Tak terasa sudah hampir empat tahun kami berpisah. Semenjak kelulusan sekolah Madrasah Aliyah (MA), saya dan Humadi Hazani tak pernah bertemu lagi. Umay, begitulah panggilan akrabnya, ia berasal dari jakarta timur tepatnya di daerah Cakung. Kami menjadi akrab ketika menjabat sebagai pembimbing [mudabir] di pesantren. Tetapi, saya dan Umay beda divisi, Umay menangani bagian bahasa [qismu al-Luhgah] sedangkan saya bagian pengajaran [qismu al-taliim].
Semenjak lulus dari pesantren, Umay sempat mengabdi. Tetapi karena disuruh oleh orang tua untuk melanjutkan kuliah, ia pun memilih untuk mengikuti permintaan orang tuanya. Umay kuliah di AKPER [akademi perawatan] yang terletak di daerah Cirebon. Sedangkan saya, waktu itu memilih kuliah. Keputusan itu terbilang cukup nekat dan beresiko besar bagi saya. Akhirnya saya pun merasakannya, cukup lama harus berdiam di rumah untuk menunggu kesempatan untuk bisa kuliah.
Tak banyak yang saya lakukan, saya sempat mencoba masuk di STAN (sekolah tiinggi administrasi negara) karena diajak teman, hasilnya gagal. Selain itu juga saya sempat daftar di Ma'had An-nuaimy di daerah Kebayoran Lama-Jakarta, lagi-lagi hasilnya nihil. Karena putus asa, akhirnya saya mencoba memenuhi permintaan saudara untuk menerima tawaran mengajar di Bogor. Setelah observasi kesan langsung ternyata saya merasa kurang sreg disana.
Saya memutuskan untuk pulang dan menunggu 'nasib baik' saja. Alhamdulilah ternyata salah satu Ustadz mengajak saya untuk mendaftar di STID M. Natsir - Bekasi. Dengan senang hati saya pun mencoba tawaran beliau. Dengan persiapan yang lumayan mendadak, kami pun berangkat. Sedangkan deadline pendaftaran sudah sangat dekat. Hanya sikap optimis dan yakin diterima yang saya punya waktu itu.
Semua usaha itu ternyat nihil. 'Terpaksa' saya pun kembali ke rumah dengan tangan kosong, dan menunggu keajaiban itu datang kembali.
Dalam waktu dekat Umay akan mengunjungi Malioboro. Kunjungan itu dilakukan pas hari libur, tujuannya sebagai refresing saja. Dengan senang hati saya pun merespon baik kedatangan Umay ke Malioboro. "Nanti kalau mau ke Malioboro kabari saja may, nanti kita ketemuan di sana.. soalnya sudah lama kita kan gak bertemu..." itulah yang saya katakan kepada Umay melalui SMS.
Kami menjelajah Mlioboro dari ujung ke ujung. Masuk keluar mirota batik sampai ke pasar bringharjo pula. Di sela-sela itulah kami ngobrol dan mengenang masa sekolah di pesantren dahulu. Banyak hal yang unik yang pernah kami alami bersama. Misalnya saja, ketika orang tua salah satu santri yang tidak terima ketika anaknya mendapatkan hukuman [iqob] karena melanggar disiplin.
Tak hanya itu, ada santri yang sempat mengancam akan membawa teman-temanya untuk memukuli. Kisah si Dunun, santri yang digundulin [jundi] karena ketahuan merokok, jalan jongkok bagi yang telat datang ke mesjid, sampai ada santri yang saking takut ke bagian bahasa, ketika berantem menggunakan bahasa. Itulah beberapa kenangan yang menjadi bagian dari obrolan kami.
Waktupun sudah mulai sore, Umay dan kawan-kawan harus kembali ke Magelang. Kami pun harus berpisah, pepisahan itu kami sudahi dengan berpelukan. "Semoga kelak kita dipertemukan lagi ya May.... " Umay berlari memasuki sebuah bus yang sudah bersiap melanjutkan perjalanan meninggalkan kota Jogja menuju Magelang. Bus yang ditumpangi Umay semakin menjauh dan menjauh meninggalkan Malioboro sore itu.... []
--------------------
Semenjak lulus dari pesantren, Umay sempat mengabdi. Tetapi karena disuruh oleh orang tua untuk melanjutkan kuliah, ia pun memilih untuk mengikuti permintaan orang tuanya. Umay kuliah di AKPER [akademi perawatan] yang terletak di daerah Cirebon. Sedangkan saya, waktu itu memilih kuliah. Keputusan itu terbilang cukup nekat dan beresiko besar bagi saya. Akhirnya saya pun merasakannya, cukup lama harus berdiam di rumah untuk menunggu kesempatan untuk bisa kuliah.
Tak banyak yang saya lakukan, saya sempat mencoba masuk di STAN (sekolah tiinggi administrasi negara) karena diajak teman, hasilnya gagal. Selain itu juga saya sempat daftar di Ma'had An-nuaimy di daerah Kebayoran Lama-Jakarta, lagi-lagi hasilnya nihil. Karena putus asa, akhirnya saya mencoba memenuhi permintaan saudara untuk menerima tawaran mengajar di Bogor. Setelah observasi kesan langsung ternyata saya merasa kurang sreg disana.
Saya memutuskan untuk pulang dan menunggu 'nasib baik' saja. Alhamdulilah ternyata salah satu Ustadz mengajak saya untuk mendaftar di STID M. Natsir - Bekasi. Dengan senang hati saya pun mencoba tawaran beliau. Dengan persiapan yang lumayan mendadak, kami pun berangkat. Sedangkan deadline pendaftaran sudah sangat dekat. Hanya sikap optimis dan yakin diterima yang saya punya waktu itu.
Semua usaha itu ternyat nihil. 'Terpaksa' saya pun kembali ke rumah dengan tangan kosong, dan menunggu keajaiban itu datang kembali.
***
Tak terasa kini suda hampir empat tahun saya meninggalkan rumah. Berada di perantauan memang memiliki pengalaman yang begitu indah. Sudah smester lima bergelut dengan pendidikan agama islam yang saya dalami. sedangkan teman saya, Umay sudah hampir lulus. Imay mengabari lewat SMS bahwa dirinya sedang berada di Magelang. Katanya ia sedang peraktik di rumah sakit, ya bisa dikatakan PPL lah.Dalam waktu dekat Umay akan mengunjungi Malioboro. Kunjungan itu dilakukan pas hari libur, tujuannya sebagai refresing saja. Dengan senang hati saya pun merespon baik kedatangan Umay ke Malioboro. "Nanti kalau mau ke Malioboro kabari saja may, nanti kita ketemuan di sana.. soalnya sudah lama kita kan gak bertemu..." itulah yang saya katakan kepada Umay melalui SMS.
***
Saya bergegas menuju Malioboro, mengendarai sepeda motor sambil SMS-an pun menjadi alternatif kala itu. Akhirnya kami pun bertemu di tempat yang sudah dijanjikan. Saya pun dikenalkan dengan dua teman perempuan yang menemani Umay saat itu, tetapi saya tidak begitu hafal nama mereka. Tak ada perubahan yang berarti menurut saya pada diri Umay. Umay sekarang sama seperti Umay yang dulu, celananya bahan [kalau tidak salah masih celana made by udin tailor], dan juga janggutan.Kami menjelajah Mlioboro dari ujung ke ujung. Masuk keluar mirota batik sampai ke pasar bringharjo pula. Di sela-sela itulah kami ngobrol dan mengenang masa sekolah di pesantren dahulu. Banyak hal yang unik yang pernah kami alami bersama. Misalnya saja, ketika orang tua salah satu santri yang tidak terima ketika anaknya mendapatkan hukuman [iqob] karena melanggar disiplin.
Tak hanya itu, ada santri yang sempat mengancam akan membawa teman-temanya untuk memukuli. Kisah si Dunun, santri yang digundulin [jundi] karena ketahuan merokok, jalan jongkok bagi yang telat datang ke mesjid, sampai ada santri yang saking takut ke bagian bahasa, ketika berantem menggunakan bahasa. Itulah beberapa kenangan yang menjadi bagian dari obrolan kami.
Waktupun sudah mulai sore, Umay dan kawan-kawan harus kembali ke Magelang. Kami pun harus berpisah, pepisahan itu kami sudahi dengan berpelukan. "Semoga kelak kita dipertemukan lagi ya May.... " Umay berlari memasuki sebuah bus yang sudah bersiap melanjutkan perjalanan meninggalkan kota Jogja menuju Magelang. Bus yang ditumpangi Umay semakin menjauh dan menjauh meninggalkan Malioboro sore itu.... []
sedih... terharu...
BalasHapusah lebay....
BalasHapusNay... semoga dimudahkan ya.. masuk Manajemen UGM. Apa yang Orang tua Naila lakukan tentu yang terbaik buat anaknya.......
BalasHapus