Selepas bermain futsal, kami duduk-duduk sejenak sambil istirahat. Disela itulah kami saling ngobrol ngalor-ngidul tidak jelas kemana arahnya. Tetapi topik yang dibincangkan selalu menarik dan memecah tawa. Ada yang sifatnya menyindir, atau menceritakan kejelekan teman yang lain. Tujuannya sih cuma satu, supaya membuat teman-teman lain tertawa. Itulah budaya kami, budaya ala santri PONPES UII.

Salah satu sahabat saya, berkata seperti ini: "eh nanti sepatu punya sampean dibelikan keranjang sepatu ya..." (sambil memegang keranjang sepatu teman yang lain) "Jangan pake wadah asoy..." ia tertawa kecil. Sang teman langsung bertanya "asoy" itu apa..?" sambil bingung menunggu jawaban. "Asoy itu ya kantong kresek...'' jawabnya.

Karena mendengar kata-kata "asoy" akhirnya saya mencoba menjelaskan asal mula kenapa disebut pelastik asoy. Asoy itu asalanya dari nama makanan, karena pelastik kresek itu yang sering digunakan untuk membungkusnya. Akhirnya pelastik itu terkenal dengan sebutan pelatik asoy. Kemudian salah satu teman saya membenarkan bahwa ada makanan yang namanya asoy. Tetapi ketika saya tanya bentuknya seperti apa, ia tidak bisa mengenalnya.

Semenjak saat itu, hingga diperjalanan saya terpikir untuk mencari tahu keberadaan makanan itu saat ini, masih ada atau tidak. Rasanya sudah langka, bisa jadi sudah punah, seperti hewan dinosaurus yang punah dimakan waktu. Terakhir saya pernah menemukan makanan itu ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tapi sudah lupa bentuk dan rasanya seperti apa. Anak muda sekarang bisa dipastikan tidak tahu apa itu makanan asoy.

Masih adakah makanan khas itu saat ini? jika masih ada, makanan itu sebaiknya bisa dijaga. Supaya tidak kalah dengan makanan modern, yang dijual di alfamart atau indomart. Sudah saatnya kita peduli dengan peninggalan orang tua dulu, apapun itu. Dengan menjaga peninggalan orang dahulu secara tidak langsung kita telah mengenal dan mengenang mereka.

Pada waktu itu, masih berlaku uang 50 rupiah. Membawa uang jajan ke sekolah 100 rupaih saja sudah bisa kenyang. Es mambo yang berisi bubur kacang hijau dihargai 50 rupiah, dan begitu juga dengan asoy yang dihargai 50 rupaih saja. Sayang, masa kecil saya tidak seberuntung teman-teman yang lain, bisa jajan setiap hari ketika sekolah. Saya hanya bisa menyaksikan teman-teman yang lain ketika mengerumuni penjual makanan, kala itu. [amr]


--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme