Tiga kata yang harus dihindari ketika sedang marah atau ada konflik dalam rumah tangga. Tiga kata itu adalah Ancaman, Ungkapan benci dan mengucapkan kata selalu dan tidak pernah.

Pertama, kata ancaman. Apapun bentuknya, ancaman itu tidak akan memberikan dampak yang positif. Sebab dalam ancaman itu ada sebuah pertanda bahwa kalau jika ia demikian maka konsekuensinya adalah ini dan itu. Ada rasa ketidaknyamanan dan ketidaktenangan dalam diri seseorang yang diancam.

Ketika seseorang terancam, maka yang akan terjadi adalah perbuatan nekat. Misalkan ancaman seperti ini “jika kamu tidak masak lagi, maka aku akan meminta cerai denganmu..” ketika ada masalah dan istri lupa karena kesibukannya maka mau tidak mau semuanya akan jatuh. Istri juga merasa bosan dengan ancaman yang tidak membuat dirinya nyaman.

Sekali lagi ancaman tidak akan memperbaiki masalah, tetapi malah sebaliknya.

Kedua, mengucapkan ungkapan benci. Kebencian itu akan melahirkan kebencian juga, ucapan istilah itu yang sering kita dengar. Memang betul adanya demikian, apalagi jika kita membenci seseorang misalnya, tentu apapun yang ia lakukan akan kita benci juga. Jika sudah benci apapun yang ia lakukan selalu menjadi hal yang buruk dan penuh dengan perasangka.

Misalkan kita membenci si A.  Si A ini rajin shalat dan berjamaah di masjid. Kebencian yang ada dan yang kita pupuk subur itu mengatakan bahwa si A itu rajin ke masjid hanya ingin dilihat atau pamer saja. ibadahnya gak ikhlas dan sebagainya. Atau misalkan ia rajin sedekah dan menolong. Karena sudah terlanjur membencinya kita merasa panas, begitu ia menyumbang masjid hanya beberapa lembar rupiah terus dikomentari.

Tidak bisa dibayangkan jika kebencian itu lahir dan tumbuh pada sepasang suami-istri. Suami merasa benci dengan sang istri karena keteledorannya, tidak bisa memasak, tidak dapat mengatur keuangan keluarga dan lain sebagainya. Kebencian itu semakin menjadi dan selalu muncul dalam sebuah kata-kata kotor dan tidak sepatutnya terlontar.

Jika sudah demikian, maka hubungan itu sudah tidak sehat lagi. Sehingga solusi yang paling tepat adalah menyadari kekurangan masing-masing dan saling memaafkan. Setelah saling memaafkan barulah membangunnya dengan bersama-sama. Ini cara yang paling baik, menurut hemat saya.

Ketiga, ucapan selalu dan tidak perah. Kamu itu selalu saja tidak mendengar ucapanku… padahal baru kali itu istrinya tidak mendengarkan ucapan suaminya, itu pun karena anaknya sakit dan ia harus membeli obat dengan segera. Tapi apalah daya, kejadian itu begitu cepat dan tiba-tiba ada motor yang menabrak dirinya.

Kamu tidak pernah memberiku kebahagiaan. Benarkah selama sekian lama menikah, tidak pernah merasakan kebahagiaan. Jika tidak pernah, kok bisa lahir anak-anak dan punya tempat tinggal, pekerjaan, pakaian yang rapi-wangi, serta masakan yang setiap kali dinikmatinya. Jika itu bukan sebuah kebahagiaan berarti sungguh teganya.

Lantas apa arti kebahagiaan menurut kamu selama ini?.. kebahagiaan itu sederhana, manakala kamu mau bersyukur maka disitulah kamu akan menemukan sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Ucpan selalu dan tidak pernah, seolah-olah menafikan dari rasa syukur yang seharusnya ada pada diri seorang suami.

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme