Nama adalah panggilan, pembeda dan sesuatu yang diberikan dari orang tua kepada anaknya. Dengan nama tersebut, sang anak menjadi pembeda dengan anak yang lainnya. Oleh karenanya, nama itu harus yang baik dan mengandung doa. Harapannya bisa menjadi pesan untuk dirinya.

Namanya bagus, tapi sayang perilakunya belum sesuai dengan namanya. Tidak apa-apa, mungkin belum saja. Kelak suatu saat nanti ia akan menyadarinya. Kadang ada yang tidak pede dengan namanya sendiri, entah karena menurutnya nama itu kurang elegan atau karena makna dari nama tersebut terlalu berat baginya.

Baru-baru ini di akun media sosial ada arti nama yang unik. Disana nama seseorang akan diartikan dengan kepribadiannya masing-masing. Kata-katanya juga unik dan keren-keren. Ini salah satu buktinya... 


Sesuai dengan yang ada disana? pasti kamu senang sekali. Yang pengen, silakan cari ajah ya sendiri aplikasinya.. heheheee


Istri itu, ya mau tidak mau tugasnya adalah melayani suami. Ini bukan semata-mata tidak ada keadilan di sana. Istri dan suami sama-sama memiliki fungsi dan tugas masing-masing untuk saling 'melayani' satu sama lain. Konotasi kata 'melayani' bukan hanya sekedar dalam kebutuhan batin tetapi juga kebutuhan materi.

Suami membutuhkan istri untuk teman curhat, berbagi kasih sayang dan menjaga keutuhan keluarganya. Begitu pun dengan istri yang membutuhkan suami sebagai sosok 'pemberi rasa aman' dan pelindung. Tak sedikit juga suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri mengurus anak di rumah.

Semuanya adalah pilihan dan atas dasar kesepakatan. Semuanya juga boleh, asalkan tidak mengabaikan fungsi dan tugas utamanya masing-masing. Tugas yang paling berat dan utama yaitu menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Kualitas anak dipengaruhi oleh kualitas orang tua itu sendiri.

Dibawah ini ada sebuah film pendek yang syarat akan makna, pesan hidup dan nilai pendidikan yang dapat kita jadikan contoh. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan untuk kontemplasi bersama.


"De.. Mandi dulu sana, nanti kita makan malam bareng.. "

"Boleh ya aku makan dulu.. setelah itu baru mandi.."

"Iya boleh, tapi nanti aku makannya sambil tutup hidung ya..."
Suami : Maaf De, aku belum bisa menjadi Imam kamu...

Istri : Kamu shalat istikharah? mau Poligami?..






Selamat menyaksikan Film singkatnya...




Hari kamis sore saya pergi ke sebuah toko buku yang cukup terkenal di Yogyakarta. Disana saya memilah dan memilih berbagai macam buku. Hingga akhirnya saya jatuh hati kepada dua buah buku. Buku yang pertama berjudul Agility karya profesor Renald Kasali.

Dalam buku itu saya merasa terpecut habis-habisan. Tak hanya itu, dari buku itu juga saya merasa terpatri untuk berubah, untuk lebih agile. Dalam buku ini beliau menganalogikan dua pilihan yang cukup berbeda. Memilih untuk menjadi penumpang atau menjadi sopir.

Menjadi penumpang itu lebih enak dan lebih nyaman. Tak ada tuntutan apapun, karena tujuan ia hanyalah sampai ke tempat yang ia tuju. Terkait di dalam mobil mau melakukan apa, ya terserah dirinya. Bisa tiduran, selonjoran mendengarkan music, sms, bahkan maen game.

“Seratus kambing yang dipimpin seekor singa lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing.”

Berbeda halnya dengan sang sopir yang ada di depan. Ia dituntut untuk cekatan, memiliki opsi dan alternatif jalan yang lain serta tidak boleh tiduran. Sebab resiko yang dimilikinya sangatlah besar. Resiko itulah yang ada pada seorang sopir, sehingga tak banyak yang ingin menjadi sopir.

Lebih nyaman dan tenang menjadi penumpang. Duduk di belakang, mengekor saja, terserah kepada pemimpinnya. Lebih tepatnya yaitu memilih jalan aman. Inilah kebanyakan tipe manusia yang ada di negeri ini, lebih terkesan mencari aman dan duduk diam.

Agility, sesuai dengan judulnya yaitu menuntut kita supaya cerdas dalam segala hal. Cerdas seperti pemimpin UEA yang mampu membawa kemajuan pesat seperti sekarang ini. Mereka bisa maju dan hebat sekarang ini karena punya agility dan sadar akan persaingan.

Catatan yang paling saya ingat dalam buku ini yaitu : “seratus kambing yang dipimpin seekor singa lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing.” Demikianlah kata-kata itu saya catat dalam buku diary saya. Kata yang sungguh menginspirasi dan makna yang dalam.

Dalam buku yang satunya lagi, Self Drawing. Prof. Renald Kasali hampir sama, yaitu membombardir tentang how to be driver not a be passanger. Mental seorang driver harus dimiliki, sebab ketika MEA di akhir tahun 2015 ini semuanya akan begitu terbuka. Jika tidak sekarang, ya kapan lagi.

Dalam buku kedua yang saya baca ini, Prof. Renald Kasali lebih detail berbicara tentang driver personality. Menjadi driver untuk pribadi, untuk masyarakat, dan bangsa. Ketiganya harus memiliki keterkaitan, sehingga akan mudah mengembalikan kejayaan negeri ini dari chaos.

Dari dua buku di atas, Agility dan Self Drawing. Saya menjadi lebih sadar untuk berubah. Berubah ke arah yang lebih baik. Change before you have to.. (berubahlah sebelum anda dipaksa untuk berubah). Demikian kata Jack Welch.

Pada halaman pertama Self Drawing, tertulis : “Orang jujur itu mujur. Tapi jujur dan disiplon seperti sekeping koin dengan dua sisi, saling melengkapi. Karena kejujuran harus menjadi komitmen. Dan komitmen harus dibentuk oleh self discipline. Inilah modal dasar self driver.


Suatu ketika, Khayangan sedang diserang oleh pasukan raksasa yang dipimpin oleh Raja Niwatakawaca. Penyerbuan Khayangan tersebut bukan tanpa sebab, melainkan karena sang raja ingin menikahi seorang bidadari (Supraba) dari Khayangan. Karena keinginannya ini tidak sesuai, maka para dewa pun menolaknya. Sehingga pertempuran itu pun tak bisa dielakkan.

Karena situasi inilah akhirnya para dewa mencari pertolongan kepada sang maha ksatria, yaitu Arjuna. Kala itu arjuna sedang tapa brata. Akhirnya tapa brata Arjuna pun coba digagalkan. Mula-mula tapa brata Arjuna digagalkan dengan cara yang lembut, yaitu dengan mengutus para bidadari. Tetapi Arjuna tidak tergoyahkan dalam tapa bratanya.

Karena tidak mempan, akhirnya Bharata Narada turun langsung. Ia berubah wujud dengan menyamar sebagai seorang Resi. Resi ini akhirnya mencoba menggagalkan tapa brata Arjuna. "Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri.."

Kau salah besar Resi.. tapa brataku bukan untuk kepentingan diriku sendiri. Tetapi untuk kemenangan keluargaku  dalam mempersiapkan peperangan bhatarayudha di Kurusetra.” Setelah mendengar jawaban Arjuna, Resi jelmaan Bhatara Narada menghilang, lenyap dari pandangan mata.

Setelah Jelmaan Bharata Narada hilang, muncullah seekor babi yang bernama Mamang Murka yaitu utusan rata nwatakawaca untuk membunuh arjuna. Namun niat jahat dari babi tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sebab panah Arjuna dan Siwa lebih dahulu mengarah kepadanya. Sehingga babi tersebut tewas sebelum menjalankan perintah rajanya.

Setelah kejadian itu, Arjuna dan Siwa (sang guru) berselisih. Kata Arjuna panahnyalah yang lebih dahulu menancap ke babi. Begitupun dengan Siwa yang mengakui hal demikian. Sehingga keduanya berselisih paham. Akhinya Arjuna mengalah dan mengakui jika panah Siwa yang lebih dahulu. Karena mengalah, akhirnya Arjuna diberi panah Pasopati oleh Siwa.

Wahai Arjuna, percuma kau melakukan tapa brata karena pertapaanmu tidak akan mencapai kesempurnaan. Karena tapa bratamu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri..

Konon dengan panah pasopati itulah Raja Niwatakawaca dibunuh oleh Arjuna, sang Ksatria pandawa. Dalam cerita lain, terutama pakeliran Jawa gagrak Yogyakarta, Prabu Niwatakawaca adalah putera Arjuna sendiri yang lahir dari Dewi Srikandi. Kelak sukma Prabu Niwatakawaca akan diselamatkan oleh Arjuna dari kawah Candradimuka (neraka) menuju surga tingkat 9.

Paso atau phasu berarti hewan. Sedangkan pati berarti mati. Panah Pasopati berarti yaitu mengendalikan nafsu hewan yang ada dalam diri manusia. Itulah kenapa setelah Arjuna mengalah, akhirnya diberikan panah oleh Siwa. Arjuna sudah mencapai titik dimana ia mampu mengalahkan atau mengendalikan hawa nafsunya kala itu.

Dengan Pasopati itu juga Prabu Niwatakawaca dapat dibunuh. Artinya kedengkian, keserakahan akan dikalahkan dengan cara mengendalikan diri. Prabu Niwatakawaca yang ingin menikahi bidadari, adalah sebuah bentuk keserakahan. Jelas-jelas ia tidak diciptakan untuk berpasangan dengan bidadari, melainkan dengan jenisnya sendiri.

Saya pernah baca sebuah quote dari Kang Emil (Ridwan Kamil, yang saat ini menjadi wali kota Bandung). Dalam sebuah quote twitternya berbunyi seperti ini kalau tidak salah, “Muka itu dirawat bukan diedit..

Dari kalimat itu, saya mendapatkan sebuah kebenaran yang secara langsung sesuai dengan kondisi masa kini. Orang kebanyakan lebih memilih memalsukan wajahnya, jika tidak percaya silakan cek akun facebooknya, twitternya bahakan instagramanya.

Di sana banyak sekali kebohongan/pemalsuan wajah. Wajahnya sudah mengalami editan, tentunya dengan bantuan kamera yang otomatis ada jenis tampilan yang diinginkan. Atau dengan menggunakan aplikasi lain semisal photoshop atau aplikasi yang bisa dipasang di gadget.

Saya juga sadar, bahwa termasuk dalam golongan yang di atas. Terlebih jika foto yang ditaruh di akun dunia maya, rata-rata foto yang bagus dan terbaik menurut diri sendiri. Untuk itulah saat ini saya akan mencoba jujur apa adanya dan menaruh semua hasil jepretan kamera yang dipunya. Sekali lagi, apapun itu hasilnya dan apa adanya.

"Bebanmu akan berat, jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu......"  _Hamka

Jelek dan bagus bukan ukuran mutlak. Itu hanya persepsi dan penilaian seseorang saja. Penilaian  itu tentu akan berbeda satu dengan yang lainnya. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku bahwa rupa yang menawan bukanlah sebuah jaminan. Tetapi yang menjadi jaminan adalah isi (kecerdasan) dan prilakunya (akhlaq).

Bagi saya sendiri, seorang perempuan itu lebih cantik manakala ia rajin, bisa memasak, dan cerdas dalam mengurus anak. Saya tidak menafikan paras cantik nan jelita, tetapi lebih elok jika kecantikan itu dari dalam dan luarnya juga. Setiap wanita itu dilahirkan dengan kecantikannya masing-masing.

Tapi, banyak wanita yang lebih senang memoles kecantikannya dengan sesuatu yang tak alami. Bahkan mereka lupa untuk memoles kecantikan yang ada di dalamnya. Seharusnya yang diedit itu bukan hanya wajahnya, tetapi dalamnya juga, biar sama-sama imbang. Luarnya bagus, dalamnya juga syukur-syukur bagus, jadinya double.

Kita hidup di dunia ini dalam kepalsuan. Selalu menahan naluri kehewanan yang ada dalam diri. Padahal jika sifat kehewanan itu dibiarkan tentu akan menjadi kacau, salah satu contohnya dalah budaya di Barat. Hidup dalam kepalsuan untuk hal ini saya kira tetap dianjurkan, sebab bagaimanapun nafsu hewan yang ada dalam diri harus dikendalikan.

Masih punya malu, berarti masih normal. Karena merasa malu itulah akhirnya sifat buruknya diubah dengan sifat yang baik. Sesuatu yang buruk itu tidak baik, oleh karena tidak baik maka hal itu sangat dibenci oleh kebanyakan orang. Siapa yang keburukannya lebih banyak maka keberadaannya seolah tidak diinginkan. Tapi, jika kebaikan seseorang itu lebih banyak, maka semua orang akan mengharapkan ada jutaan yang sepertinya.

Siapa yang masih memiliki malu berarti imannya masih ada. Iman itulah yang akan membawa seseorang ke sebuah tempat yang paling agung lagi tinggi. Ya, tempat itu adalah surga yang telah Allah janjikan. Oleh karenanya, sifat malu harus kita miliki, sebab Al-hayau minal imaan- malu itu sebagian dari iman. [Ah]

Dulu, saya sempat putus asa untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pernah suatu ketika saya punya pikiran seperti ini "gak apa-apa saya menikah dengan janda sekalipun asalkan ia mau dan siap membiayai kuliah. Syukur - syukur bisa sampe S2 atau sampe mentok..." konyol bukan?..

Bahkan dulu juga sempat punya pikiran nekat untuk mendatangi orang yang berduit (kaya). Tujuannya yaitu untuk meminjam uang sekian puluh juta (sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk kuliah sampai lulus). Nanti jika sudah lulus hutang itu akan dibayar dengan cicilan.

Atau pilihan yang lebih ekstrim lagi, yaitu ketika sudah lulus nanti siap menikahi anaknya jika ada yang perempuan. Inilah beberapa ide nekat saya yang pernah terbesit dalam pikiran ini.

Inilah bukti seberapa kuat dan seberapa antusias saya dengan pendidikan. Masa depan bukan lagi sebagai tujuan, tetapi saya menyadari betul bahwa perjuangan saat ini bisa mempengaruhi masa depan kelak. Obsesi saya hanya satu, yaitu bagaimana ingin menjadi manusia yang bermanfaat, terutama kepada masyarakat sekitar dan umumnya kepada semua elemen masyarakat yang lainnya.

Dalam benak saya ketika itu adalah rela demi menuntut ilmu ketimbang apapun. Saat ini semuanya sedang diuji. Niat dan ketulusan saya sedang mengalami posisi puncak, semuanya meluap keluar dan muncul banyak pertanyaan dan pikiran-pikiran yang saya sendiri merasa bingung harus memulai dari mana.

Mungkin ini adalah konsekuensi yang harus saya terima dan harus saya jalani saat ini. Ini bukan aib, bukan kemunduran, atau apapun. Tetapi ini adalah batu loncatan untuk menjadi lebih baik, untuk lebih banyak belajar dan belajar lagi. Membuka wawasan, membaca keadaan, melihat fenomena dan banyak hal yang intinya mematri diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Saat ini semuanya sedang saya jalani, meski perlahan tetapi pasti. Saya sadar dan meyakini bahwa ujian ini suatu saat akan sirna. Saya yakin ini adalah sebuah tanda 'cinta' dari sang kuasa, agar menaiki derajat yang lebih tinggi lagi.

Jujur, saat ini pun ide itu masih muncul. Bahkan akan saya jadikan second choice jika diperlukan atau dalam kondisi terdesak misalnya.

Ada yang berminat atau mendaftar?.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme