Setelah Ashar (25/10/13) kami berencana untuk sowan ke rumah Ustad, yang kebertulan beliau sedang short course diluar negri (Amerika). Maksud kedatangan kami yaitu untuk menyampaikan amanat kepada keluarga yang ada di rumash sekaligus menyerahkan beberapa lembar surat dari kantor pos. Sekitar pukul 17.30 kami meninggalkan Jogjakata. Kali ini kami mengambil rute ke arah jalan Solo, tepatnya yaitu ke arah Candi Prambanan.

Karena perjalanan sore hari, kemacetan pun tak dapat terelakkan. Dibeberapa titik kemacetan itu kami dapati, meskipun demikian kemacetan ini masih dalam tingkat normal. Lagi-lagi, karena waktu keberangkatan yang terlalu sore, maka kumandang adzan magrib sudah terngiang di telinga kami ketika kami dalam perjalanan. Karena tanggung sebentar lagi sampai, maka kami memutuskan untuk sholat magrib ketika sudah tiba di tempat tujuan.

Setelah tiba di perkampungan yang kami tujuan, maka kami pun menunaikan sholat magrib. Setelah selesai kami langsung melanjutkan perjalanan, ketika tiba di depan rumah kami disambut oleh dua malaikat kecil yang membuka gordeng kamar dan melihat kami dari dalam.

Seketika mereka pun berlari ke arah pintu, terdengar suara kunci yang mereka buka dari dalam, tapi karena kedua malaikat kecil itu masih kecil jadi belum bisa membuka kunci atas. Kemudian dengan refleks malaikat kecil itu membuka jendela dan berkata, "mamah masih madi, Mas Lio gak sampe, jadi gak bisa buka kunci yang atas..." dengan sepontan kami pun menjawab "oh.. ya udah gak apa-apa.. nanti saja..."

Tak berapa lama pintu rumah pun terbuka. Muncullah seorang sosok jagoan kecil, ia adalah Gus Lionel Akbar atau saya biasa memanggilnya dengan "Mas Iyo". Kami ajak bersalaman dan ngobrol sebentar. Setelah itu muncul Ibu, dan kami juga langsung menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan tersebut. Sahabat saya langsung mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam ranselnya. "ini ibu.. ada titipan dari Ustadz.. dan beberapa ada yang harus ditandatangani plus diberi matrai."

Ibu pun masuk ke rumah dan tak berapa lama langsung membawa amplop berwarna cokelat dan matrai 6000. Setelah mengurus surat-surat serta menyantap roti bakar dan segelas susu jahe yang disuguhkan malam itu, maka kami pun berpamitan. Motor Honda Kharisma berpelat BE pun meninggalkan suasana pedesaan yang tak jauh dari Candi Prambanan. Pedesaan yang sangat sejuk dan pemandangannya begitu indah.

Di perjalanan, sekitar 10 menit dari tempat kami berpamitan. Sahabat saya mengajak untuk ziaroh ke makam Sunan Bayat (Sunan Pandan Aran). Sunan Bayat ialah salah satu pengikut Sunan Kalijogo yang diperintahkan untuk menyebarkan islam di daerah Bayat. Demikian informasi yang saya dapatkan dari papan sejarah ketika sudah tiba di sana.

Waktu itu, saya pun menyetujuinya. Karena sahabat saya agak sedikit lupa rute jalannya, maka kami memutuskan untuk bertanya ke salah satu penduduk yang kebetulan berada di pinggir jalan, atau sedang jualan. Dari petunjuk itulah akhirnya kami bisa tiba di tempat tujuan. Meskipun hampir mau salah jalan, dan mengambil inisiatif yang salah. Wajar, instingnya kurang gak sehebat GPS (Global Positionging System), heeeee.

Ketika tiba di sana, kami kami duduk-duduk dulu dan ngobrol sejenak. Tujuannya supaya tidak terlalu capek, sebab posisi makam berada di atas bukit dan kami harus menaiki anak tangga. Setelah dirasa cukup istirahatnya, kami pun langsung bergegas. Tak lupa, kami harus bayar 1000 rupiah untuk masuknya, dan waktu itu kami juga memutuskan untuk sholat Isya di atas saja, supaya setelah selesai sholat bisa langsung ziaroh.

Ketika menapaki anak tangga dan melihat kanan-kiri, sahabat saya melontarkan sebuah kalimat yang menggelitik pikiran. "Kenapa ya makam-makan disini kebanyakan berada di atas bukit...?" mendengar ungkapan yang demikian, lantas saya mengeluarkan sebuah kalimat yang hampir sama, "kenapa pintu Masjid Agung Cirebon dibuat kecil...?" Mungkin ada makna yang tersembunyi dari alasan ini semua.

Bisa jadi karena orang-orang yang berilmu itu posisinya memang harus berada di atas, demikian ungkapan sahabat saya. Saya menimpali, lebih tepatnya mungkin biar penziaroh bisa berolahraga dan nanti badannya sehat. Atau, untuk menjadi seorang yang luar biasa itu ada tahapan dan prosesnya, gak jadi begitu saja. Harus bener-bener menyerahkan semuanya karena Allah, istiqamah dan amalan-amalan yang lainnya.

Waktu menunjukan pukul 21.30, tapi para pengunjung yang ingin berziaroh selalu saja ramai. Meski demikian, kami tetap bisa mencari posisi yang strategis dan PW. Sehingga ketika yang lain selesai, barulah kami bisa gantian. Pokoknya dua malam ini berturut-turut sungguh luar biasa. Kamis malam ke Gunung Pring di Magelang, dan jum'at malamnya ke Sunan Bayat.

Luar bisa dan di luar ekspektasi saya pokoknya...! Perjalanan ini kira-kira kami tempuh sekitar 40 menitan. Mungkin karena baru saja (pengalaman pertama naik motor) dan belum tahu jalan, jadi terasa lama. Tapi ketika sudah selesai dan pulang, malahan terasa dekat. Kami pun kembali ke Jogja malam itu juga. []


Sepulang dari kondangan pukul 20.30 wib, kami langsung tancap gas. Meski kondisi jalanan yang basah dan sedikit gerimis, kami tetap meluncur menuju Gunung Pring. Pring dalam bahasa jawa yaitu berarti bambu, dengan kata lain berarti Gunung Pring yaitu Gunung Bambu. Letak Gunung Pring yaitu di daerah Muntian - Magelang. Malam itu (24/10/13) para pengunjung tetap saja ramai berdatangan, mungkin karena bertepatan dengan malam Jum'at.

Sekitar pukul 21.30 kami tiba di Gunung Pring. Kami disambut dengan gapura yang khas, dan tampaknya ada perubahan dengan pintu masuk tersebut. Dulu kondisinya tak sebagus saat ini. Rasanya sudah sekitar setahun yang lalu, saya terakhir mengunjungi tempat ini. Tapi entahlah, saya sudah lupa dengan siapa saja terakhir berkunjung ke tempat ini.

Ketika menapaki anak tangga, dan menikmati pemandangan kanan kiri yang dipenuhi pedagang. Sesekali kami pun melirik ke kanan dan kiri untuk mencari sesuatu benda yang dapat kami beli di sana. Ketika itu, tiba-tiba tanpa disadari ada teman-teman kampus yang baru saja selesai ziaroh, Taufik, Indra, dan Sandi. Kami pun bersalaman dan ngobrol sebentar. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke atas bukit dan mereka melanjutkan ke tempat lain. Katanya sih mau lanjut ziaroh ke Pabelan.

Nah, disini ada kejadian lucu. Setiba di Mesjid, sahabat saya bilang "nanti setelah Isyaan kita baru ziaroh..." Tanpa pikir panjang kami pun langsung berwudhu dan ikut sholat, sebab ada yang sedang berjamaah juga. Setelah sholat barulah sahabat saya itu berkata, "ngerasain yang aneh gak mir... " diam sejenak. "bukannya tadi sebelum ke tempat Lita kita udah sholat isya ya.." hahahhahah. Saya pun hanya bisa nyengir dengan kejadian ini.

Setelah kejadian lucu tadi, kami langsung ambil posisi. Sekitar satu jam kami ziaroh di sana, meskipun hanya satu tempat saja. Tak lupa ada salah seorang sahabat yang titip minta didoakan supaya diberi kesembuhan. Alhamdulillah sudah saya laksanakan permintaannya. Semoga cepat sembuh ya... amiin.

Setelah dirasa cukup, kami pun meninggalkan makam Kyai santri. Tak lupa, ketika menyusuri anak tangga kami menyempatkan diri untuk mencari barang yang bisa kami beli. Sahabat saya membeli sebuah kopiah, sedangkan saya masih bingung mau beli apaan. Ketika sudah di bawah barulah sadar, bahwa model sorban yang saya inginkan gak ada yang sebagus pas di atas tadi, maka dengan secepat kilat saya pun kembali ke atas dan membelinya.

Sempat tawar-menawar dengan pnjualnya, tapi karena saya juga buru-buru akhirnya saya sampaikan "udah 40rb mbak mentok".  Akhirnya dilepaslah sorban itu dengan harga segitu, padahal tadinya bersikukuh ingin 50rb. Saya cukup senang dan berniat dalam hati "Semoga sorban ini dapat bermanfaat, salah satunya menjadi benda yang dapat mengingatkan dan sekaligus menyemangati saya ketika sedang malas-malasan dalam beribadah.. amiin."

Meski tak sebagus sorban kyai atau ajengan dan kayi besar yang lainnya, tak apalah... sudah punya juga sudah bersyukur banget dweh. Semoga tambah rajin, giat dan semangat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah swt. Waktu sudah mulai larut, kami pun bergegas untuk kembali pulang ke Jogja. Semoga diberikan kesehatan dan umur yang panjang, sehingga masih berkesempatan untuk kembali mengunjungi tempat ini. Allahu'alam []

(Kamis, 24/10/13) Suasana Jogja sudah mulai redup, sang surya mulai memancarkan sinar keemasannya dari ujung barat, waktu sudah menandakan sore hari. Ketika itu saya sedang asyik menjelajahi dunia maya di 'warnet pribadi' (baca: kamar), tiba-tiba muncul sebuah SMS yang cukup singkat dari salah satu teman. Isi SMS tersebut yaitu ajakan untuk mengunjungi teman yang baru saja melaksanakan sunnah rasul.

Tanpa pikir Panjang, saya pun meng-iya-kan ajakan tersebut. Tak lupa di SMS itu juga disisipkan sebuah kata ajakan, sehingga menambah saya bersemangat untuk melakukan perjalanan ini. Ya, disana dituliskan "setelah pulang dari sana, kita nanti mampir ke Gunung Pring... kita ziaroh ke makam Kyai Raden Santri..."

Sekitar pukul 17.00 kami berangkat dari Jogja, dan karena kondisi Jogja sudah mulai berbeda dari tahun-tahun sebelumnya maka macet pun tak bisa kami hindari. Berawal dari depan PPUII (Jln. Selokan Mataram) sudah mulai terasa. Macet itu berlanjut di jalan Gejayan hingga ke perempatan kentungan (jakal km. 4). Tak hanya itu, di jalan Magelang macet pun kami dapati, tapi disana masih wajar, sebab sedang ada pembangunan jalan.

Di perjalanan, awan terlihat begitu gelap dan pekat. Bahkan sempat ada gerimis yang menemani perjalanan kami. Meski tak besar, gerimis itu membuat kami sedikit was-was, pasalanya kami tidak membawa mantel hujan. Dengan niat bismillah kami tetap tancap gas, alhasil ternyata gerimis itu menghilang. Karena sudah terlalu malam, kami pun memilih menepi dan sholat magrib di SPBU jalan Magelang.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak lama kami pun tiba di kota Magelang. Dari kota, kami mengambil arah ke kiri dan masuk ke jalan desa. Disana kami disambut dengan pemandangan yang luar bisa, kota magelang yang menawan kala malam hari. Lampu berkedap-kedip dari kejauhan, nampak begitu indah dipandang dari atas bukit.

Sekitar setengah jam kami menelusuri jalanan desa, disambut dengan hamparan sawah nan luas dan terasa begitu sejuk. Kala itu saya membayangkan melewati jalanan itu di sore hari, pasti lebih seru dan lebih nikmat. Dikala senja mulai meredup, para petani mulai bersiap-siap untuk pulang dari sawah menuju rumah tercinta, anak-anak gembala tak lupa meramaikan jalanan.. oh begitu indah rasanya bisa menikmati pemandangan itu lagi.

Akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Suara lantunan adzan Isya dari mushola bercat hijau nan mungil ternyata sudah menyambut kami. Momen indah itu pun tak mau kami lewati begitu saja. Kami langsung memarkirkan sepeda motor mega pro berwarna merah di depan rumah penduduk, dan langsung mengambil air wudhu. Tak ada waktu yang paling indah selain mendirikan sholat Isya dengan berjamaah.

Selepas dari masjid, kami menyampaikan maksud dan tujuan. Akhirnya kami pun langsung dibawa TKP. Kami menunggu beberapa menit, tak lama akhirnya muncul juga orang yang kami tunggu-tunggu, mereka ialah Dwi Meylita dan Mas Mujamil, alias pengantin baru. Tanpa basa basi setelah bersalaman kami pun memohon maaf karena datangnya telat dan mengganggu waktu mereka.

Tak disangka, ternyata Mas Mujamil menimpalinya dengan guyonan* juga. "gak apa-apa, gak ngeganggu... masih belum larut juga kok...." seketika itu kami pun tertawa. Setengah jam lebih kami ngobrol ngalor-ngidul, kesana-kemari dengan pengantin baru. Karena sudah larut dan dirasa sudah cukup plus campur tidak enak hati, maka kami pun berpamitan. "Semoga pernikahannya langgeng, awet sampe kakek nenek.." itu do'a dari kami untuk mereka. Akhirnya kami pun pamitan. "Pak, Bu... kami bade terasan.." (Pak, Bu.. kami mau pamitan..)

Motor mega pro berwarna merah yang berpelat BE itu pun semakin jauh meninggalkan desa kecil di pinggir kota Magelang. Gelapnya malam semakin pekat, dan gerimis kecil pun menemani perjalanan kami kembali ke Yogyakarta. Tentunya tidak lupa untuk mampir berziarah Ke Gunung Pring.

Tambahan!
Kami berdua lupa jika sudah sholat isya di jalan tadi, sebelum bertamu ke rumah pengantin baru. Eh, begitu sampai di Gunung Pring, sholat isya lagi. Begitu sholat iya selesai, sang kawan sambil mesem "Bukannya tadi kita sudah shalat isya ya..." Kami pun tertawa terkekeh-kekeh dengan apa yang kami lakukan barusan.
____________________
*) Guyonan (bhs. jawa) artinya candaan.


Siang itu begitu trik, jalan aspal pun terasa panas bila terkena telapak kaki, dan harus memakai alas kaki. Tampak dari kejauhan dua bocah yang baru pulang Sekolah Dasar, berlarian. Mereka bergegas pulang ke rumah. Dua anak kembar itu ternyata sudah dinanti tugas besar dari orang tuanya.

Mereka bergegas mengganti pakaian sekolah dan langsung mengeluarkan kambing-kambing dari kandangnya. Suara kambing yang mengembe sudah terdengar jelas, dan itu menandakan bahwa kaming-kambing sudah sangat lapar. Padahal, kedua bocah itu belum sempat sarapan tadi pagi, karena nasi masih dimasak. Tapi bagi mereka, hal ini sudah biasa.

Tanpa pikir panjang kedua bocah itu langsung membuka pintu kandang kambing. Sementara satu bocah lagi berjaga di salah satu kebun orang lain, supaya kambing-kambing itu tidak masuk ke kebun yang ada tanaman singkong dan lain sebagainya. Sebab kalau masuk ke kebun mereka bisa kena marah habis-habisan oleh si pemilik kebun.

Kegiatan ini sudah biasa mereka lakukan. Mengembala kambing pukul 13.00 dan pulang ke rumah pukul 17.00. Kedua bocah itu juga harus rela bersahabat dengan keringat, trik panas matahari, bahkan hujan dan petir. Bagi kedua bocah itu sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari.

Di saat orang lain sudah mandi dan wangi, mereka masih berada di hutan mengurus kambing-kambing peliharaannya. Di saat orang lain bisa bermain sepulang sekolah, kedua bocah itu tak punya pilihan selain bermain dengan kambing-kambing nya. Salah satu cara supaya bisa main ya harus nekat, tetapi resikonya tanggung sendiri. Siap-siap saja, pulang ke rumah kena marah dan gak dapat jatah makan.

Pokoknya nyesel banget kalau ngelakuin hal senekat itu, yang ada nanti malah rasa bersalah… “ Ungkap mereka. Meski demikian pahit yang mereka alami, kedua bocah tersebut tetap menikmati rutinitas yang mereka jalani. Hingga ketika mereka sudah betul-betul bisa mengembala kambing dan menjaganya, akhirnya tugas itupun dibagi dua. Mereka pake sistem selang-seling.

Si A hari ini dapat tugas mengembala kambing, esoknya Si B yang bertugas mengembala, sedangkan Si A libur. Tugas ini begitu seterusnya.

Akhirnya, mereka tumbuh dan berkeinginan untuk bisa seperti orang-orang yang sukses pada umumnya. Mereka berusaha sekeras tenaga demi masa depan, tentunya mereka ingin memiliki pendidikan yang berbeda dengan orang tua, serta kakak-kakaknya juga.

MEHIMEMADE - kata itulah yang mereka pegang hingga saat ini. Kata yang tak memiliki makna tersebut menjadi motivasi mereka untuk memperjuangkan masa depan nantinya. Meskipun anak kembar itu, saat ini harus terpisah oleh jarak dan waktu. "Allahumma sahil 'Umurana...."
   
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah [94] : 1-8)

Sebuah surat di atas merupakan penghibur bagi saya. Bahkan surat ini salah satu penyemangat saya dalam menjalani semua aktivitas yang saat ini “bermasalah” menurut saya. Karena permasalahan yang kini saya alami sangat berat dan butuh kekuatan ekstra untuk mengendalikannya.

Hanya dengan membaca surat ini berulang-ulang, dan memahami artinya sedemikian dalam dan luasnya sehingga “masalah” ini agak berkurang dan saya sedikit tenang. Saya percaya dengan isi pesan yang allah sampaikan dalam surat ini. Terutama dengan kata-kata “sesudah kesulitan itu ada kemudahan” saya sangat percaya dengan ini semua.

Apapun masalahnya hadapi dan terima saja. Ini adalah perjalanan yang harus saya lalui. Ada beberapa fase yang harus saya alami dan fase ini sudah Allāh atur untuk mengulanginya. Ini pertanda Allāh sayang, supaya saya jadi lebih baik dan terus baik. Bisa jadi saya belum lolos tes di fase ini, sehingga harus diulang beberapa kali lagi.

Mungkin saya harus fokus ke pekerjaan yang lain dan mengejar niat yang dahulu saya utarakan sebelum berangkat ke kota gudeg ini. Bisa jadi, secara tidak langsung mungkin saya telah disinggung secara halus oleh Allāh supaya back to niat. Sedangkan “masalah” yang saat ini saya hadapai, kelak juga kelar sendiri. Toh semuanya sudah sama-sama ngerti.

Kuncinya sabar dan tawakkal pada Allāh. Raih tujuan dan selesaikan semuanya dengan tepat waktu. Tayaqanū... Innallāha ma’aka []

Pagi ini rabu,16/10/13. Kami seperti biasa melakukan rutinitas pagi, yaitu main futsal bareng di Gaol. Meski harus merogoh kocek lima ribu rupiah untuk main satu jam, bagi kami itu biasa. Sebab dengan uang lima ribu tersebut, secara tidak langsung kami telah menjaga diri dari sebuah kedzoliman.

Ketika kita diberikan tubuh dan dianugerahi kesehatan maka tugas atau kewajiban kita yaitu menjaganya. Salah satu menjaga tubuh itu ialah berolahraga. Dengan olah raga badan akan terhindar dari penyakit dan menjadikan badan sehat. “orang yang tidak pernah olah raga, berarti ia telah mendzolimi dirinya sendiri…” begitu kata KH. Anwar Sanusi ketika mengisi kajian di TVRI.

Sebab tugas manusia ialah menjaga amanat allah. Nah dalam kaitan ini, tubuh juga merupakan amanat dari Allah yang harus kita rawat dan kita jaga. Kita akan merasa sesuatu itu penting dan benar-benar memiliki manfaat manakala memperoleh kebalikan apa yang tidak kita harapkan. Kita merasa sehat itu indah, penting dan mahal ketika kita jatuh sakit. Banyak hal lain yang tidak kita sadari saat ini.

***

Tak sengaja, setelah mandi dan melaksanakan tugas dari ‘bos’ saya nonton film Spiderman. Sambil menyantap daging Qurban yang sudah saya rebus tadi malam, dan ditemani salah seorang sahabat pula. Setelah selesai, saya melanjutkan nonton Spiderman. Saya tertarik dengan adegan-adegan dalam film tersebut, terutama percakapan nya.

Ada beberapa percakapan yang saya tangkap dalam film tersebut. Salah satunya yaitu ketika sang Bibi menanyakan tentang Jean (Marry Jean Watson). Tetapi kala itu Peter Parker mengatakan bahwa dirinya sudah melupakannya, “seorang suami harus mendahulukan istrinya sebelum dirinya… sedangkan aku, telah menyakitinya…” ucap Peter. Peter mengakui kalau ia telah menyakiti Jean. Sambil mendekati sang bibi, Peter memberikan sebuah cincin yang dulu ingin ia berikan kepada Jean sebagai tanda keseriusan nya.

Mendengar pengakuan Peter, sang bibi mengatakan “aku tahu kau orang yang baik, mulailah dari yang tersulit, maafkanlah dirimu Ben... kelak, semuanya akan kembali…” dengan nada penuh kelembutat. Sang bibi meletakkan kembali cincin itu di atas meja dan meninggalkan Peter.

Tak hanya adegan itu, di akhir film lebih seru dan menurut saya sangat menyimpan makna yang paling dalam. Ketika Sendman (manusia pasir) berkata, “aku tak pernah menginginkan semua ini…. Waktu itu anak ku sekarat dan aku butuh uang.

Saat itu aku bertemu dengan pamanmu, aku menyuruh ia keluar dari mobilnya.. lalu ia mengatakan padaku,”kenapa kau melakukan hal yang demikian.. lebih baik kau taruh senjatamu dan kembali pulang….” Waktu itu aku panik dan melihat temanku lari.. dan ada senjata di tanganku.

Aku tak tidak meminta kau untuk memaafkan ku, tapi aku hanya ingin kau paham…”. Mata sang manusia pasir pun berlinang, kemudian ia berkata, “saat ini, yang aku punya hanya anakku seorang….” Ia membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Spiderman.

Baru beberapa langkah Sendman meninggalkan tempat berdirinya, dan kala itu Spiderman masih compang-camping, lalu dengan sambil berlinang air mata Peter Parker berkata “kau sudah aku maafkan…

Matanya Sendman semakin nanar dan berwarna merah. Akhirnya manusia pasir pun terbang bersama angin yang membawanya pergi.

Apa kabar jodohku?
Apakah kau juga sedang terjaga malam ini?
Apakah kau juga sedang memanjatkan doa kepada Ilahi di sepertiga malam ini?
Dan apakah mulut dan hatimu terus menerus berzikir disaat ini?
Begitu sangat aku merindukanmu, wahai jodohku....
Berharap kau segera datang menjemputku.
Tapi mungkin saat ini belum saatnya yang tepat untuk kita bertemu.
Walau aku sungguh mau, Walau aku sungguh ingin,
Namun takdir kehidupan mengharuskan kita untuk berjalan lebih lama dan masih banyak kewajiban yang harus kita emban dan kita lakukan.

Apa kabar jodohku?
Apakah kebaikan sedang melingkupi hatimu saat ini?
Apakah kedamaian bersama Allah sang maha pengasih telah mengisi hari- harimu hingga kini?
Bagaimana dengan Quranmu?.
Sudahkah kau berakrab dengannya hari ini?
Ceritakanlah kepadaku..
Aku berharap bisa mendengarnya. ..Apa kabar jodohku?
Sehatkah kau saat ini?
Lalu episode apa yang sedang kau jalani sekarang?
Jujur, rasanya lelah aku menunggumu.
Sampai- sampai aku berharap,
Ketika mata ini terbuka, kau telah berada duduk disebelahku,
Kau tersenyum dan membangunkan aku.
Bersama kita bertafakur serta bersujud kepadanya.

Apa kabar jodohku?
Berat hati ini menantikanmu, gelisah pula hati ini memikirkanmu.
Jika saja sekarang kita telah halal dalam ikatan suci,
Aku akan merawatmu dengan penuh kasih sayang.
Maka doakanlah...
Agar aku sabar menunggu, agar kau pun juga bersabar menunggu. Tenanglah....
Aku disini masih bersabar menanti mu, maka kaupun seharusnya begitu.

Jodohku...
Bilakah kita akan bertemu?
Pasti kita akan bertemu.
Namun sekarang, bahagiakanlah dahulu orang tua dan orang- orang yang menyanyangimu.
Namun sekarang, penuhilah dahulu segala kewajibanmu.
Dan perbaikilah kekuranganmu.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
Disaat dan waktu yang tepat

Jodohku....
Aku yakin, bila laki- laki yang baik adalah untuk wanita yang baik dan wanita yang baik adalah untuk laki- laki yang baik.
Maka bisakah kau bantu aku dengan doamu, agar aku mampu membaikkan dan memperbaiki diriku?
Dan, sudahkah kau sendiri berdoa dan berusaha agar hidup dan dirimu terasa lebih baik?
Semoga kelak saat kita bertemu, aku dapat menjadi hadiah untukmu.
Seorang pendamping yang senantiasa menyenangkanmu.
Semoga di akhir penantian kita nanti,
Kebahagiaan dan kedewasaan batin dari sebuah pribadi, sudah kita miliki.

Jodohku...
Semoga kau tak selalu memenuhi hari dan hatimu hanya dengan aku.
Semoga tetaplah Allah yang menjadi raja di kalbumu.
Dan doakanlah agar akupun berlaku yang sama.
Agar pertemuan kita nanti benar-benar berada dalam ridhoNya.

Jodohku...
Jangan risau dengan lamanya waktu,
karena aku insyaAllah adalah sebuah kepastian untukmu.
Bukankah kau juga yakin bahwa Allah menciptakan makhluknya berpasang- pasangan?.
Maka jangan risau dengan lamanya menunggu.
Jangan pula kau belokkan arah hidupmu pada keputusasaan.
Yakinlah, semua hanya masalah waktu.
Waktu yang pasti akan ada ujungnya.
Dan karena Allah tidaklah sedang mendholimi hambanya.
Maha suci Allah yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan
disaat dan waktu yang tepat.

(Syahidah/Voa-islam.com)
http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/11/24/16805/apa-kabar-jodohku/
Tujuan menyembelih hewan pada bulan Dzulhijah, ialah menyembelih sifat kehewaniahan yang terdapat pada diri manusia. Inilah makna mazaji dari ibadah yang satu ini. Tetapi tak hanya itu, tujuan menyembelih hewan juga merupakan bentuk ketaatan/kepatuhan manusia kepada sang khaliq atas apa yang sudah diperintahkan dalam al-Qur’an.

Lalu bagaimana bagi yang tidak mampu untuk menyembelih? Salah satu khotib jum’at beliau menyampaikan bahwa dibolehkan berhutang kepada siapa saja yang tidak mampu untuk berqurban. Tetapi jangan khawatir, saat ini ada yang namanya arisan qurban dan ini merupakan cara alternatif yang diperbolehkan oleh agama. Jika dirasa berhutang itu sangat berat.

Saat ini tidak ada yang sulit jika kita punya kemauan dan kerja keras. Tetapi jika betuli-betul miskin dan tidak punya, maka tidak diwajibkan. Toh perintah ini diwajibkan bagi mereka yang mampu dan berkecukupan. Bagi yang tidak mampu silakan ‘iri’ dengan mereka dapat melaksanakan berqurban. Tetapi iri yang dimaksudkan di sini ialah iri yang positif dan berorientasi kepada kebaikan.

Dengan merasa iri yang baik, dan berkeinginan kuat akhinya ia berniat untuk bisa berqurban tahun depan, dan mulai hari ini ia berjanji yntuk giat dan menabung supaya bisa berqurban. Sikap inilah yang harus kita tiru, bukan malah sebaliknya; yaitu timbul sikap iri yang pasif. Iri yang hanya bisa mengumpat dan menjelek-jelekan kebaikan orang lain, padahal dirinya belum tetntu bisa melakukannya. Hati-hati dengan sifat ini, jangan sampai dipelihara.

Berqurban Perasaan
Ketika menyaksikan orang lain bisa berkurban, sedangkan kita tidak tentu secara emosi kita merasa terbebani. Beban perasaan lebih tepatnya. berarti secara tidak langsung perasaan kita telah ikut berqurban. Bisa jadi inilah berqurban yang sesungguhnya, makna pengorbanan yang sesunguhnya adalah seperti ini. Disaat orang lain merasa mampu melakukan kebaikan, tetapi kita belum bisa, dan lain sebagainya. Yuk mari berdoa kepada Allah supaya diberikan kesempatan berkurban tahun depan.

Tidak usah khawatir dengan tidak bisa berkurban tahun ini disebabkan tidak punya uang yang cukup. Yakinlah kelak Allah akan cukupkan, dan waktunya berkurbanpun tiba. Asal kuncinya mau dan tetap berusaha untuk merealisasikanya. Ungkapan ini terkesan keluar dari orang-orang yang pesimis dan hanya untuk berapologi semata, tetapi bagi orang yang betul-betul percaya dengan kemahakuasaan allah, baginya taka da yang tak mungkin.

Boleh jadi, berkurban perasaan jauh lebih berat ketimbang berkurban dengan harta. Tak sedikit orang yang rela mengelurkan uangnya hanya untuk memperoleh ketenangan, rasa puas dan sebagainya. Tujan mereka hanya satu, yaitu ingin memuaskan perasaan yang mereka rasakan. Bisa jadi orang yang hartanya berlimpah-ruah, tetapi perasaan mereka tidak tenang.

Bahkan sebaliknya, banyak orang yang sederhana tetapi perasaan mereka tentram, tenang dan damai. Meski semuanya serba kekurangan, mereka mampu hidup dengan penuh kebahagiaan, semua kekurangan tersebut bagi mereka hanyalah perhiasan kehidupan yang hanya sesaat saja. Toh kehidupan yang sesungguhnya bukan disini, jadi tak perlu risau dan khawatir.

Orientasi Akhirat
Apapun permasalahannya, jika dikembalikan kepada sebuah hakikat tentu semuanya jadi beres. Begitu pun dengan permasalahan yang saat ini kita hadapi, tersenyum lah dan biarkan semuanya mengalir apa adanya. Masalah itu penting dan dengan masalah itu kita akan belajar akan sebuah arti kehidupan.

Semua permasalahan sejatinya adalah kenikmatan, hanya saja rasanya pahit. Seperti kita minum jamu, rasanya pahit dan cenderung tidak enak. Tetapi dibalik rasa pahit itu ternyata ada nikmat yang tiada tara. Badan menjadi sehat, kuat dan bugar. Jika kita bandingan dengan orang yang meminum anggur, rasanya manis dan wangi. Tetapi dibalik rasa manis itu justru kerusakan lah yang timbul. Pikiran tidak fokus, menjadi mabuk dan jika sudah mabuk apapun bisa saja terjadi.

Orang yang cerdas ialah orang yang berpikir jauh kedepan. Orang yang cerdas dapat dilihat dari caranya mengambil sebuah keputusan, berorientasi pendek atau jangka panjang. Sebab sesuatu yang sifatnya pendek itu tentu memiliki kemanfaatan yang singkat tetapi sebaliknya jika orientasinya jauh ke depan maka nilai kemanfaatannya lebih lama juga.

Penutup
Berqurban pada hakikatnya mudah dan sederhana. Tetapi dibalik kesederhanaan dan kemudahan tersebut ada sebuah nilai yang memiliki makna yang cukup dalam. Berkurban merupakan sebuah ibadah yang memiliki keterkaitan antara ibadah yang sebelumnya. Masih ingat dengan bulan Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal dan Dzul Qo’dah. Kelima bulan ini berkaitan erat dengan bulan Dzulhijah.

Isi dari keenam bulan ini bermakna sebuah penyucian, pengorbanan, penghapusan sifat-sifat hewaniyah yang terdapat dalam tubuh manusia. Dengan adanya bulan ini manusia ‘dipaksa’ untuk bisa keluar dari sifat-sifat yang buruk dan berubah menjadi manusia yang seutuhnya.

Untuk itulah pengorbanan ‘kemanusiaan’ yang sesungguhnya telah diuji. Jika ia mengaku benar sebagai manusia maka akan sadar diri, bahwa selama ini dirinya telah menjadi seekor hewan yang hanya memikirkan perut dan dibawah perut. Orientasinya hanya untuk dunia semata, bukan untuk kehidupan akhirat yang lebih abadi. Allahu’alam []

Bertahun-tahun semua ini tertutup rapat, tetapi kali ini semoga seluruh mata dunia khususnya pemerintah Indonesia yang menyaksikan hegemoni kekuasaan dinasti pemimpin yang lalim dan menguras penuh rakyatnya, terbongkar hingga ke akarnya. Kemiskinan dimana-mana, sekolah yang hancur, inspraturuktur yang jauh dari kata nyaman dan banyak lagi.. Inilah fenomena ironi yang dimulai sejak tahun 2006.

Fenomena ini dapat kita saksikan di provinis yang berdiri sejak tahun 2000, Banten. Provinsi ini memiliki pendapatan 5 triliun pertahun, tetapi pendapatan sebesar ini tidak sejalan lurus dengan kesejahteraan rakyatnya. Masih banyak tempat-tempat yang belum terjamah oleh listrik, jembatan yang hancur bahkan untuk menyebranginya mereka harus mempertahankan nyawa mereka sendiri.

Banten memiliki 4 kabupaten, Serang, Tangerang, Pandeglang dan Lebak. Kabupaten yang masih tertinggal jauh ialah Kabupaten Lebak. Disana masih banyak kampong yang belum mendapatkan listrik, jalan yang rusak berat dan bahkan akses untuk ke kota juga sangat sulit. Ditambah lagi kondisi perekonomian mereka tertinggal.

Sudah saatnya masyarakat Banten dibela dan diperjuangkan. Kepada mereka yang duduk dibangku jabatan sudah saatnya kalian mempertanggungjawabkan perbuatan kalian yang sudah menguras habis hak-hak ‘kaum minoritas’. Angka kemiskinan menurut data BPS (badan pusat statistik) di Banten per maret 2013 yaitu sekitar 626.243 dan pengangguran 10% (sumber liputan6)

Kesengsaraan ini berbanding terbalik dengan kekayaan sang gubernur (RAC) dan adiknya TCW. Dari sebuah sumber, dikatakan bahwa mereka memiliki rumah mewah di serang, Jakarta barat dan bandung. Tak hanya itu, ada hotel dan tanah sekitar 4 triliun. Fakta ini sangat mencenganngkan dan terbukti sudah, dari mana kesemua kekayaan tersebut??

Pemimpin Yang Ideal

Jika kita kembali kepada masa sahabat dan rasulullah tentu sangat jauh perbedaannya. Pemimpin yang sesungguhnya ialah mereka yang mendahulukan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Mensejahterakan rakyat adalah hal yang wajib untuk mereka lakukan, dan menyisir seluruh tempat yang masih ‘bermasalah’ dengan kesejahteraan rakyatnya.

Masih ingat dengan kisah Umar ra. yang rela menyamar dan mengantarkan gandum dengan tangannya sendiri. Masih ingat dengan kisah Abdul Aziz yang diajak berdialog oleh sang anak, kemudian ia bertanya “kepentingan Negara atau keluarga?.. jika kepentingan Negara maka lampu tetap menyala, tetapi jika kepentingan keluarga lampunya dimatikan”

Di mana pemimpin yang seperti ini, masih adakah?.. fasilitas yang kini bergelimang dan diberikan oleh Negara malah disalahgunakan dan diselewengkan. Tak sedikit yang akhirnya melipat sisanya untuk masuk kekantong mereka sendiri. Bagaimana mereka kelak mempertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.

Empat sifat pemimpin yang diajarkan oleh agama islam hanya sebagai angina lalu. Tidak berbekas dan malah hanya sebagai iklan semata. Mereka beriklan seperti itu sebelum dapat jabatan, tetapi jika jabatan itu sudah di tangan mereka lupa dan mengabaikannya. Masih ingat dengan Firaun yang sombong, angkuh dan melampaui batas.

Siddik, Amanah, Tabligh, dan Fathanah. Dimana keempat karakter ini, yang dulu diajarkan oleh rasulullah dan para sahabat Nabi..?? Semoga Negeri yang ‘hebat’ ini masih memiliki orang-orang yang punya integritas yang baik, serta mampu menjaga negeri ini yang sudah berada di titik rawan kehancuran dan dekadensi moral.

Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. Al-Qasas [28] : 76)

Semoga bermanfaat. Allahu’alam []
Di sebuah kereta yang menemani ku dalam perjalanan menuju Yogyakarta, dalam hati ini terbesit untuk berubah dan memperbaiki diri. Memperbaiki diri dari segala salah dan khilaf.

Manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa, sehingga tak ada manusia yang sempurna (bebas dari salah/kesalahan). Dan semuanya pasti pernah salah dan pernah lupa.

Untuk itu terhitung mulai hari ini, guna membenarkan diri untuk menjadi orang yang baik, dan dalam rangka bertobat kepada Allah SWT. Saya berkomitmen untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Sholat berjamaah tepat waktu di Mesjid.
2. Melaksanakan sholat rowatib.
3. Melaksanakan sholat tahajud setiap malam.
4. Melaksanakan sholat duha setiap hari.
5. Membaca al-Qur'an 1 juz setelah sholat.
6. Memberi sedekah.
7. Mendawamkan wudhu.
8. Puasa sunah, daud, senin-kamis etc.
9. Banyak membaca buku.
10. Produktif dalam menulis.
11. Mempersiapkan masa depan (s2).
12. Menjaga diri dari hal-hal maksiat.
13. Istiqamah.

Apabila dalam pelaksanaannya masih terdapat kekeliruan dengan komitmen di atas dan juga malas-malasan. Dengan senang hati mohon untuk diingatkan...


---oo0oo---




Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jika aku (jika aku) bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu

(jika aku bukan jalanmu)
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu


Ini cinta,
ketika pikiranku selalu menemukan jalan
untuk terus menghadirkan bayangmu

Ini cinta,
ketika sebentar saja kehadiranmu
dapat menghadirkan warna
dihitam pekatnya hariku

Ini cinta,
ketika suara yang mengalir diujung telepon
juga pesan singkatmu
mampu membuat jantungku
berdebar tak karuan

Ini cinta,
ketika jarak cukup membuatku merana.
Namun tak pernah cukup untuk buatku menyerah pada kita

Ini cinta,
ketika semua laut hidup jauh
terasa lebih ringan tuk diarungi
jika kamu berada disampingku.

Dan kamu perlu tau,
definisi cinta bagiku adalah.... Kamu!


Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk, supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu, ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku. Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi. Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.

Pada akhirnya, semoga, kamu yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam hidupku selamanya hingga maut memisahkan kita. Amin



Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme