Akhir-akhir ini, yang menyelimuti benak pikiran saya adalah para pesohor Banten. Memang, orang – orang dulu sakti mandraguna dan ilmunya "selangit." Tak tanggung-tanggung mereka mampu dikenang sepanjang masa.

Sampai saat ini saya merasa merinding dan gemetar ketika membaca sejarah guru kita, yaitu Syekh Nawawi Albantani (BACA) dari Tanara. Sosok ulama yang begitu luar biasa dan diakui oleh seluruh dunia kala itu. Ditambah lagi, ketika beliau wafat jenazahnya dikuburkan dekat kuburan nabiyullah  Muhamad saw. Subhanallah...

Tak hanya itu, ulama-ulama lain yang begitu tersohor di tanah Banten. Adalah Sultan Hasanuddin Banten, atau yang lebih dikenal dengan Raja Banten. Tak hanya dikenal luas sebagai Raja Banten, tetapi beliau juga dikenal sebagai sosok raja yang memiliki garis keturunan dari wali songo, tepatnya adalah dari Sunan Gunung Jati.

Mitos yang terkenal luas di masyarakat adalah ketika Ayah Sultan Hasanudin mengislamkan para petapa (azar) yang kala itu masih menganut ajaran hindu yang dibawa dari Kerajaan Padjajaran. Cerita itu lebih hebat lagi ketika Ayah Sultan Hasanudin mengajak Pangeran Pucuku Umun  selaku guru dari para azar untuk memeluk Islam.

Akan tetapi tak mudah bagi Pucuk Umun untuk menerima tawaran itu dan memeluk Islam begitu saja, hingga adu kesaktian pun tak terelakan di antara keduanya. Ayah Sultan Hasanudin lah yang keluar sebagai pemenangnya.

Konon, sebelum mengadu ilmu kanuragan. Ayah Sultan Hasanudin dan Pangeran Pucuk Umun mengadu kesaktian melalui perantara hewan. Kala itu, ayam yang dijadikan sebagai perantaranya. Ayam Pangeran Pucuk Umun dijampi-jampi dengan mantra, sedangkan ayam Ayah Sultan Hasanudin dimandikan dengan air dan dibacakan kalimat hauqolah selama dimandikan.

Laksana pertarungan manusia sakti, suara gemuruh dan kilatan halilintar pun menghiasi kaki gunung karang. Tak ayal, pertarungan sabung ayam pun memakan waktu satu minggu lamanya. Kedua yam tersebut sama - sama kuat. Tetapi lagi-lagi ayam Ayah Sultan Hasanudin lah yang mampu menjadi juaranya. Meskipun menurut mitos diceritakan bahwa kaki ayam Pangeran Pucuk Umun dipasang sebuah pusaka berupa keris sakti.

Kekalahan pertama ini membuat Pangeran Pucuk Umun geram. Ia lantas tidak mau menerima ajakan Ayah Sultan Hasanuddin untuk memeluk Islam. Ia pun akhirnya mengajak beadu ilmu kanuragan dengan Ayah Sultan Hasanuddin. Meski Pangeran Pucuk Umun memiliki ilmu dapat menghilang, Ayah Sultan Hasanudin mampu meladeninya dan menemukannya.

Bahkan ketika Pangeran Pucuk Umun bersembunyi di dalam buah kelapa yang sudah berlubang (cumplung; bahasa sunda) dan di pucuk putik bunga melati, dengan mudahnya ditemukan oleh Ayah Sultan Hasanuddin.

Pertarungan berlanjut hingga Pangeran Pucuk Umun terbang ke udara. Ia bersembunyi di balik awan. Lagi-lagi atas izin Allah swt, Ayah Sultan Hasanudin mampu menyusul Pangeran Pucuk Umun ke udara dan memukulnya hingga jatuh ke bumi. Ia pun kalah, dan akhirnya melarikan diri.

Untuk itulah Islam bisa leluasa disebarkan di tanah Banten. Sedangkan Pangeran Pucuk Umun, pasca kekalahan dari Ayah Sultan Hasanudin dipercaya oleh masyarakat Banten, jika ia melarikan diri ke Ujung Kulon dan wafat di sana.

Ada juga yang mengatakan bahwa Ia lari ke Banten selatan, tepatnya daerah Cikeusik. Hal ini berdasarkan kepada ajaran Pangeran Pucuk Umun yang masih ada hingga sekarang. Suku Baduy yang ada di sebelah selatan Banten sebagai pemegang teguh ajaran Pangeran Pucuk Umun, yang dikenal dengan sebutan sunda wiwitan. Inilah sepercik kisah dari sejarah tanah Banten.

Tak hanya itu, setelah mengalami kemajuan yang pesat. Islam di Banten memiliki waliyullah yang begitu dikagumi dan terkenal dengan keilmuannya. Di antaranya yaitu ada Syekh Mangsurudin Cikaduweun, Syekh Asnawi Caringin serta dan yang terakhir yang saya tahu yaitu "Mbah Dim" atau yang lebih dikenal dengan Abuya Dimyati Cidahu - Cadasari. Kesemuanya ini memiliki cerita yang unik dan cukup "menggelitik untuk ditelusuri".

Torekat Aing mah, ngaji !!! _Abuya Dimyati

Saya ingin sekali mencari tahu sejarah dan kehebatan ulama - ulama Banten ini. Hingga ceritanya yang begitu membekas dan  berkembang di masyarakat begitu kental.  Menurut saya, jika cerita-cerita yang berkembang berbau mistis wajar saja, karena hal ini dipengaruhi oleh agama yang ada di Banten sebelum Islam disebarkan oleh Sultan Hasanuddin.

Tapi alangkah baiknya jika kita lebih mengedepankan nilai-nilai syariatnya, dibandingkan dengan nilai-nilai kebudayaannya. Bukan tidak mungkin juga untuk al-muhafazhah ala al-qadiim al-shalih wa al-akhzdu bi al-jadid al-ashlah... (melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.) [zah]

Tulisan ini diolah dari beberapa sumber, dan mengalami beberapa kali editan.

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme