Lima November diperingati sebagai hari guru. Tetapi, sungguh amat disesalkan juga, bertepatan dengan hari guru, di Bandung anak sekolah dasar (SD), meninggal dunia setelah berduel ala gladiator. Kejadian tersebut terjadi pada jam pelajaran.

Lalu ada lagi kasus pelecehan seksual oleh oknum guru, korbannya tidak hanya satu, melainkan banyak. Pelaku menjalankan aksinya pada kegiatan belajar mengajar.

Beberapa guru honorer juga mengeluhkan pendapatan mereka yang tidak sesuai dengan jumlah waktu mengajar yang mereka lakukan. Bahkan, beban guru honorer malah lebih berat ketimbang guru PNS.

Dari kasus di atas dan ketidak merataan tugas guru honorer dengan upah yang duterima, mengindikasikan dengan jelas, bahwa sistem pendidikan kita masih bermasalah. Segala aspeknya cacat, dan butuh perubahan sekaligus perbaikan.

Kenapa bisa terjadi kasus di lembaga sekokah? Kenapa ada pelcehan di sekolah? Kemana sosok guru yang katanya digugu dan ditiru? Bagaimana sistem pendidikan yang ada di sekokah kita saat ini? Rasanya, jawaban itu sudah bisa kita jawab sendiri.

Administasi dan apresiasi lembaga pendidikan terhadap guru masih sebelah mata, terutama kepada guru honorer. Jika ada guru honorer yang pantas menerima gaji yang seharusnya kenapa tidak diberikan. Lalu, jika ada guru honorer yang tidak layak ya harus ada ketegasan juga.

Jika ada guru pegawai negri sipil atau aparatur sipil negara (PNS dan ASN) yang sebetulnya tidak dan belum layak seharusnya bisa ditinjau ulang. Malah, pekerja honorer ada yang kualitas kerjanya mengalahkan yang sudah PNS.

Persoalan lain dari pendidikan kita, yaitu hanya berkutat pada penilaian psikomotorik saja. Tidak salah jadinya, jika peserta didik akhirnya mengalami kekeringan moral.
______
KISAH ini kualami sendiri. Pagi-pagi sekali ku sudah berada di mobil angkot berwarna kehitaman (orang-orang sini biasanya menyebut dengan sebutan angkot Nanggor). Ada buku, atau lebih tepatnya kitab yang akan kubeli di pasar Cibadak-Pandeglang.

Di sampingku juga sudah ada ibu-ibu sekitar 35 tahun umurnya, dan memakai perhiasan emas di tangan kanan dan kirinya. Gelangnya itu rame, persis buah kokosan coy. Taukan buah kokosan tea. Ditambah lagi cincin emas di jemarinya juga kayak batu akik gede-gedenya.

Bikin silau dan copet girang kesenangan, karena dapat sasaran empuk. Baginya ini buruan jinak dan gak usah capek-capek nyari. Buruannya dateng sendiri.

Penumang selain kami berdua, ada juga lelaki bertopi dan bertas ransel. Ditambah satunya lagi anak sekoah. Semuanya normal dan tak ada kejadian apapun.

Begitu turun dari angkot di pasar cibadak, ibu yang tadi di sebelahku teriak histeris. “Copet.. Copet..
Lantas aku curiga dengan lelaki yang bertopi, pandanganku kuarahkan ke sekitar parkiran. Nyatanya orang itu belum jauh dan jalannya semakin cepat.

Ku kejar lelaki bertopi itu. Eh ada dua orang yang mencoba menghalangi jalanku. Aku sadar jika kedua orang ini masih gerombolannya.

Beruntung pernah belajar tapak suci, dua gerakan jurus yang kuambil sudah mampu melumpuhkan keduanya. Lelaki bertopi masuk ke dalam pasar, tapi dengan mudah pula kutemukan.

Begitu ditangkap, langsung saja kusapa “hai copet..” maka seliruh pasar, matanya tertuju padaku. Ia mengelak dan berdebat, tapi dengan sigap juga kubawa dia untuk ke tempat kejadian perkara.

Beruntung di sana sudah ada Pak polisi dan kedua orang yang kulumpuhkan pun sudah ditangani polisi. Lelaki bertopi pun akhirnya tak bisa mengelak lagi.

Ibu itu pun berterima kasih dan meminta nomorku. Kami pun akhirnya sedikit akrab, dan ibu itu tanya-tanya seputar diriku. Bahkan ia sempat nyanya “sudah punya calon belum..?”

Aku yang sedikit kikuk pun menjawab dengan apa adanya. Setelah itu kami berpisah dan mencari barang yang dibutuhkan masing-masing.

Esok harinya, ibu itu mengirimkan pesan singkat. “Mas, mau gak dikenalin dengan anak ibu..? Nanti sore ibu ajak sekalian ke rumah mas, sekalian nganterin buka puasa dan ngucapin terima kasih.”

Bingung mau balasnya. Waktu tak terasa bergerak lebih cepat. Sudah menujukan pukul 16.00. Tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar. Gagang pintu sudah kupegang dan siap kubuka.

"Hey bangun, ashar.. Sudah jam berapa ini? Bangun cepat!" Teriak sehabatku membangunkan. Huh dasar, udah mau seru padahal mah.

_

KELAK, anak pertama kita jika laki-laki kuberi nama Huwa Yusuf Aufa Wudda, jika perempuan Hiya Ahilatul Aufa Wudda. Banyak alasan kenapa kupakai nama itu, selain artinya juga cukup bagus menurutku.

Adapun untuk anak kedua, belum terpikirkan. Fokus ke yang pertama dulu. Dari awal kehamilan sampai lahir, kupersembahkan lantunan ayat-ayat alquran, agar ia menjadi generasi yang luar biasa. Dipersiapkan jauh-jauh hari.

Pagi dan sore, terutama waktu-waktu yang paling bagus untuk menangkap kecerdasan diusahakan selalu diisi dengan yang baik-baik. Supaya ketika lahir kedunia tinggal menyesuiakan diri.

Asi eksklusif sampe dua tahun, pendidikan dari orang tua juga intensif. Sholawat dan kalam illahi selalu membersamai. Dengan demikian ia akan cepat menangkap dan menghafalnya.

Bahasa diperkenalkan sedini mungkin, agar lebih cepat bicara. Bakatnya diasah, dilihat kecenderungannya, difasilitasi, didukung, dimotivasi. Diberikan ruang yang cukup untuk membaginya.

Belajar kedisiplinan, belajar tanggung jawab dan belajar mandiri, ini yang penting. Peran orang tua yang lebih dominana. Sekilah dan lembaga lain, sebagai pengasah saja.

Bukan tidak mungkin ia akan menjadi pribadi yang baik, jika pondasi yang dibangunnya juga dari bahan kebaikan. Ditambah dengan prinsip keterbukaan dan tak ada skat antara semua pihak, dalam tim yang kita beri nama KELUARGA.
____



Bersama Tapi Tak Menyatu

“Kita itu memang bersama, tapi kebersamaan yang dibangun tak jua menyatukan kita.” Demikian ungkap Herman kepada Wati. Kala mereka bertemu di depan kampus, sore itu.

Makin ke sini makin gak jelas. Inilah yang dirasakan herman. Apakah dia serius atau sekedar main-main? Atau juga hanya sebatas menutupi kesendiriannya, agar tidak dicemooh orang? Atau memang sudah bosan, beda ketika masih ‘baru punya’?..

Herman dan Wati setatusnya kini tidak samar-samar, seolah di antara hubungan mereka tak ada yang spesial. Kemistrinya tidak ada, lebih sering sendiri-sendiri. Lebih parahnya, tak ada konfirmasi apapun kalau ini dan itu. Ya tahu-tahu menghilang saja.

Inilah yang dikatakan, “bersama tapi tidak menyatu.” Jika sekedar membersamai saja, itu bahaya. Bisa-bisa orang lain pun bisa melakukannya. Tapi jika mampu menyatu, sedikit orang yang bisa melakukanya. Bahkan hanya segelintir orang saja.

Menyatu itu terkoneksi, tersambung, terhubung, baik secara lahir maupun batin. Ini sulit. Sehingga apapun itu, kalau sudah nyambung, jarak bukan lagi halangan, waktu tak jadi pembatas. Aku dan kamu, begitu juga kamu dan aku.
#
______


Rencana Kita

TERUNTUK cintaku belahan jiwaku. Baitan dan untaian kata ini kupersembahkan untukmu. Meskin semua ini terkesan lebay dan alay, belum tentu orang lain mampu melakukannya. Jadi, ini adalah pengakuan terhebat bagiku.

Saat ini, waktunya cukup tepat romantis, ya selepas berbuka puasa di penghujung ramadhan ke19. Ditemani lantunan suara sholawatan dan gemuruh adzan serta doa dari para shoimun yang telah selesai menunaikan kewajibannya sedari fajar hingga matahari terbenam.

Hari ini, ku ingin mengungkapkan rencana dan pandanganku ke depan bersamamu kelak. Baik secara suka maupun duka. Bahagia mapun susah. Intinya dalam keadaan apapun tetap bersama.

Menghabisakan honeymoon ke tempat yang romantis berdua. Naik gunung berdua dan menikmati malam di sana. Kelak jika buah hati kita sudah bisa diajak, mereka juga kita ajak menginap juga. Biar mereka bisa merasakan suasana alam.

Setiap sebulan atau dua mingu sekali, kita menghabiskan waku bersama keluarga. Meski tidak ke tempat yang mewah, setidaknya kita bisa menikmati kebersamaannya. Mengisi hari-hari penat setelah bekerja, dengan keceriaan dan kebersamaan.

Semua punya peran masing-masing dan saling mendukung antar satu dengan yang lainnya. Saling mengingatkan ketika ada yang salah, dan menguatkan kala ada yang lemah. Ayah mendukung mama, mama ngedukung anak-anak. Anak-anak juga ngedukung ayah.

Keharmonisan ini yang akan kita bangun, kita jaga, kita pupuk dan kita rawat bersama.

Ahillatul Aufa Wudda
_

Lahir atau melahirkan berarti mengeluarkan anak, dengan kata lain beranak. Lahir juga bisa diartikan sebagai bagian terluar dari sesuatu, atau dalam bahasa arab dikenal dengan kalimat lahiriyah.

Seorang kawan dari Melayu (tepatnya dari Patani - Thailand) nyeletuk ngomong begini: “Bang, lahir itu artinya beranak kan?..” tanyanya padaku. “Kok di Indonesia yang dipakai "Mohon maaf lahir dan batin” lanjutnya. “Kalau di kami pakenya dzahir dan batin…” ia menegaskan gagasannya.

Oh.. Kata lahir di situ sebetulnya hanya kependekan dari lahiriyah.. ” jawabku. Lalau kulanjutkan jawaban tersebut. “Kata dzahir dan lahiriyah boleh dikatakan sama. Dan kenapa kata lahiriyah tidak dipake, sebab ada kata batin. Jika kata yang dipakai lahiriyah, maka kata batin juga harus diganti menjadi bathiniyah..”

Setelah mendengar pemaparan yang sedikit, rasanya sang kawan dari Melayu ini jadi paham. Tapi yang kini bergejolak dalam hatiku. Padanan yang pas untuk merubah ucapan dalam bahasa indonesia secara utuh rasanya cukup sulit dan terdengar aneh.

Mohon maaf luar dan dalam..” sepertinya kalimat ini bisa menggantikan kata-kata asing yang selama ini kita pakai. Tetapi isi kalimatnya menjadi terdengar kaku dan aneh. Ternyata di sini membuktikan bahwa bahasa memiliki kelemahan, tidak hanya sekedar jumlah hurufnya saja yang masih kekurangan.

Dengan kata lain, kita tidak bisa lepas dari kata-kata asing. Terlebih kata itu sudah menjadi baku dalam kehidupan kita. Tidak salah jika kata-kata bahasa arab-lah yang paling banyak kita pakai. Selain padanannya yang sulit dicari, bahasa arab juga memiliki keunggulan.

Selain itu, bahasa arab adalah bahasa alquran, dan juga bahasa penduduk syurga. Unggul dalam segalanya ya cukup wajarkan? Misalnya saja kata hikmah, dalam bahasa arab hanya satu kalimah/kata. Tapi jika dijelaskan dalam bahasa indonesia bisa menjadi panjang.

Allahu'alam.

Rasulullah SAW. pernah mengasingkan diri (uzlah) ke gua hiro atau di gua tsur. Kenapa sekelas rasulullah saja harus menyendiri? Karena dengan menyendiri beberapa waktu dapat membuka pikiran.
Terbukti, dari hasil perenungan itulah Allah swt. turunkan wahyu kepada Nabiyullah Muhammad. Wahyu itulah yang membimbing beliau untuk melangkah kemana dan apa yang dilakukan. Sekali lagi, proses menyendiri _dalam beberapa waktu dan untuk kembali ke pergaulan_ itu boleh.

Kita, sebagai manusia yang lahir di akhir zaman tentu sangat kompleks dalam nenghadapi sesuatu. Sering disibukkan dengan urusan dunia yang tiada hentinya. Padahal apa yang diurusi dan dikerjakan hanya tinggal menghitung hari saja.

Pernahkah kita merasa jenuh dengan semua ini? Apalagi dengan semua hal yang dapat membuat manusia semakin lupa kepada tuhan dan dirinya. Bahkan sangat miris, ketika orang yang awam tiba-tiba pake facebook dan dengan entengnya menulis hal-hal kejelekan yang ada dalam dirinya.

Yuk, sejenak kita merenung! Jika semua hal yang ditulis adalah aktivitas atau kegiatan kita, sama saja kita mengumbar aib. Atau dipakai untuk pamer, unjuk gigi, atau agar terlihat kaya, dan seterusnya dan seterusnya.

Perlu dicatat, pemilik dan sekaligus pendiri facebook, yaitu Mark Zukerbreg justru sangat berhati-hati dengan ciptaanya. Ia tak mau kehidupan pribadinya diketahui oleh orang banyak. Justru berbanding terbalik dengan pemakainya saat ini.

Mungkin inilah yang dinamakan pergeseran budaya. Sekaligus juga ujian iman jaman sekarang. Keimanan diuji dengan dunia maya atau internet. Siapa yang imannya kuat, tentu dijadikan ladang dakwah. Jika imannya lemah, malah terbawa arus dan terbuai di dalamnya. Merasa ketergantungan dengan internet.

Silakan berinternet ria, bermedsos ria, asal bisa mawas diri dan jaga diri tak masalah. Jangan sampai medsos yang menjadi tuhan, sedangkan kita lupa pada tuhan yang sesungguhnya; yaitu Allah swt.
Syetan-syetan sudah diikat, tetapi hanya sebatas golongan jin. Tetapi syetan dari golongan manusia masih berkeliaran bebas. Ujian iman kita bisa naik level, jika bisa lolos dari syetan yang berwujud atau bahkan dirinya sendiri.

Ramadhan hari ke #3

Setiap kendaraan bermotor, secara berkala harus mengganti oli yang sudah digunakan selama waktu yang sudah ditentukan. Kenapa harus berkala dan rutin? Jawabannya agar mesinnya awet dan tahan lama.

Jika berpuasa diibaratkan dengan oli dan manusia sebagai mesinnya, bukankah sudah semestinya dan seharusnya kita melakakukan serta menjalankannya. Karena kebutuhan dan sekaligus pelebur dosa.

Apa jadinya jika kendaraan selama sebelas bulan tidak ganti oli? Bukankah mesin jadi kering dan jadi cepat rusak. Sederhananya seperti ini. Banyak yang lebih sayang dengan kendaraan dibandingkan dirinya.

Buktinya oli kendaraan saja diperhatikan, tapi untuk ganti oli bagi dirinya sendiri malah seolah acuh. Padahal ganti oli untuk diri sendiri itu untuk bekal mati dan akhirat nanti.

Nah, jika ada orang yang sudah mampu berpuasa tetapi tak menjalankan puasanya, sama saja seperti motor yang belum ganti oli. Cepat atau lambat akan mudah rusak. Untuk itu, yuk jadikan puasa ini sebagai bentuk kebutuhan untuk meraih ketaatan.

Jika sudah taat, insya allah dekat. Lalu doa-doanya diijabat. Sebagai bukti bahwa allah yang maha rahmat.

Ramadhan hari ke #2
Ramadhan itu ibarat tamu yang begitu istimewa. Jika kita kedatangan tamu istimewa, pasti sambutan dan jamuan yang istimewa pula akan kita lakukan.

Kenapa kita melakukan sambutan dan jamuan teristimewa? Jawabannya yaitu agar tamu tersebut merasa bahagia dan senang. Kita merasa tidak nyaman jika tamu tersebut merasa tidak senang.

Menjamu dan melayani kadang dipandang sebelah mata. Apalagi jika yang dilayani orangnya kelihatan biasa dan berpakaian biasa. Tetapi jika yang dilayani itu berpangkat, terkenal, dll, pasti perlakuannya beda.

Padahal ketika kita melayani siapapun, dengan pelayanan yang terbaik dan istimewa itu, bukan tidak mungkin akan menjalin kedekatan dan perekat dalam persaudaraan. Atau menambah relasi yang lebih luas.

Universitas Harvard dulu terkenal dan cukup diperhitungkan. Tetapi suatu ketika ada orang yang amat kaya datang dari suatu kampung dan tidak dilayani dengan baik hanya gara-gara pakaiannya biasa.
Sepulang dari Universitas Harvard, orang ini memutuskan untuk membuat universitas baru. Hingga terkenal lah namanya Universitas Stanford.

Begitu juga dengan ramadhan, yuk kita jamu dengan sebaik-baiknya jamuan, dengan sebaik-baiknya pelayanan. Dengan cara apa dan bagaimana? Yaitu memprbaiki diri, menjaga diri, dan mengendalikan diri serta meningkatkan amal ibadah lebih giat lagi.

Jika tidak menunaikan ibadah sunah di bulan ramadhan, sama saja rugi. Bukankan semuanya akan berlipat-lipat dan berpuluh-puluh kebaikan (pahala) dari sang kuasa?. Sayang jika terlewatkan.

Amalan yang bernial ibadah di bulan ramadhan jangan sampai dilepas begitu saja, sangat disayangkan bin rugi. Bukankah kita tidak ingin mengecewakan sang tamu? Jika sudah berusaha maksimal, mudah-mudahan tamunya tidak kecewa. Bahkan tambah bahagia.

Ramadhan hari ke #1
Semua ini berawal dari sarung tangan. Ya, karena penasaran dengan sarung tangan untuk sepeda yang sempat dilihat-lihat sekitar daerah mirota kampus tetapi karena harganya terlalu mahal maka terpaksa tidak jadi dibeli. Ingtanku mencoba menerawang ke tempat yang pernah dikunjungi. Sepertinya di mall ambarukmo plaza (amplaz) ada, dan dulu sempat coba-coba juga.

Sore itu setelah mandi dan shalat Ashar, ditemani si soleh kuberangkat menuju amplaz. Tak lupa sebelum kesana mampir dulu ke tempat rabbani. Setelah melihat-lihat dan Tanya-tanya seputar rabbani, maka aku langsung menuju amplaz. Tidak sulit untuk memarkirkan si soleh, dimasukan ke parkiran motor gratis.

Setelah masuk di dalam, di hall ada stage yang lumayan megah. Di sana sudah ramai dengan pengunjung yang duduk di kursi yang sudah ditata rapi. Sepertinya ada acara khusus dan aka nada artis yang launching filam, kataku dalam hati. Setelah muter-muter dan cari sarung tangan, ternyata nihil. Perlengkapan sepeda banyak, tetapi untuk sarung tangannya malahan tidak ada. Cukup kecewa, tetapi mau diapakan lagi?

Dugaanku tepat, setelah kembali dari pencarian sarung tangan dan ke hall amplaz sedang heboh dan jeritan fans yang ingin berselfi ria dengan sang artis idola. Ada maudy ayunda, babe dan lelaki yang saya tidak kenal, tetapi sepertinya lelaki tersebut bintang utama dan lawan mainnya maudy ayunda. Setelah acara foto-foto bareng dan ikut menyaksikan dari jarak dekat artis ibu kota tersebut, aku memutuskan untuk pulang.

Setellah keluar dari parkiran dan si soleh dinaiki, ada perempuan yang naik sepeda lipat berpapasan denganku. Karena aku sudah terbiasa membunyikan bel atau suara-suara lain ketika bertemu dengan pesepedah lainnya. Seperti biasa, kubunyikan hentakan lidah ketika berpapasan dengan perempuan bersepeda tersebut.

Ku kayuh si soleh menuju jalan arah pulang. Sempat bertemu dengan anak-anak kecil juga yang bersepeda dan sesekali mereka kuajak untuk balapan. Tiba-tiba suara dari belakang nyahut.. “bang mau kemana emang” Suara tersebut cukup mengagetkanku. “saya mau pulang ke selokan mataram..” Jawabku singkat. Emang abang dari amplaz habis apa? Tanya lagi. “Habis nyari sarung tangan sepeda ajah..” Timpalku lagi. Karena suara adzan isya berkumandang, maka dengan reflex kutanya balik. “Sudah shalat belum, kalo belum yuk cari masjid dulu..”

Meski dalam hati masih bertanya-tanya dan sedikit waspada, tapi kutetap berusaha tenang. Setelah mengikuti suara adzan yang sikumandnagkan, ternyata masjid atau mushala yang kami cari tidak ketemu. Terpaksa nyari sedapatnya. Setelah Tanya-tanya dan sempat salah masuk ke gereja juga, akhirnya kami pun dapat menunaikan shalat isya dengan berjamaah.

Setelah shalat, bingung mau ke mana. Karena masih belum terlalu malam, maka kuajak ke tugu jogja. Melewati perempatan UIN Suka, dan gramedia, kami pun tiba di tugu. Sepeda kami diparkirkan di jalan mangkubumi. Kami duduk ditrotoar dan ngobrol ngalor ngidul deh. Tak lupa semangkuk ronde hangat menemani obrolan kami malam itu.

Aku menunggu momen yang pas untuk menanyakan nama. Aku sedikit gengsi jika harus menanyakan nama langsung, atau lebih tepatnya aku kehabisan ide untuk basa-basi menanyakan nama. Sampai disatu titik obrolan yang menyangkut nama, aku tak sia-siakan untuk menebak namanya. Maka disitulah akhirnya kami tukar menukar nama.

Namanya Oke (huruf e dieja seperti pada kata bekas). Ia punya kembaran, namanya Oka. Si kembar identik ini berasal dari Sragen-Solo. Sragen ke solo jaraknya sekitar satu jam perjalanan. Oke bekerja sebagai waiter di bakso tenis senayan, sedangkan Oka sebagai pijat refleksi di nakamura. Tempat kerja mereka masih di amplaz.

Oke lahir setelah Oka. Dengan kata lain, Oke adalah adik dari Oka. Oke bisa ke jogja karena ikut Oka yang sudah sekitar satu tahun bekerja di amplaz, sedangkan oke baru dari bulan desember kemarin (baru sekitar empat bulan). Dulu mereka bekerja di tempat yang sama, yaitu di tempat pijat refleksi tepatnya di daerah solo. Tetapi karena mereka sering berantem, akhirnya oke keluar dan pindah.
“Oke sama Oka bedanya apa aja?”

“Kalo aku lebih cantik” jawab Oke sambil senyum kecil dan pedenya.

Obrolan kami di tugu Jogja, sampai ke mana-mana. Dia cerita kakaknya yang di DO dari kampusnya gara-gara uang untuk smesteran dipakai untuk operasi adiknya yang jatuh dari motor. Cerita adiknya yang keterima bidik misi dan kehilangan laptop, sehingga harus mengerjakan tugas di kantor organisasi. Cerita ibunya yang bekerja di Jakarta jadi baby sister, dan bapaknya yang bekerja di pabrik macaroni.

Sampe-sampe cerita kalo ibunya gak akan pulang dari Jakarta. Sang ibu mau dan akan pulang kalau anaknya mau yang menikah. Ibunya asli bekasi, dan ada sudara dekat terminal senen.

Mampir ke tempat Oka kerja
Setelah magrib, rasa lapar dating tiba-tiba. Kuambil dompet dan entahlah tempat makan apa yang akan kutuju, waktu itu tak ada rencana untuk makan di mana. Dengan sepeda yang biasa kubawa, kususuri jalan wahid hasyim, hingga tertuju warung yang menjual sop.

Sambil menunggu pesanan, waktu shalat isya sudah tiba, dengan terpaksa kutunda. Setelah menunggu sekian lama, maka pesanan baru dating. Dengan sedikit kesal kusantap hidangan tersebut dengan lahapnya.

Selesai makan, bingung mau kemana. Langsung kembali ke asrama atau jalan-jalan dulu menikmati suasana malam. Akhirnya karena bingung, kuputuskan untuk memarkirkan sepeda fixi biru di depan ambarukmo plaza. Setelah beberapa menit duduk di sana tanpa tujuan dan sesekali mengaktifkan wifi ku putuskan untuk menemui kembaran Oke.

Berbekal informasi dari Oke, ku beranikan diri untuk bertanya ke penjaga keamanan yang sedang bertugas di sana. Tak sulit mendapatkan lokasi yang kucari. Berkat arahan dari petugas, aku tiba ditempat yang dicari, sayangnya yang tidak jeli dengan pengamatan sekitar. Padahal saya sempat duduk dan membelakangi tempat tersebut. Sehingga karena sedikit tergesa-gesa dan buru-buru, tempat tersebut tidak ketemu.

Setelah diputeri kedua kalinya dan nanya ke karyawan bakso lapangan tembak, dengan entengnya sang pelayan tersebut menunjukan tempat yang saya tuju, tepat berada di samping bakso tenis. “Itu lho mas pijat refleksi kimora.” Ucap karyawan bakso tenis senayan sambil menunjukan dengan tangan.
Kutuemui resepseionis dan kusampakan maksud dan tujuanku. Meski dengan sedikit tidak enak karena takut mengganggu, dan dari resepsionis meykinkan jika kedatanganku tidak mengganggu, maka dipanggilkanlah Oka.

Begitu dipanggil dan membuka pintu, wajah oka memasang muka bingung sekaligus judesnya dipasang. Tapi setelah agak dekat dan Oka menyapa duluan “Mas Amir ya?” Sambil membuka percakapan, dalam pertemuan perdana kami. Setelah itu, barulah senyum itu muncul. Setelah ngobrol dan duduk di kursi depan nakamura (tempat Oka bekerja) kami ngobrol seperti tanpa skat. Seketika obrolan itu ngalor ngidul dan apapun dibahas.

Obrolanku yang tadinya mau sebentar dan beberapa menit saja, malah kebablasan hingga bermenit-menit lamanya. Obrolan tak terasa sampe amplaz mau tutup, padahal kalau tidak salah, ketika aku masuk ke sana, waktu menunjukan sekitar pukul 19.45. dan biasanya ampaz tutup sekitar pukul 21.30an. bisa dihitung berapa lama kami ngobrol, tidak terasa memang.

Ketika kami ngobrol di sana, dan sepengamatanku juga, tangan oka tak bisa diam. Tangannya bergerak tak bisa diam. Bahkan, sambil ngomong pun jari telunjuknya diputer-puter di atas kuris duduk, entah sedang membuat tulisan apa? Tetapi yang jelas lebih mirip sedang menggambar benang kusut, heeeeee. Tak cukup di situ juga, bahkan sempat kutanya prihal jari kuku tangannya.

“Oka kuku jari tangannya agak gelap, akibat mijat atau gimana??..” Pertanyaan ini tidak muncul begitu saja, tapi aku menemkan hal yang sama di jari kuku tangan Oke. Kata Oke, ia juga dulu pernah bekerja di nakamura bareng dengan Oka sang kakak. Tapi jika aku amati, kuku jari Oke masih seperti jari Oka, meskipun Oke sudah pindah kerja dan tidak mijit lagi.

Obrolan kami kemana-mana dan tidak kaku, meskipun kami baru kenal dan ketemu. Apa yang disampaikan Oke benar, kalao Oka tidak memiliki tahi lalat di hidung, suaranya agak lembut, sedikit berbeda dengan Oke yang cempreng, lantang, dan keras suaranya.

Kata Oka, ia lebih dewasa ketimbang Oke. Jadinya cukup pantas untuk menjadi kakak. Bahkan kalau tidur, Oke harus dikloni terus sama sang kakak. Oke tida biasa tidur tanpa Oka, demikian pengankuan dari sang kakak terhadap adiknya. Keduanya masih suka bertengkar, padahal asalanya dari hal yang sepele. Tetapi pertengkaran mereka tidak sampai parah kok, paling sebentar juga baikan lagi.
KENAPA sih keren, gagah dan maco itu diidentikan oleh kebanyakan (meski tidak semua) laki-laki dengan rokok? Bukankah rokok itu sejatinya hanya kebutuhan sekunder saja? Sejatinya juga malah membahayakan.

Bahkan ada analogi unik dan menggelitik, yang pernah saya temukan dalam sebuah tulisan. “Dirinya (badannya) saja ia sayangi, apalagi pasangannya. Kalau sama dirinya saja sudah gak sayang, gimana bisa sayang sama keluarganya, anak-istrinya dll.” nah PR besar bagi ahli hisap jika diginiin. Skak mat deh.

Kata kebanyakan perempuan, justru laki-laki yang tidak merokok itu lebih baik. Selain mulutnya tidak bau rokok, tak perlu mikirin uang yang habis gara-gara jajan rokok. Initinya untuk disave ke kebutuhan lain lebih banyak. Yuk bayangkan. Sehari 20rb, kali sebulan? Setahun? Bahkan 2 tahun saja sudah 14 juta.

Jadi bisa menghemat besar-besaran. Malah bisa beli motor baru, kes lagi bayarnya, tanpa harus mikirin angsuran bulanan. Asal, bisa konsisten untuk menyisihkan uang 20rb ke dalam celengan. Intinya, merokok itu tidak baik dan imej kekerenan itu bukan rokok.

Bahkan ada yang bilang, rokok itu tanda atau ciri orang mampu. Mampu dalam hal apa dulu? Maksudnya ciri orang kaya gituh? Haaa. Jadi absrut. Begitu juga ketika ditanya enakanya ngeroko itu dimana? Ya begitulah, enak ajah. Kalo gak enaknya pas gimana? Efek sampingnya apa? Nah lho…

Abis makan, ngerokok. Itu enak banget. Mulut yang tadinya pait jadi terobati dengan merokok. Padahal hanya itu, tapi kenapa hampir setiap ngobrol roko selalu dibakar? Padahal tadi bilang, enaknya pas cuma abis makan doang! Tuh jadi absurt lagi kan? Heee

Oke, kalo semisalnya rokok itu gak apa-apa, kenapa kita sendiri ngelarang jika ada adik, saudara, atau siapapun yang ngerokok tapi usianya masih anak SD? Apa alasannya karena dia belum bisa nyari duit doang? Atau bisa repot kalau sudah ketagihan ngerokok?

Sejatinya, dari hati nurani kita sendiri mengakui dan menyadari bahwa merokok itu tidak baik. Jangan salah, banyak pencurian yang dilakukan gara-gara berawal dari belajar merokok dan akhirnya jadi pecandu. Butuh rokok, tapi tak ada lembaran kertas. Minta ortu gak dikasih. Terpaksalah akhirnya mencuri.

Dengan demikian, silakan simpulkan sendiri isi tulisan ini seperti apa kesimpulannya. Yang jelas, ketika saya ditawari merokok atau ditanya merokok atau tidak? Jawaban saya hanya ini “Alhamdulilah saya belum mau…”

_

SELEPAS menikah, aku tinggal bersama mertuaku. Karena mertuaku dikenal seorang guru ngaji dan ustadz, maka sebagai menantu baru ada saja celah untuk mengetes. Apalagi ketika pertama kali sholat di mushola tempat istriku tinggal.

Awalnya menolak disuruh jadi imam, dan beralasan masih banyak yang lain. Tapi akhirnya nurut juga. Mau gak mau emang harus siap dan serba bisa. Alhamdililah jadi ketagihan masyarakatnya. Katanya sih suaranya manis dan gurih.

Tak hanya disitu, ketika kebingungan mau ngadain hiburan masyarakat, para pemuda setempat lagi-lagi melibatkanku untuk mengkonsep acara. Alhamdulilah semua puas, dan mereka minta tahun depan biar lebih seru lagi. Ujung-ujungnya aku juga disuruh tinggal lebih lama disitu.

Hanya saja, Pekerjaan Rumahku masih banyak. Misalnya saja, ngaji Nahwu dan sorofku dulu setengah-setengah. Jadi belum bisa ngaji kitab kuning alias kitab gundul. Padahal itu ilmu yang paling pas untuk bermasyarakat.

Kalau aku bisa, dan mahir, yang akan dikaji bukan lagi kitab fiqih, tapi kitab akhlaq dan tasawuf, seperti kitab Nashaihul ‘Ibad karya dari Syeh Nawawi al Jawi. Lalu kitab tauhid, semisal kitab Jauar at-tauhid, agar keimanannya teguh.

Biar pada tambah pinter, hatinya pada tentram dan damai. Tak ada yang dendam - dendaman dan saling menjelekkan, tapi lebih ke memaafkan. Saling merukunkan itu yang paling penting. Sebab, tak ada keindahan selain ukhuwah dan jamaah.

Pekerjaan Rumah yang kedua adalah menggalakan remaja ke arah pergaulan yang positif. Mengisi dan membuat acara yang bisa menyelamatkan masa depan mereka ke arah yang lebih baik. Syukur-syukur bisa menggandeng pihak lain yang berwenang untuk memberikan sejenis pelatihan dan soft skill.

Pekerjaan rumah yang ketiga, yaitu menyediakan sarana belajar tambahan bagi siswa dan siswi. Tidak hanya bidang pelajaran sekolah yang berbentuk bimbingan belajar (bimbel), tapi ke arah kreativitas dan seni juga. Tentunya ini di luar jam sekolah pagi dan sore (khusus pada waktu libur sekolah).

Semoga saja ada jalan…

_

Setelah isya, seperti biasa kami berkumpul di depan warung Kak Usep. Di sana kami ngobrol segala hal dan membahas setiap permasalahan. Kebetulan karena malam itu malam tahun baru islam 1438 Hijriyah maka kami pun membuat rencana untuk ziarah kubur ke Katamanik atau ke makam keramat Syekh Abdul Jabar Karang Tanjung.

Obrolan kami malam itu tak terasa, dan waktu sudah menunjukan sekitar pukul 23.15 malam. Akhirnya kami pun memutuskan untuk berangkat. Sambil mengambil dan mempersiapkan sepeda motor, Kak Usep menutup warungnya. Malam itu kami menggunakan tiga motor. Semua bensin motor, ditanggung yang punya warung. Motor metik, motor bebek, dan satu motor tril atau kros sudah siap berangkat. Kak Usep, Juji, Heri, Saepul, Sandi dan Amir meninggalkan kampung Pancur dalam keheningan.

Malam itu kami berangkat menuju tempat tujuan. Jarak yang kami tempuh sekitar 6 kilo meter, dan melewati beberapa kampung. Kampung tersebut diantaranya: Turus, Citapung, Ancol Masjid, Ancol kulon, Majalaya, Nanggor, Pasir Kupa, Panjulan, Paniis, Kubang, Bantar Wangi, Kontrak, Pasirandu, Pagadungan, Karang Tanjung, Kadu Sumbul, dan Katamanik.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menitan, kami pun tiba di tempat tujuan. Kami disambut dengan makan malam di prasmanan. Awalnya kami merasa tidak enak dan sedikit segan, sebab sedang ada yang makan-makan layakanya seperti di tempat orang yang sedang hajatan. Tetapi setelah kami memberanikan diri dan masuk, kami pun dipersilakan untuk menikmati hidangan tersebut.

Sebagai orang jawa yang baik, pantang bagi kami untuk segera menuruti permintaan (disuruh makan). Setelah basa-basi dan ditawari beberapa kali, barulah kami pun menikmati hidangan yang cukup menggugah selera. Hidangan lauknya cukup mewah dan begitu nikmat. Mungkin ini adalah rizqi bagi kami yang berniat mengagungkan pergantian tahun baru islam tersebut.

Jika seandainya kami hanya duduk-duduk manis dan ngobrol di rumah, tak ada hidangan mewah nan lezat seperti ini yang dapat kami santap dengan lahapnya. Sekali lagi, ini adalah rizqi yang sudah diatur oleh yang maha kuasa bagi siapa yang mau berusaha dan berupaya. Meskipun usaha yang kami lakukan cukup simple dan kecil, tetapi balasan itu akan senantiasa mengikutinya.

Setelah melahap makan malam, kami sempatkan untuk ngobrol dengan lelaki paruh baya sekitar 70 tahunan. Ternyata lelaki tua tersebut masih memiliki garus keturunan dari Syekh Abdul Jabar. Beliau juga yang sengaja menyuguhkan makanan tersebut untuk para penziarah yang akan berziarah ke makam tersebut. Dari obrolan yang singkat tersebut, hanya sedikit sumber yang kami dapat mengenai siapa asal usul dari Syekh Abdul Jabar tesebut.

Tak lama, kami pun langsung melakukan ziarah kubur. Kami masuk saung berukuran sekitar dua meter dengan alas keramik dan beratapkan genting serta tiap sisinya tembok menyerupai lorong. Lorong tersebut panjanganya sekitar 13 meter dan tepat di makam Syekh Abdul Jabar, atapnya dibuat terbuka, jika ada hujan air dapat membasahi kuburannya.

Kami langsung duduk dan membuat formasi. Kak Usep di depan sebagai juru makam yang siap membacakan tawasul, sedangkan kami berlima duduk dibelakang dengan susunan dua shaf. Petaka datang menimpa salah seorang dari kami kala tawasul dimulai, setelah beberapa kali membaca surat al-fatihah, rasa kantuk datang dengan tiba-tiba. Inilah kebiasaan buruk jika perut sudah diisi dengan makanan. Perut semakin besar, mata semakin kecil.

Proses tawasul hanya diikuti awalnya saja, sedangkan tengah serta akhirnya sudah tidak ingat lagi. Jika rasa kantuk sudah datang, tak peduli tempat maupun posisi. Meski pun berdiri, jika sudah waktunya ngantuk pasti tidur. Apalagi waktu itu sedang duduk, ya posisi yang cukup ideal dan banyak orang sudah melakukannya, sebagaimana tidur ketika duduk menunggu shalat jumat.

Setelah selesai ziarah kubur, baru tersadar dan bangun. Kami pun meninggalkan makam dan dilanjutkan ke saung tempat awal kami ngobrol. Lagi-lagi karena mata sudah lelah, begitu tiba di saung, langusng mengambil posisi dan membaringkan tidur. Obrolan pun dilanjutkan hingga pukul 02.00 dini hari. Setelah dirasa cukup kami pun memutuskan untuk pulang.

Dini hari itu, tiga motor yang kami gunakan melesat meninggalkan makam keramat Syekh Abdul Jabar. (Amha/)

Berawal dari sebuah pesan singkat dari Anis, aku memberanikan diri untuk menawarkan bantuan dan sekaligus mengantarkannya pulang ke rumah. Awalnya sempat ragu dan fivty-fivty, dengan ajakanku ini. Tetapi, akhirnya kepastian itu dating juga. Aku arahkan Anis untuk berangkat naik angkot dari warung pojok (warjok) dengan tujuan Tunjung Teja.

Aku pun kirim SMS ke Anis, jika sudah naik angkot dari warjok jangan lupa langusung kabari. Biar nunggu di tunjungnya lebih enak dan bisa dikira-kira. Setelah mendapat kabar dari Anis, aku langsung berangkat dari rumah. Dengan niat bismillah, aku meninggalkan rumah sore itu juga untuk bertemu dengan dara asal Rangkasbitung.

Setelah tiba di tunjung teja, aku parkirkan sepeda motor tepat di depan alfamart. Karena merasa sedikit haus, aku juga menyempatkan masuk kedalam untuk membeli sebotol minuman. Setelah beberapa tegukan minuman itu kuminum, aku kirim sms ke Anis. Sudah sampai mana sekarang Nis? Tanyaku singkat. Tak lama, sms balasan dari Anis masuk. Gak tahu udah sampe mana Kak, tapi tadi sudah lewati tulisan POLSEK Petir. Kemudian kubalas lagi pesannya. Wah sudah dekat berarti.

Setelah mengetahui posisi Anis sudah dekat, aku lebih banyak mengamati kendaraan yang lalu lalang. Terutama mencari angkot yang berwarna biru muda atau yang berwarna kuning. Kuamati terus jalan untuk memastikan mobil angkot yang lewat. Hingga tertuju kepada angkot biru muda yang datang dan berhenti tepat di depan tempatku menunggu. Aku sudah senyum dan siap menyambut kedatangan Anis. Ternyata yang turun bukan Anis, tetapi penumpang lain. Ketika itu juga aku gak ngeh jika Anis duduk di depan.

Setelah mobil jalan lagi, disitu aku baru ngeh, kalau Anis duduk di depan. Aku segera mengamati angkot tersebut dan memastikan jika yang turun di depan nanti adalah Anis. Benar saja, kulihat dari kejauhan gadis berkaca mata yang mengenakan jilbab berwarna biru dongker, sama seperti gadis yang sering kulihat di blog dan di facebook. Aku pun langsung menghidupkan motor dan menghampiri Anis yang kala itu sedang duduk di pingir jalan.

Begitu tiba di depannya, aku segera menyambut dengan ucapan “Kenapa gak turun di depan alfa tadi Nis..” sambil tanganku dirapatkan telapaknya dan kutaruh di depan dada sebagai tanda untuk mengajak salaman. Aku pun langsung mengajak Anis untuk beranjak dari tempat tersebut dan langsung menuju arah pulang.

Sewaktu di kendaraan, kami sempatkan untuk ngobrol dan Tanya jawab. Tanya jawab soal apa pun yang dapat menghidupkan suasana antara dua manusia yang kala itu baru bertemu setelah sekian lama berkenalan di dunia maya. Aku sedikit canggung dan merasa minder, sebab pengalaman dan dunia jelajahnya Anis sangat luas, sedangkan aku pengalamannya masih sedikit dan belum pernah kemana-mana.

Tapi kembali ke niat awal. Dulu aku punya azam untuk dapat bersilaturahmi dengan keluarga Anis di Rangkasbitung, terutama dengan Ibunya yang sempat ngobrol melalui chatting di facebook. Kami ngobrol layaknya teman yang sudah berkawan lama dan cukup akrab juga.

Perjalanan yang kami tempuh, rasanya tidak sampai satu jam. Berangkat dari tunjung sekitar pukul 17.50 dan menyempatkan shalat maghrib di masjid al-Ikhwan kampung Rumbut. Anis sedang libur shalat, jadi aku yang masuk masjid, Anis yang jagain motor. Setelah shalat maghrib, kami lanjutkan perjalanan. Tiba di rumah Anis pukul 18.42 jika tidak salah lihat.

Masuk ke gapura yang bertulisakan BTN Narimbang Curug Sawo. posisi rumah berada disebelah kanan, catnya berwarna kuning dan list-listnya berwarna putih. Jaraknya hanya sekitar 30 meter dari gapura atau jalan raya.

Setelah parkirin motor, dan masuk kedalam rumah anis tampak di meja makan sedang makan adiknya anis yang pertama. Adik yang kedua sedang ngaji dan ditemani suara perempuan yang begitu halus dan indah. Ketika itu aku menyangka ada yang sedang privat ngaji. tetapi akhirnya semuanya hilang setelah ingat bahwa ibu anis yang ngajari ngaji anak-anaknya sendiri sedari anis masih kecil.

Suasana ibu dan anak yang sedang belajar mengaji seolah membuatku teringat masa-masa kecil. Tak hanya itu, kehangatan keluarga Ibu Hamidah dengan anak-anaknya belum pernah aku temui di keluarga lain. Dalam hati kecilku mengatakan “pola asuh orang tua dahulu dengan masak kini memang berbeda” suasana dalam keluarga begitu hidup dan terasa terbuka antar satu sama lain.

Setelah dirasa cukup ngobrolnya, aku pun berpamitan kepada keluarga anis. Waktu menunjukan sudah pukul 19.35. kusampaikan niat dan maksud kedatanganku sekedar bersilaturahmi menyambung persaudaraan dan sekaligus mengetahui posisi rumah Anis. Jika sudah tahu, kapan-kapan bisa mampir lagi.

Aku pamitan dan bersalaman ke Kiki, Ibu, dan Anis. Ketika itu opik sedang keluar, ke rumah temannya. Aku langsung menyalakan motor dan mengucapkan terima kasih dan mohon maaf sudah merepotkan. Pesan dari keluarga Anis “hati-hati”, ucapan itu beberapa kali diulang-ulang. Setelah mengucapkan salam, aku pun meninggalkan perumahan BTN Curug Sawo secepat kilat dan dalam hitungan menit aku sudah berada di POM Mandala. Aku berhenti dan menumpang untuk menunaikan shalat Isya.

Sempat ku kabari Anis melalui SMS, setelah selesai perjalanan aku lanjutkan kembali. tiba di rumah sekitar 20.40. Demikian perjalanan hari ini yang begitu mengesankan dan memiliki banyak arti dalam hidupku ini. Aku banyak dapat banyak pelajaran dan semoga ini merupakan titik awal dalam menentukan hidup, meraih masa depan.



Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya. Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha mengghiburnya. Dapatkah aku pungkiri cinta, sedangkan air mata dan derita telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.

Syair di atas merupakan penggalan dari kitab Burdah karangan Syekh Busyairi. Syair yang berkisah tentang kekuatan cinta kepada Rasulullah dan Sang Pencipta. Kekuatan cinta yang ada di dalamnya begitu besar dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Kecintaan kepada rasulullah merupakan cinta tulus murni sepenuh jiwa.

Menurut Ibn Hazm Alandalusi cinta merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Tidak ada yang salah dengan cinta, tergantung bagaiamana mengaplikasikan dan mengendalikannya saja. Hakikat cinta adalah anugerah dan berkah untuk manusia, oleh karenanya cinta itu adalah keindahan, pengorbanan, kesetiaan, mencintai, bahkan setiap orang memiliki definisi yang berbeda.

Kisah Laila dan Qais merupakan bukti kisah cinta yang begitu kuat dan diabadikan oleh para ulama besar. Bahkan dalam kisah nabi-nabi terdahulu telah dikisahkan kekuatan sang permaisuri terhadap budaknya. Ya, cinta Julaikaha kepada Yusuf yang bergebu-gebu, hingga akhirnya dipertemukan kembali dengan kondisi yang berbeda.

“Siapa saja yang mencintai sesuatu, maka ia akan dipertemukan dengannya meski aku tak dapat bertemu, mungkin kelak suatu saat akan bertemu dengannya.” Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Apakah kisah hidup ini akan mengalir laksana kisah Laila dan Qais, atau seperti kisah Yusuf dan Julaikha? Berharap sih seperti kisah yusuf.

MH, itulah inisial yang aku kagumi selama ini, bagiku MH sama dengan Laila. Aku terpesona dan mengagumi dirinya. Hanya kekuatan dan rasa yang menggelora kini kurasakan. Namun, ku tak mampu untuk menyampaikan, apalagi mengatakannya. Wahai Laila.. Apakah dirimu sudi menerima dan membalas cintaku ini?

Rasa cinta yang saat ini kurasa, aku yakin tak ada yang salah dengannya. Hanya saja, aku tak mampu untuk berkata dengan jujur, dan apa adanya. Aku hanya dapat menulis, menuangkan kata-kata dalam baris, mengagumimu tanpa syarat alias gratis, dan aku suka hobimu yang suka menulis.

Aku punya cita-cita kelak ingin mendirikan sanggar dan kitalah pengajarnya. Punya sesuatu yang bisa dibagi dengan orang lain meski dari cara dan sisi yang lain. Aku suka dan ngerasa visi hidup kita sama, itulah kenapa seolah aku merasa ada kecocokan dalam diri kita.

Aku tidak pernah mengukur seseorang dari rupa maupun rias rupawan. Bagiku siapa pun kelak akan mengalami masak tua, dan beruban, jadi tak elok jika menilai seseorang dari tampilan lahiriyah semata.

Tradisi ‘Ngupat’ atau membuat ketupat pada dasarnya lebih terkenal pada hari lebaran/idul fitri. Tapi, di kampung kami, tradisi ngupat itu biasa dilakukan pada pertengahan bulan suci Ramadhan.
Entah dari mana asal muasal kegiatan ini dilakukan. Yang jelas, di daerah Serang-Banten, khususnya di Desa Panunggulan Kampung Pancur, kegiatan ini sudah rutin diadakan. Tepatnya, ketika puasa sudah mencapai 15 hari.

'Meulah kupat’ atau membelah ketupat merupakan filosofi yang cukup logis, ketika dijadikan sebagai makanan simbol pertengahan bulan Ramadhan. Sebab ketika akan memakannya, ketupat harus dibelah dari tengah terlebih dahulu.

Dengan demikian, maka di sana akan terbentuklah potongan ketupat yang simetris (kedua sisinya sama). Begitu juga dengan puasa yang dijalani sudah berada di pertangahan, yaitu 15 hari yang sudah dilalui dan 15 hari lagi sisanya. Itulah kenapa ketupat menjadi menu rwajib di setiap pertengahan Ramadhan.

Tak hanya disitu, setiap rumah juga mengantarkan hasil ketupat buatannya untuk dibawa ke Masjid atau Mushola. Setelah sholat tarawih, ada ritual doa. Lalu ketupat kembali dibagikan kepada yang hadir. Sehingga, ketupat yang dibawa ke rumah adalah buatan orang lain.

Tradisi ini sebetulnya cukup mengajarkan kepada kita hidup yang bermasyarakat itu ya seperti ini. Tak hanya ada pesan yang tersirat, tapi ada makna kebersamaan dan saling merasakan antar satu dengan yang lainnya.
_

Final yang Sempurna

Dua klub papan atas memperebutkan gelar terbaik dari yang terbaik. Rela madrid sebagai juara bertahan ditantang sang jawara dari Italia, Juventus. Keduanya saling menunjukan tajinya di awal pluit pertandingan dibunyikan.

Serangan berbahaya ditunjukan Juventus. Beruntung penyelamatan gemilang dilakukan penjaga gawang el real, Carol Navas. Kedudukan masih imbang.

Petaka muncul untuk Juventus, kala umpan dari Carvazal dituntaskan dengan baik oleh mega bintang el real. Cristiano Ronaldo membuka kran gol untuk real madrid di menit ke-20 babak pertama.
Tak lama, gol balasan dari Juve hadir pada menit ke 27 dari kaki marjuki. Kedudukan menjadi imabang. Serangan kedua klub tak segencar pada awal-awal pertandingan, keduanya hanya menunggu bola dan saling serang, hingga babak pertama habis.

Akhirnya gol kedua madrid muncul pada menit ke 61 melalui tendangan kaki kanan Casemiro. Skor kembali berubah dan melalui gol cantik CR7 pada menit 64. Kedudukan berubah jadi 3-1 untuk keunggul real madrid.

Juventus semakin tetinggal dan tetekan. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh real madrid. El real makin menggila. Benzema ditarik, digantiakan Bale, sedangkan Isco diganti Asensio.
Pertandingan harus tercoreng dengan keluarnya kartu kuning kedua yang diberikan kepada Guardado. Dengan ini Juventus harus bermain dengan 10 pemain.

Gol Madrid kembali muncul di babak 90, melalui pemain pengganti yaitu Asensio. Dengan ini, maka el real kembali menjuarai dua tahun berturut-turut. Sekaligus mematahkan rekor dengan 12 kali juara liga champion. Sekali lagi selamat untuk Real Madrid.

Ramadhan #8 _
_


Semadiwal (Semangat di Awal)

Semangat menyambut bulan suci ramadhan begitu menggebu-gebu. Ada yang berkeliling dengan arak-arakan obor, pawai bedug dan lain sebagainya. Tapi kini, ketika sudah memasuki hari kedelapan seolah semangat itu mulai menciut.

Kenapa seolah semangat itu hanya ada di awal-awal saja, dan makin kesini malah makin lemah. Jika kita umpamakan, hal seperti ini mirip hape. Berarti saat ini batrenya sudah mualai ngedrop. Makanya butuh carger supaya batrenya terisi kembali, dan bisa optimal lagi.

Ada apa dengan semangat keramadhanan ini? Apakah karena semangat ramadhan yang dibangun sejatinya hanya seremonial belaka, atau hanya sekedar ikut-ikutan saja? Sehingga esensi menyambut ramadhan itu sejatinya nol besar.

Lalu, pesta menyambut ramadhan itu fungsinya untuk apa? Apakah ada hungungan dengan menjalani aktivitas di bulan ramadhan. Jika iya, kok makin kesini yang tarawih semakin kosong? Malah tidak seramai ketika ikut pawai obor dan arak bedug?

Mari kita sama-sama introspeksi diri. Ramadhan sudah memasuki hari kedelapan, tapi kok jamaah semakin sepi? Kok yang tadarus tak seramai ketika awal-awal ramadhan? Sekali lagi mari kita carger lagi semangat itu biar kembali semangat.

Ketika rasa malas itu datang, maka harus dilawan. Buat motivasi yang besar, jika perlu kita anggap ini adalah ramadhan terakhir kita. Sebab kita tidak tahu jika ramadhan tahun depan bisa merasakannya lagi. Ini terkesan ekstrim? Iya gak apa-apa! Asal semangat itu tetap terjaga.

Atau, ketika malas itu tiba? Ingatkah akan amalan apa yang sudah kita perbuat di bulan ramadhan ini. Sudah maksimal ataukah belum. Jika belum maksimal, tuk diperbanyak. Mungpung bulan ramadhan, rugi kalo ibadahnya hanya yang standar-standar saja. Amalan yang sunah semuanya dikerjakan, dan tak ada yang satu pun terlewatkan. Nah, ini baru keren coy..

Intinya, yuk pupuk terus semangat beribadah dari awal ramadhan, tengah, hingga akhir ramadhan. Semoga bisa istiqamah. Amiin.

Ramadhan ke #7
_



Niat (1)

Niat itu qosdu assyai muktarinan bifi'lihi. Maksud melakukan sesuatu disertai dengan melakukannya. Niat sholat dzuhur itu tepat ketika akan shalat dzuhur, dan tidak bisa niat sholat dzuhur ketika pada waktu subuh.

Begitu juga dengan niat puasa. Ketika niat puasa dilakukan setelah shalat tarawih itu bukan niat puasa yang sesungguhnya. Jadi setelah makan sahur harus niat puasa lagi.

Ada sebagian yang menganggap niat yang dibaca setelah solat tarawih itu cukup. Padahal jika kita kembali kaitkan dengan paragraf awal di atas, jelas tidak sah niatnya.

Kecuali, niat puasa setelah solat tarawih dan kita tidak lagi makan dan minum, lalu bangun-bangun sudah subuh berarti niatnya sah. Tapi kalau sudah niat, terus makan dan minum lagi, ya sudah batal niatnya berarti.

Intinya, niat puasa setelah sahur itu wajib. Adapun niat steleah tarawih hukumnya sah jika tidak makan dan minum lagi sampai masuk waktu berpuasa. Jika diselingi makan dan minum, setelah niat, berarti batal niatnya.

Niat (2)

“Besok saya mau ke Jakarta”. Kalimat seperti ini, kebanyakan orang kita menyebut itu dengan niat. Padahal itu bukan niat, tetapi ‘Azam namanya.

Kecuali jika kita sudah di pinggir jalan, terus sedang nunggu mobil jurusan Jakarta dan begitu ada mobilnya langsung naik. Nah baru itu yang dinamakan niat.

Maksud akan mengerjakan sesuatu yang akan dilakukan, disertai perbuatannya detik itu juga.
Saya husnudzon, sebenarnya Niat yang kita pahami saat ini yaitu niat dalam definisi bahsa indonesia, bukan pengertian atau definisi yang sesuai dengan bahasan fiqih.

Ketika mengartikan niat dalam fiqih, ya arti niat yang dimaksud dalam ilmu fiqih, bukan dalam definisi bahasa indonesia.

Ramadhan #6
_


Ajeng dan Uben

Ada banyak nama kucing yang membersamai kami selama tinggal di Kawah Condrodimuko ini. Misalnya ada Ajeng, Uben, dan Stepen.

Ajeng adalah kucing milik ust. Willy Ashadi. Ustadz yang dikenal dengan ceramah khasnya tentang ‘kun’ ini memperlakukan Ajeng begitu istimewa. Jadi, tak salah jika Ajeng juga begitu Akrab dengan beliau.

Bahkan beliau jika pergi makan, tak lupa membeli ikan satu potong, khusus untuk makannya Ajeng. Tapi karena Ajeng sudah beranjak dewasa dan Ust. Willy juga banyak kesibukan, maka Ajeng kembali ke naluri kehewanannya.

Kucing kedua bernama Uben. Kucing satu ini cukup jahil dan sedikit nakal. Asal usul Uben saya sendiri lupa. Yang jelas, waktu kemunculaannya sudah bikin gemes.

Pernah ada sekelompok ibu-ibu yang mampir untuk numpang sholat di Mushola Ashabul Kahfi. Setelah dipenghujung shalatnya, ada ibu-ibu yang menggerak-gerakan jari telunjuk. Mungkin dikira Uben itu ekor tikus, secepat kilat uben menkam jari ibu tersebut.

Seketika itu juga ibu-ibu yang sedang sholat ikut kaget dan berteriak histeris. Kami hanya terpingkal-pingkal melihat ulah Uben. Dan ibu-ibu tersebut terpaksa mengulang sholatnya dari awal.

Kucing yang saat ini ada bersama kami, entahlah siapa namanya. Saya namai Stepen, biar ada namanya saja. Tapi yang jelas ia tidak seperti Ajeng yang selalu diistimewakan, dan tidak senakal Uben juga. Stepen ini kadang jadi mainan kami dan si kecil Nisa.

Bahkan jika kita tengok ke dalam sejarah, Rasulullah SAW. punya kucing juga, namanya Moeza. Tak hanya disitu. Rasulullah juga membela kucing. Di dalam salah satu hadits dijelaskan ada seorang perempuan yang masuk neraka gara-gara mengurung kucing tanpa diberi makan.

Ramadhan #5
_

Donat(ur)

Sore tadi donatur takzil libur. Kami yang berdiskusi ria bada sholat ashar siap menyusun rencana. Opsi-opsi pun dikeluarkan. Sebisa mungkin opsinya yang win-win solution.

Hingga dicetuskanlah bahwa ngaji kitab Misbah al-Dzolam tetap dijalankan, dengan konsekuensi dimajukan waktunya. Lalu 15 menit sebelum waktu berbuka tiba, ngajinya disudahi.

Ngaji kitab pun dimulai seperti biasa, yang datang juga agak sedikit. Detik demi detik pun berlalu. Tak disangka ternyata suguhan untuk berbuka pun datang. Berupa segelas teh dan tahu goreng menjadi jatah kami.

Alhasil, ngaji pun dilanjut sampai waktu berbuka tiba. Alhamdulillah, donatur yang biasa libur, ternyata masih ada donatur lain. Meskipun hanya sekedar untuk membatalkan, nyatanya mengenyangkan.

Sungguh beruntung bagi mereka yang memberi makan kepada yang berpuasa. Mereka mendapat pahala sebanyak orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikit pun.

Ramadhan #5


Bulan Pendidikan

Perintah puasa yang terdapat pada surat albaqarah ayat 183 merupakan dalil nyata bahwa manusia yang beriman diwajibkan untuk melaksanakannya. Perintah puasa sejatinya sudah ada kepada kaum-kaum terdahulu.

Di sini, Allah sebagai guru dan manusia sebagai muridnya. Nama lembaganya yaitu pendidikan ilahiyah. Jenjangnya yaitu khusus bagi orang-orang yang beriman. Sehingga wajar jika puasa adalah amalan khusus dan istimewa.

Pendidikan ilahiyah yang diajarkan, yaitu menggunakan kurikulum pengendalian hawa nafsu dan menahan rasa lapar serta dahaga. Tak sebatas di situ saja, bahkan lebih luas. Misalnya menahan diri dari perkataan kotor dan hal-hal yang tak bermanfaat, plus harus banyak bersabar.

Adapun sistem penilaian yang diberikan adalah berupa rapot atau laporan tertulis. Tetapi sayangnya rapot itu sifatnya tertutup dan hanya sang guru yang mengetahuinya. Jadi, siapa yang nilai puasanya paling besar belum ada yang tahu.

Output atau harapan yang ingin dicapai dari lembaga pendidikan ini yaitu melahirkan lulusan yang bertaqwa. Jadi, kita sebagai siswanya mari tekun belajar dan giat berlatih agar bisa menjadi lulusan yang bertakwa.

Jika sudah bertaqwa, bukan tidak mungkin hadiah syurga yang sudah disiapkan bisa menjadi milik kita. Syaratnya ya tinggal mau atau tidak.

Ramadhan #4

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme