekerjanya simpul-simpul syaraf di otak berdasarkan premis-premis logika yang dipostulatkan sebagai kebenaran. Sementara manusia memiliki potensi qolb untuk merenung, menyadari, menghayati, memilih mana yang baik dan buruk, bahkan menembus hijab kediriannya sendiri.

Sir Prancis Galton pelopor studi IQ (Intelligence Quotient) dalam bukunya Heredity Genius (1869), yang disempurnakan oleh Alferd Binet dan Simon dengan mengukur kemampuan pengetahuan praktis, daya ingat, daya nalar, pembendaharaan kata, dan pemecahan masalah. Teori ini dipatahkan oleh Daniel Goleman yang memperkenalkan EQ (Emotional Quotient) dalam bukunya Working with Emotional Intelligence (1999) dengan menunjukan penelitian bahwa orang yang memiliki iq tinggi tika menjamim hidupnya akan sukses. Tetapi orang yang memiliki eq memegang peran kunci disana.

Asumsi Daniel dikuatkan oleh Dannah Zohar yang memplopori munculnya Kecerdasan Spiritual atau SQ (spiritual quotient) dalam bukunya Spiritual Intelligence-The Ultimate Intelligence (2000).

Di Indonesia ada sosok Ary Ginanjar yang memulai dari rukun islam dan rukun iman maka lahirlah ESQ (emotional spiritual quotient). Sedangkan Toto Tasmara menggagas kecerdasan ruhaniyah (transcendental intellegence) yang bertumpu pada ajaran cinta. Cinta di sini bukan komoditas, tetapi sebuah kepedulian yang sangat kuat terhadap moral dan kemanusiaan.

Jika kita mengupas kecerdasan dari kaca mata agama, sudah sangat jelas, bahwa kecerdasan yang hakiki adalah kecerdasan yang tidak hanya berpusat kepada daya pikir atau otak, melainkan lebih kepada gerak hati atau dalam bahasa di atas disebut dengan qalb. Kecerdasan otak hanya berfungsi dalam urusan kerja otak, tetapi secara aplikasinya semua yang ada di dunia ini lebih kepada bagaimana kita mengendalikan hati.

Hati yang baik akan membawa ke arah yang baik pula, tetapi otak yang baik belum bisa demikian. Sebab cara kerja otak yang tidak melihatkan hati itu hanyalah nafsu, dan datangnya bisa dari bisikan syetan. Tetapi jika melibatkan hati tentu akan disaring terlebih dahulu, apakah baik atau buruk. Nafsu yang tidak dibentengi oleh pengendali tentu akan menjadi liar dan buas, sehingga akan mengakibatkan pemiliknya tidak dapat mengontrol diri bahkan bisa mengakibatkan kerusakan moral. Jika sudah demikian, perbuatan yang demikian akan terus diulangi dan dinikmati.

*dikutip dari buku Pak Hamdani.
Alhamdulilah, meski daftarnya paling terakhir tetapi kesampean juga. Hasil posternya belum bagus, tapi mencoba dan ikut berpartispasi dalam rangka memeriahkan lomba #milad72UII kali ini, sudah lebih dari cukup. Ini hasil karya saya yang sederhana dan lumayan memutar otak dalam membuat gambar ini. Dan akhirnya terciptalah kedua gambar di bawah ini. #MILAD72UII

Sengaja memilih kedua tokoh di bawah ini, karena mereka adalah alumni UII yang kredibilitas dan kapabelitasnya sudah tidak diragukan lagi. Keunggulan poster ini yaitu harus dilihat dari jarak jauh (3 atau lima meter) suapaya kelihatan lebih jelas. Buka juga di Twitter: @AmirTwin #MILAD72UII.



#MILAD72UII - 1 @AmirTwin

#MILAD72UII - 2 @AmirTwin

Ya Allah berikanlah kami keberkahahan di bulan Rajab, dan Syaban, 
serta pertemukan/sampaikanlah kami dengan Bulan Ramadhan…

Bulan Rajab adalah bulan yang agung yaitu bulan yang ketujuh dalam hitungan bulan hijriyah. Pada bulan ini Allāh swt. telah membuka mata umat kaum musrikin yang pada masa zaman jahiliyah. Betapa tidak, pada bulan yang mulia ini Allāh swt. memperjalankan hambanya yang bernama Muhamad bin Abdullah dari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha pada waktu malam hari. Allah swt berfirman dalam alquran :

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Israa [17] : 1)

Perjalanann ini merupakan sebuah gambaran umum bagi kita semua bahwa urusan-urusan yang bersifat sosial kemanusiaan (Hablun Min al-naas) harus terlebih dahulu dibangaun, agar terciptanya sebuah kedamaian dan kesejahteraan. Jika hal ini telah terbentuk, maka aspek yang lain akan mudah dilakukan. Kita tidak boleh mengesampingkan ibadah yang bersifat horizontal, karena justru ibadah ini juga bisa berpengaruh.

Rasulullāh mengajarkan bagaimana kita semua untuk hidup berdampingan dengan tetangga dan bagiamana seharusnya kita bersikap dengan tetangga, bahkan rasul menyatakan dengan tegas tidak akan masuk syurga bagi siapa yang membuat resah tetangganya. Inilah gambaran betapa pentingnya hubungan antar sesama manusia (Hablun Min al-naas)

Setelah diisrakan oleh Allah swt. Muhamad bin Abdullah melaksanakan mi’raj atau naik ke langit, dari masjidil Aqsha di Palestina menuju sidratul muntaha. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa berhubungan kepada Allah swt. (Hablun Minallah) harus dibangun berdasarkan kekokohan secara menyeluruh, yaitu ibadah mu’amalah dahulu dikuatkan setelah itu barulah ke urusan syariah yang dibangun.

Jika ibadah mu’amalah tersebut masih belum tertata rapi kemungkinan ibadah tersebut tidak sampai kepadaNYA. Allah swt tidak menerima ibadah seseorang apabila dihatinya ada riya, iri dan dengki. Inilah gambaran secara jelas bahwa amalam mu’amalah kita harus baik dan berusaha untuk menghindari mu’amalah yang tidak baik.

Dari perjalanan mi’raj Nabi Muhamad saw kita disadarkan dengan hubungan secara horizontal dan vertikal dan sempurna. Pesan yang disampaikan dalam peristiwa nabi tersebut adalah bahwa kedua hubungan ini dapat disatukan dan harus ada dalam diri orang-orang muslim. Jika keduanya tertata dengan baik, dan bisa dijalankan secara besama-sama maka itulah yang disebut dengan sebaik-baiknya manusia; ahsanu taqwim.

Hitungan bulan yang selanjutnya, setelah bulan rajab adalah hitungan bulan kedelapan yaitu bulan syaban. Pada bulan ini amalan-amalan  kita akan dilaporkan dan dibukukan, oleh karena itu maka rapor/rapot yang akan kita serahkan harus memiliki nilai baik. Jika nilai rapor sekolah siswa ada yang tidak memenuhi standar maka guru akan memberikan teguran kepada siswa dengan berupa memenggilnya dan kemudian memberikan nasihat kepadanya. Akan tetapi Allah memiliki cara yang sungguh sangat baik dan bijak ketika memberikan teguran kepada hambanya.

Jika kita tidak ingin rapor itu memiliki nilai yang buruk maka jangan berbuat pelanggaran. Adapun rumusnya sebetulnya sangat mudah, hanya taat dan patuh saja. Akan tetapi manusia terbawa oleh hawa nafsunya, sehingga ketaaan tersebut bisa tertutupi oleh nafsu lawwamah dan ammarah. Sehingga untuk bisa taat dalam menjalankan perintah Allah sangat berat, ketimbang melaksanakan sebuah keburukan.

Pesan Untuk Ramadhan
“Ya Allah berikanlah kami berkah dibulan Rajab, dan Syaban, serta pertemukan/sampaikanlah kami dengan bulan ramadhan…” Do’a yang yang sering kita panjatkan ini, selain sebagai bentuk perasaan rindu akan keagungan bulan ramadhan akan tetapi ini juga berarti meminta kepada Allah agar di dua bulan sebelum ramadhan ini untuk diberikan berkah supaya dapat mempersiapkan diri dalam menyambut bulan yang agung.

Adapun berkah di dua bulan pra ramadhan adalah, pada Bulan Rajab kita dianjurkan mensucikanan ibadah dengan baik dan benar, sedangkan pada Bulan Syaban kita dianjurkan untuk memyucikan nafsu dari segala bentuknya agar ketika menghadapi Bulan Ramadhan semuanya sudah betul-betul matang dan siap.

Pada bulan Rajab ibadah harus betul-betul dipersiapkan, dan hubungan muamalah sesame manusia harus diperbaiki. Itulah kenapa dalam tradisi orang Banten ada istilah mengunjungi sauadara dan membawakan hidangan untuk mereka istilah ini disebut dengan “nganteuran”. Tujuannya adalah sebagai menjalin tali silaturahmi dan meminta maaf jika ada salah dan dosa. Intinya adalah memperbaiki muamalahnya, siapa tahu selama ini belum benar, terutama dengan saudara sendiri.

Adapun pada bulan Syaban yang diperbaiki adalah urusan batin (hati). Setelah urusan muamalah selesai, maka kita dituntut untuk memperbaiki dan menata hati. Urusan hati inilah yang menentukan manusia baik dan buruk, tetapi sayang yang mengetahui hal itu hanya dirinya dan Allah saja. Karenanya banyak sekali amalan-amalan baik, tetapi karena hatnya tidak baik akhirnya pahala itu malah berbuah dosa. Puasa ramadhan adalah amalan yang dikerjakan oleh manusia, tetapi yang mampu mengetahui kualitas puasanya hanya Allah dan hatinya saja.

Nafsu Manusia
Alquran membagi nafsu itu menjadi tiga, yaitu nafsu amarah, nafsu lawwamah dan nafsu mutmainnah.  Nafsu ammarah adalah nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan Allah berfirman “ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf [12] : 53).

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang selalu membuat seseorang tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dan berusaha untuk sesuatu yang lebih baik dari yang sudah dimilikinya. Nafsu ini disebut juga sebagai “merasa tidak cukup”. Jika ketidakpuasan ini dijadikan untuk hal yang positif tentu sangat dianjurkan, misalnya kita diharuskan mencari ilmu dan jangan puas dengan ilmu yang telah kita miliki.

Sedangkan nafsu yang terakhir adalah nafsu mutmainnah, yaitu nafsu yang tenang dan patut dimiliki harus terus dijaga oleh setiap diri manusia. Nafsu mutmainnah selalu mendorong pemiliknya untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Memiliki kesadaran, jati diri, dan mampu memaknai arti hidup dan kehidupan serta arti kebahagiaan. Siapa saja yang memiliki nafsu ini, janji Allah adalah surga sebagai balasannya. “…. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Ihtitam
Setiap perubahan itu membutuhkan waktu, dan waktu yang butuhkan tergantung manusia itu sendiri. Dalam hal ii, tiga bulan  adalah waktu yang paling efektif. Bulan pertama memperbaiki muamalah dengan sesama manusia, sedangkan bulan kedua adalah menata hati. Disamping menata hati, dibiasakan juga latihan menahan lapar dan perbanyak membaca al-Quran. Jika persiapan ini sudah betul-betul dipersiapkan, ketika bula ramadhan datang sudah betul-betul mantap.

Saat ini kita berada di bulan rajab, sebentar lagi kita memasuki bulan syaban. Alangkah baiknya kita mencuci ulang dan introspeksi dengan amalan-amalan yang telah kita lakukan pada bulan-bulan sebelumnya agar amalan tersebut terseleksi dengan benar, yang baik terus dipertahankan dan yang tidak baik ditinggalkan.

Setiap Bulan Ramadhan, ada satu malam yang paling ditunggu dan dinanti, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan (lail al-Qadar) atau disebut juga malam kemuliaan. Jika persiapan ini sudah dimulai dari jauh-jauh hari, serta sudah dipersiapkan dengan baik. Maka bukan tidak mungkin jika rahasia malam kemuliaan itu akan dapat kita jumpai, Amiin. Allahu’alam.[]

Amir Hamzah
Belajar di UII
diterbitkan buletin alrasikh.uii.ac.id /Mei 2015

Nama adalah panggilan, pembeda dan sesuatu yang diberikan dari orang tua kepada anaknya. Dengan nama tersebut, sang anak menjadi pembeda dengan anak yang lainnya. Oleh karenanya, nama itu harus yang baik dan mengandung doa. Harapannya bisa menjadi pesan untuk dirinya.

Namanya bagus, tapi sayang perilakunya belum sesuai dengan namanya. Tidak apa-apa, mungkin belum saja. Kelak suatu saat nanti ia akan menyadarinya. Kadang ada yang tidak pede dengan namanya sendiri, entah karena menurutnya nama itu kurang elegan atau karena makna dari nama tersebut terlalu berat baginya.

Baru-baru ini di akun media sosial ada arti nama yang unik. Disana nama seseorang akan diartikan dengan kepribadiannya masing-masing. Kata-katanya juga unik dan keren-keren. Ini salah satu buktinya... 


Sesuai dengan yang ada disana? pasti kamu senang sekali. Yang pengen, silakan cari ajah ya sendiri aplikasinya.. heheheee


Istri itu, ya mau tidak mau tugasnya adalah melayani suami. Ini bukan semata-mata tidak ada keadilan di sana. Istri dan suami sama-sama memiliki fungsi dan tugas masing-masing untuk saling 'melayani' satu sama lain. Konotasi kata 'melayani' bukan hanya sekedar dalam kebutuhan batin tetapi juga kebutuhan materi.

Suami membutuhkan istri untuk teman curhat, berbagi kasih sayang dan menjaga keutuhan keluarganya. Begitu pun dengan istri yang membutuhkan suami sebagai sosok 'pemberi rasa aman' dan pelindung. Tak sedikit juga suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri mengurus anak di rumah.

Semuanya adalah pilihan dan atas dasar kesepakatan. Semuanya juga boleh, asalkan tidak mengabaikan fungsi dan tugas utamanya masing-masing. Tugas yang paling berat dan utama yaitu menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Kualitas anak dipengaruhi oleh kualitas orang tua itu sendiri.

Dibawah ini ada sebuah film pendek yang syarat akan makna, pesan hidup dan nilai pendidikan yang dapat kita jadikan contoh. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan untuk kontemplasi bersama.


"De.. Mandi dulu sana, nanti kita makan malam bareng.. "

"Boleh ya aku makan dulu.. setelah itu baru mandi.."

"Iya boleh, tapi nanti aku makannya sambil tutup hidung ya..."
Suami : Maaf De, aku belum bisa menjadi Imam kamu...

Istri : Kamu shalat istikharah? mau Poligami?..






Selamat menyaksikan Film singkatnya...




Hari kamis sore saya pergi ke sebuah toko buku yang cukup terkenal di Yogyakarta. Disana saya memilah dan memilih berbagai macam buku. Hingga akhirnya saya jatuh hati kepada dua buah buku. Buku yang pertama berjudul Agility karya profesor Renald Kasali.

Dalam buku itu saya merasa terpecut habis-habisan. Tak hanya itu, dari buku itu juga saya merasa terpatri untuk berubah, untuk lebih agile. Dalam buku ini beliau menganalogikan dua pilihan yang cukup berbeda. Memilih untuk menjadi penumpang atau menjadi sopir.

Menjadi penumpang itu lebih enak dan lebih nyaman. Tak ada tuntutan apapun, karena tujuan ia hanyalah sampai ke tempat yang ia tuju. Terkait di dalam mobil mau melakukan apa, ya terserah dirinya. Bisa tiduran, selonjoran mendengarkan music, sms, bahkan maen game.

“Seratus kambing yang dipimpin seekor singa lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing.”

Berbeda halnya dengan sang sopir yang ada di depan. Ia dituntut untuk cekatan, memiliki opsi dan alternatif jalan yang lain serta tidak boleh tiduran. Sebab resiko yang dimilikinya sangatlah besar. Resiko itulah yang ada pada seorang sopir, sehingga tak banyak yang ingin menjadi sopir.

Lebih nyaman dan tenang menjadi penumpang. Duduk di belakang, mengekor saja, terserah kepada pemimpinnya. Lebih tepatnya yaitu memilih jalan aman. Inilah kebanyakan tipe manusia yang ada di negeri ini, lebih terkesan mencari aman dan duduk diam.

Agility, sesuai dengan judulnya yaitu menuntut kita supaya cerdas dalam segala hal. Cerdas seperti pemimpin UEA yang mampu membawa kemajuan pesat seperti sekarang ini. Mereka bisa maju dan hebat sekarang ini karena punya agility dan sadar akan persaingan.

Catatan yang paling saya ingat dalam buku ini yaitu : “seratus kambing yang dipimpin seekor singa lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing.” Demikianlah kata-kata itu saya catat dalam buku diary saya. Kata yang sungguh menginspirasi dan makna yang dalam.

Dalam buku yang satunya lagi, Self Drawing. Prof. Renald Kasali hampir sama, yaitu membombardir tentang how to be driver not a be passanger. Mental seorang driver harus dimiliki, sebab ketika MEA di akhir tahun 2015 ini semuanya akan begitu terbuka. Jika tidak sekarang, ya kapan lagi.

Dalam buku kedua yang saya baca ini, Prof. Renald Kasali lebih detail berbicara tentang driver personality. Menjadi driver untuk pribadi, untuk masyarakat, dan bangsa. Ketiganya harus memiliki keterkaitan, sehingga akan mudah mengembalikan kejayaan negeri ini dari chaos.

Dari dua buku di atas, Agility dan Self Drawing. Saya menjadi lebih sadar untuk berubah. Berubah ke arah yang lebih baik. Change before you have to.. (berubahlah sebelum anda dipaksa untuk berubah). Demikian kata Jack Welch.

Pada halaman pertama Self Drawing, tertulis : “Orang jujur itu mujur. Tapi jujur dan disiplon seperti sekeping koin dengan dua sisi, saling melengkapi. Karena kejujuran harus menjadi komitmen. Dan komitmen harus dibentuk oleh self discipline. Inilah modal dasar self driver.


Suatu ketika, Khayangan sedang diserang oleh pasukan raksasa yang dipimpin oleh Raja Niwatakawaca. Penyerbuan Khayangan tersebut bukan tanpa sebab, melainkan karena sang raja ingin menikahi seorang bidadari (Supraba) dari Khayangan. Karena keinginannya ini tidak sesuai, maka para dewa pun menolaknya. Sehingga pertempuran itu pun tak bisa dielakkan.

Karena situasi inilah akhirnya para dewa mencari pertolongan kepada sang maha ksatria, yaitu Arjuna. Kala itu arjuna sedang tapa brata. Akhirnya tapa brata Arjuna pun coba digagalkan. Mula-mula tapa brata Arjuna digagalkan dengan cara yang lembut, yaitu dengan mengutus para bidadari. Tetapi Arjuna tidak tergoyahkan dalam tapa bratanya.

Karena tidak mempan, akhirnya Bharata Narada turun langsung. Ia berubah wujud dengan menyamar sebagai seorang Resi. Resi ini akhirnya mencoba menggagalkan tapa brata Arjuna. "Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri.."

Kau salah besar Resi.. tapa brataku bukan untuk kepentingan diriku sendiri. Tetapi untuk kemenangan keluargaku  dalam mempersiapkan peperangan bhatarayudha di Kurusetra.” Setelah mendengar jawaban Arjuna, Resi jelmaan Bhatara Narada menghilang, lenyap dari pandangan mata.

Setelah Jelmaan Bharata Narada hilang, muncullah seekor babi yang bernama Mamang Murka yaitu utusan rata nwatakawaca untuk membunuh arjuna. Namun niat jahat dari babi tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sebab panah Arjuna dan Siwa lebih dahulu mengarah kepadanya. Sehingga babi tersebut tewas sebelum menjalankan perintah rajanya.

Setelah kejadian itu, Arjuna dan Siwa (sang guru) berselisih. Kata Arjuna panahnyalah yang lebih dahulu menancap ke babi. Begitupun dengan Siwa yang mengakui hal demikian. Sehingga keduanya berselisih paham. Akhinya Arjuna mengalah dan mengakui jika panah Siwa yang lebih dahulu. Karena mengalah, akhirnya Arjuna diberi panah Pasopati oleh Siwa.

Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri..

Konon dengan panah pasopati itulah Raja Niwatakawaca dibunuh oleh Arjuna, sang Ksatria pandawa. Dalam cerita lain, terutama pakeliran Jawa gagrak Yogyakarta, Prabu Niwatakawaca adalah putera Arjuna sendiri yang lahir dari Dewi Srikandi. Kelak sukma Prabu Niwatakawaca akan diselamatkan oleh Arjuna dari kawah Candradimuka (neraka) menuju surga tingkat 9.

Paso atau phasu berarti hewan. Sedangkan pati berarti mati. Panah Pasopati berarti yaitu mengendalikan nafsu hewan yang ada dalam diri manusia. Itulah kenapa setelah Arjuna mengalah, akhirnya diberikan panah oleh Siwa. Arjuna sudah mencapai titik dimana ia mampu mengalahkan atau mengendalikan hawa nafsunya kala itu.

Dengan Pasopati itu juga Prabu Niwatakawaca dapat dibunuh. Artinya kedengkian, keserakahan akan dikalahkan dengan cara mengendalikan diri. Prabu Niwatakawaca yang ingin menikahi bidadari, adalah sebuah bentuk keserakahan. Jelas-jelas ia tidak diciptakan untuk berpasangan dengan bidadari, melainkan dengan jenisnya sendiri.

Saya pernah baca sebuah quote dari Kang Emil (Ridwan Kamil, yang saat ini menjadi wali kota Bandung). Dalam sebuah quote twitternya berbunyi seperti ini kalau tidak salah, “Muka itu dirawat bukan diedit..

Dari kalimat itu, saya mendapatkan sebuah kebenaran yang secara langsung sesuai dengan kondisi masa kini. Orang kebanyakan lebih memilih memalsukan wajahnya, jika tidak percaya silakan cek akun facebooknya, twitternya bahakan instagramanya.

Di sana banyak sekali kebohongan/pemalsuan wajah. Wajahnya sudah mengalami editan, tentunya dengan bantuan kamera yang otomatis ada jenis tampilan yang diinginkan. Atau dengan menggunakan aplikasi lain semisal photoshop atau aplikasi yang bisa dipasang di gadget.

Saya juga sadar, bahwa termasuk dalam golongan yang di atas. Terlebih jika foto yang ditaruh di akun dunia maya, rata-rata foto yang bagus dan terbaik menurut diri sendiri. Untuk itulah saat ini saya akan mencoba jujur apa adanya dan menaruh semua hasil jepretan kamera yang dipunya. Sekali lagi, apapun itu hasilnya dan apa adanya.

"Bebanmu akan berat, jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu......"  _Hamka

Jelek dan bagus bukan ukuran mutlak. Itu hanya persepsi dan penilaian seseorang saja. Penilaian  itu tentu akan berbeda satu dengan yang lainnya. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku bahwa rupa yang menawan bukanlah sebuah jaminan. Tetapi yang menjadi jaminan adalah isi (kecerdasan) dan prilakunya (akhlaq).

Bagi saya sendiri, seorang perempuan itu lebih cantik manakala ia rajin, bisa memasak, dan cerdas dalam mengurus anak. Saya tidak menafikan paras cantik nan jelita, tetapi lebih elok jika kecantikan itu dari dalam dan luarnya juga. Setiap wanita itu dilahirkan dengan kecantikannya masing-masing.

Tapi, banyak wanita yang lebih senang memoles kecantikannya dengan sesuatu yang tak alami. Bahkan mereka lupa untuk memoles kecantikan yang ada di dalamnya. Seharusnya yang diedit itu bukan hanya wajahnya, tetapi dalamnya juga, biar sama-sama imbang. Luarnya bagus, dalamnya juga syukur-syukur bagus, jadinya double.

Kita hidup di dunia ini dalam kepalsuan. Selalu menahan naluri kehewanan yang ada dalam diri. Padahal jika sifat kehewanan itu dibiarkan tentu akan menjadi kacau, salah satu contohnya dalah budaya di Barat. Hidup dalam kepalsuan untuk hal ini saya kira tetap dianjurkan, sebab bagaimanapun nafsu hewan yang ada dalam diri harus dikendalikan.

Masih punya malu, berarti masih normal. Karena merasa malu itulah akhirnya sifat buruknya diubah dengan sifat yang baik. Sesuatu yang buruk itu tidak baik, oleh karena tidak baik maka hal itu sangat dibenci oleh kebanyakan orang. Siapa yang keburukannya lebih banyak maka keberadaannya seolah tidak diinginkan. Tapi, jika kebaikan seseorang itu lebih banyak, maka semua orang akan mengharapkan ada jutaan yang sepertinya.

Siapa yang masih memiliki malu berarti imannya masih ada. Iman itulah yang akan membawa seseorang ke sebuah tempat yang paling agung lagi tinggi. Ya, tempat itu adalah surga yang telah Allah janjikan. Oleh karenanya, sifat malu harus kita miliki, sebab Al-hayau minal imaan- malu itu sebagian dari iman. [Ah]

Dulu, saya sempat putus asa untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pernah suatu ketika saya punya pikiran seperti ini "gak apa-apa saya menikah dengan janda sekalipun asalkan ia mau dan siap membiayai kuliah. Syukur - syukur bisa sampe S2 atau sampe mentok..." konyol bukan?..

Bahkan dulu juga sempat punya pikiran nekat untuk mendatangi orang yang berduit (kaya). Tujuannya yaitu untuk meminjam uang sekian puluh juta (sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk kuliah sampai lulus). Nanti jika sudah lulus hutang itu akan dibayar dengan cicilan.

Atau pilihan yang lebih ekstrim lagi, yaitu ketika sudah lulus nanti siap menikahi anaknya jika ada yang perempuan. Inilah beberapa ide nekat saya yang pernah terbesit dalam pikiran ini.

Inilah bukti seberapa kuat dan seberapa antusias saya dengan pendidikan. Masa depan bukan lagi sebagai tujuan, tetapi saya menyadari betul bahwa perjuangan saat ini bisa mempengaruhi masa depan kelak. Obsesi saya hanya satu, yaitu bagaimana ingin menjadi manusia yang bermanfaat, terutama kepada masyarakat sekitar dan umumnya kepada semua elemen masyarakat yang lainnya.

Dalam benak saya ketika itu adalah rela demi menuntut ilmu ketimbang apapun. Saat ini semuanya sedang diuji. Niat dan ketulusan saya sedang mengalami posisi puncak, semuanya meluap keluar dan muncul banyak pertanyaan dan pikiran-pikiran yang saya sendiri merasa bingung harus memulai dari mana.

Mungkin ini adalah konsekuensi yang harus saya terima dan harus saya jalani saat ini. Ini bukan aib, bukan kemunduran, atau apapun. Tetapi ini adalah batu loncatan untuk menjadi lebih baik, untuk lebih banyak belajar dan belajar lagi. Membuka wawasan, membaca keadaan, melihat fenomena dan banyak hal yang intinya mematri diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Saat ini semuanya sedang saya jalani, meski perlahan tetapi pasti. Saya sadar dan meyakini bahwa ujian ini suatu saat akan sirna. Saya yakin ini adalah sebuah tanda 'cinta' dari sang kuasa, agar menaiki derajat yang lebih tinggi lagi.

Jujur, saat ini pun ide itu masih muncul. Bahkan akan saya jadikan second choice jika diperlukan atau dalam kondisi terdesak misalnya.

Ada yang berminat atau mendaftar?.

Biar hujan ade berhentinye. Biarin kali ade ujungnye. Biarin laut ade tepinye. Apapun yang terjadi dan apapun yang bakal terjadi, cinte kite kagak ade ujungnye, kagak ade tepinye...

Itulah janji Bajuri buat Oneng. Film komedian yang syarat dengan adegan lucu dan negbuat penonton ngakak sangat perlu buat ditonton. Apalagi buat yang sedang lagi banyak pikiran memikirkan kehidupan.

Bajuri yang santai dan tetap tenang dengan caranya dalam menghadapi permasalahan. Terutama masalah dengan ketidaksukaan mertuanya yang sering menjelekan Bajuri di hadapan Oneng (istrinya).

Jawaban dan pertanyaan yang kelaur dari mulut Oneng, sering kali unik dan tak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Mungkin karena saking 'pinter'nya. Justru dengan kekonyolan itulah film ini bagi saya terkesan berkelas dan keren banget.

Berpikir cerdas dan mentertawakan kehidupan dunia ini adalah sebuah keharusan. Kadang harus cerdas, kadang juga harus bego-begoan. Asal jangan jadi bego beneran aja.

Bajuri yang hanya berstatus sopir bajaj, tetapi punya mimpi dan keinginan yang tinggi, terutama untuk membahagiakan sang isteri tercinta. Uang hasil warisan dari kakeknya ia gunakan untuk membeli rumah baru.

Punya uang banyak, identik dengan stigma buruk di masyarkat. Mulai dari selingkuh, bahkan nyari istri lagi. Inilah yang disangkakan oleh mertuanya Bajuri. Tetapi sekali lagi Bajuri tak sedikitpun punya niat untuk ke arah sana. "Cinte aye cuma buat Oneng seorang..."

Biar hujan ade berentinye. Biarin kali ade ujungnye. Biarin laut ade tepinye. Apapun yang terjadi dan apapun yang bakal terjadi, cinte kite kagak ade ujungnye, kagak ade tepinye... - Bajuri & Oneng -


Fikri, tak mendapatkan dukungan dari Abah untuk kuliah. Abah lebih senang jika Fikri bisa menggantikan marbot masjid yang kini sudah tua dan mulai sakit-sakitan. Tetapi Fikri menolak dan ia mengaku bukan bidangnya.

Suatu ketika Fikri hanya ingin menjual hasil lukisannya ke Bandung. Ia lebih suka seni ketimbang ngaji. Tetapi ketika itu Abah lagi-lagi melihatnya dengan sinis, sehingga keluarlah ungkapan yang menyayat hati Uminya.

"Kalau kamu berani keluar dari pintu itu, mendingan gak usah balik sekalian..."

Seketika itu Umi langsung ke kamar dan menyerahkan bungkusan kecil dari tangannya sekembali dari kamar. Tak lupa cincin yang menempel di jari Umi juga diserahkan kepada Fikri. Sebelum diserahkan, cincin itu dicium agak lama..

"Ini cincin kalau kepepet, jual ajah.. Umi ridho..."

Fikri meninggalkan rumah, karena sudah 'diusir' oleh Abah yang tak pernah menuruti keinginannya. Begitulah sikap anak laki-laki dan Abahnya yang kata Umi sama-sama berwatak keras.

Setelah meninggalkan rumah, di Bandung Fikri setelah susah payah akhirnya bisa menjadi seorang pelukis lumayan diperhitungkan. Karya lukisannya banyak diminati dan sampai ada salah seorang fans yang tergila-gila dengan lukisan Fikri.

Dalam sebuah lukisannya Fikri sempat melukis seorang anak yang sedang menangis dalam pelukan ibunya. Lukisan ini logikanya "Ketika Tuhan Jatuh Cinta.." kalimat itulah yang muncul ketika  Fikri menjelaskan lukisan hasil dari karyanya.


Film keren dan syarat dengan makna. Nilai-nilai pendidikan, terutama cara mendidik juga disinggung dalam film ini. Konflik keluarga, kisah cinta, dan perjuangan diperlihatkan dengan jelas dalam film berdurasi sekitar satu setengah jam.

Sempatkan untuk menonton ya !

"Kalau kamu berani keluar dari pintu itu, mendingan gak usah balik sekalian..."

Minggu-minggu ini banyak banget kegiatan yang saya ikuti, mulai dari bedah buku, promosi doktor dan diskusi di UIN Sunan Kalijaga. Bahkan pergi ke toko buku sudah mulai saya seringkan, meskipun hanya numpang membaca di sana. Tak ketinggalan acara Cak Nun di Fakulats Hukum UII juga saya ikuti tentang 'sarasehan budaya' 2015.

Bersama teman-teman dan kadang sendirian kegiatan itu saya niatkan untuk memperbaiki dan membuat kebiasaan yang baik sebagaimana seperti apa yang disampaikan oleh Ust. Felixiaw dalam bukunya.

Dalam bukunya yang berjudul How to Master Your Habits di sana dijelaskan bahwa motivasi itu hanya memiliki peran 11% saja, adapun keahlian memiliki peran 35%, sedangkan sisanya yaitu yang berjumlah 54% adalah pembiasaan atau habits.

Ketika membaca buku ini saya pun tercengang dan merasa sadar, bahwa apa yang dilakukan manusia semuanya karena kebiasaan. Dari kebiasaan itulah akhirnya seseorang mahir dan menjadi professional dalam melakukan hal-hal yang sudah sering ia jadikan kebiasaan.

Contoh yang paling riil adalah pesulap. Teknik sulap yang ia perankan sebetulnya sudah beribu kali dilakukan, sehingga akhirnya ia bisa dan mehir dalam mengolah atau memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika kita runtut dan melihat tatacaranya tentu sulap itu enggak menarik, Cuma gitu doang, kalau saya juga latihan pasti bisa.

Contoh yang pertama kali diberikan oleh ust. Felix dalam bukunya yaitu membaca arab gundul (tanpa tanda baca atau harakat), di sana beliau mengambil teks tentang khilafah. Bagi yang belum terbiasa tentu tidak tahu cara membacanya, bagaimana cara membacanya, ini dibaca a, i, atau au. Pokoknya susah bagi yang belum pernah sama sekali.

Lalu dalam halaman selanjutnya, ustad Felix memberikan tulisan arab gundul, tetapi tulisan arab gundul tersebut sudah sering kita baca, yaitu surat al-fatihah. Ketika melihat tulisan al-fatihah yang sudah sering kita baca, maka tak perlu lagi bingung dengan cara membaca, bahkan sudah hafal dengan sendirinya.

Keduanya sama-sama arab gundul, hanya saja ada kebiasaan yang membedakannya. Karena sering membaca surat al-fatihah, maka kita bisa baca, dan mengenal tulisannya tanpa kesulitan. Tetapi di arab gundul yang pertama tentu kita mengalami kesulitan karena belum ada yang namanya kebiasaan dalam membacanya.

Seseorang yang sudah sering dan memiliki kebiasaan dalam hal itu, tentu tidak akan mengalami kesulitan. Tak heran jika ada orang Indonesia yang tidak pernah tinggal di arab tetapi mampu mengucapkan dan berbicara arab dengan sangat fasihnya, atau contoh-contoh yang lainnya. Intinya yaitu karena adanya pembiasaan.

Betapa indahnya jika kebiasaan yang baik ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka semua apapun, kalau dibiasakan akan menjadi sebuah ilmu/kemampuan baru yang laur biasa. Salah satu contoh yaitu Imam Syafi’I yang sudah hafal alquran dalam usia 7 tahun.

Ternyata Imam Syafi’I mampu hafal alquran dalam jangaka waktu usia 7 tahun waktu itu cukup wajar, sebab ibundanya seorang hafidzah dan terbiasa mengkhatamkan alquran dua kali dalam seminggu. Dan seusia teman-temannya sudah terbiasa menghafal al-quran. Sekali lagi ini adalah sebuah kebiasaan yang dibangun oleh lingkungan dan dukungan dari orang terdekat.

Jika ingin seperti Imam Syafi'i kita juga bisa, asal mau membiasakannya. Yuk ubah kebiasaan yang saat ini ada dalam diri, terutama kebiasaan yang buruk. Jangan mimpi dapat istri solehah jika kebiasaan-kebiasaan buruk masih sering dilakukan. Jangan harap dapat memperbaiki masa depan jika apa yang dilakukan saat ini tidak mendukung untuk meraih masa depan yang ingin kita capai.

Ketika berkunjung ke toko buku toga mas, saya menemukan kata-kata yang luar biasa. Jika tidak salah isi tulisannya sebagai berikut :

Satu-satunya keberuntungan yang dimiliki oleh orang-orang yang hebat adalah dilahirkan dengan kemampuan dan ketetapan hati untuk mengalahkan ketidakberuntungan...

Apapun kondisi kita saat ini, maka habits atau kebiasaan itulah yang akan kita bawa dimasa yang akan datang. Ketika kebiasaan berdekatan dengan asma-asam Allah, tadarus, shalawat, dzikir dan lain-lainnya, bukan tidak mungkin ketika hendak meninggal maka kalimat-kalimat toyyibat itu akan kita ucapkan. Kebiasaan yang sudah melekat dan mendarah-daging menjadi kesatuan yang tak dapat terpisahkan.


Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme