(Kamis, 24/10/13) Suasana Jogja sudah mulai redup, sang surya mulai memancarkan sinar keemasannya dari ujung barat, waktu sudah menandakan sore hari. Ketika itu saya sedang asyik menjelajahi dunia maya di 'warnet pribadi' (baca: kamar), tiba-tiba muncul sebuah SMS yang cukup singkat dari salah satu teman. Isi SMS tersebut yaitu ajakan untuk mengunjungi teman yang baru saja melaksanakan sunnah rasul.
Tanpa pikir Panjang, saya pun meng-iya-kan ajakan tersebut. Tak lupa di SMS itu juga disisipkan sebuah kata ajakan, sehingga menambah saya bersemangat untuk melakukan perjalanan ini. Ya, disana dituliskan "setelah pulang dari sana, kita nanti mampir ke Gunung Pring... kita ziaroh ke makam Kyai Raden Santri..."
Sekitar pukul 17.00 kami berangkat dari Jogja, dan karena kondisi Jogja sudah mulai berbeda dari tahun-tahun sebelumnya maka macet pun tak bisa kami hindari. Berawal dari depan PPUII (Jln. Selokan Mataram) sudah mulai terasa. Macet itu berlanjut di jalan Gejayan hingga ke perempatan kentungan (jakal km. 4). Tak hanya itu, di jalan Magelang macet pun kami dapati, tapi disana masih wajar, sebab sedang ada pembangunan jalan.
Di perjalanan, awan terlihat begitu gelap dan pekat. Bahkan sempat ada gerimis yang menemani perjalanan kami. Meski tak besar, gerimis itu membuat kami sedikit was-was, pasalanya kami tidak membawa mantel hujan. Dengan niat bismillah kami tetap tancap gas, alhasil ternyata gerimis itu menghilang. Karena sudah terlalu malam, kami pun memilih menepi dan sholat magrib di SPBU jalan Magelang.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak lama kami pun tiba di kota Magelang. Dari kota, kami mengambil arah ke kiri dan masuk ke jalan desa. Disana kami disambut dengan pemandangan yang luar bisa, kota magelang yang menawan kala malam hari. Lampu berkedap-kedip dari kejauhan, nampak begitu indah dipandang dari atas bukit.
Sekitar setengah jam kami menelusuri jalanan desa, disambut dengan hamparan sawah nan luas dan terasa begitu sejuk. Kala itu saya membayangkan melewati jalanan itu di sore hari, pasti lebih seru dan lebih nikmat. Dikala senja mulai meredup, para petani mulai bersiap-siap untuk pulang dari sawah menuju rumah tercinta, anak-anak gembala tak lupa meramaikan jalanan.. oh begitu indah rasanya bisa menikmati pemandangan itu lagi.
Akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Suara lantunan adzan Isya dari mushola bercat hijau nan mungil ternyata sudah menyambut kami. Momen indah itu pun tak mau kami lewati begitu saja. Kami langsung memarkirkan sepeda motor mega pro berwarna merah di depan rumah penduduk, dan langsung mengambil air wudhu. Tak ada waktu yang paling indah selain mendirikan sholat Isya dengan berjamaah.
Selepas dari masjid, kami menyampaikan maksud dan tujuan. Akhirnya kami pun langsung dibawa TKP. Kami menunggu beberapa menit, tak lama akhirnya muncul juga orang yang kami tunggu-tunggu, mereka ialah Dwi Meylita dan Mas Mujamil, alias pengantin baru. Tanpa basa basi setelah bersalaman kami pun memohon maaf karena datangnya telat dan mengganggu waktu mereka.
Tak disangka, ternyata Mas Mujamil menimpalinya dengan guyonan* juga. "gak apa-apa, gak ngeganggu... masih belum larut juga kok...." seketika itu kami pun tertawa. Setengah jam lebih kami ngobrol ngalor-ngidul, kesana-kemari dengan pengantin baru. Karena sudah larut dan dirasa sudah cukup plus campur tidak enak hati, maka kami pun berpamitan. "Semoga pernikahannya langgeng, awet sampe kakek nenek.." itu do'a dari kami untuk mereka. Akhirnya kami pun pamitan. "Pak, Bu... kami bade terasan.." (Pak, Bu.. kami mau pamitan..)
Motor mega pro berwarna merah yang berpelat BE itu pun semakin jauh meninggalkan desa kecil di pinggir kota Magelang. Gelapnya malam semakin pekat, dan gerimis kecil pun menemani perjalanan kami kembali ke Yogyakarta. Tentunya tidak lupa untuk mampir berziarah Ke Gunung Pring.
Tambahan!
Kami berdua lupa jika sudah sholat isya di jalan tadi, sebelum bertamu ke rumah pengantin baru. Eh, begitu sampai di Gunung Pring, sholat isya lagi. Begitu sholat iya selesai, sang kawan sambil mesem "Bukannya tadi kita sudah shalat isya ya..." Kami pun tertawa terkekeh-kekeh dengan apa yang kami lakukan barusan.
____________________
*) Guyonan (bhs. jawa) artinya candaan.
--------------------
Tanpa pikir Panjang, saya pun meng-iya-kan ajakan tersebut. Tak lupa di SMS itu juga disisipkan sebuah kata ajakan, sehingga menambah saya bersemangat untuk melakukan perjalanan ini. Ya, disana dituliskan "setelah pulang dari sana, kita nanti mampir ke Gunung Pring... kita ziaroh ke makam Kyai Raden Santri..."
Sekitar pukul 17.00 kami berangkat dari Jogja, dan karena kondisi Jogja sudah mulai berbeda dari tahun-tahun sebelumnya maka macet pun tak bisa kami hindari. Berawal dari depan PPUII (Jln. Selokan Mataram) sudah mulai terasa. Macet itu berlanjut di jalan Gejayan hingga ke perempatan kentungan (jakal km. 4). Tak hanya itu, di jalan Magelang macet pun kami dapati, tapi disana masih wajar, sebab sedang ada pembangunan jalan.
Di perjalanan, awan terlihat begitu gelap dan pekat. Bahkan sempat ada gerimis yang menemani perjalanan kami. Meski tak besar, gerimis itu membuat kami sedikit was-was, pasalanya kami tidak membawa mantel hujan. Dengan niat bismillah kami tetap tancap gas, alhasil ternyata gerimis itu menghilang. Karena sudah terlalu malam, kami pun memilih menepi dan sholat magrib di SPBU jalan Magelang.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak lama kami pun tiba di kota Magelang. Dari kota, kami mengambil arah ke kiri dan masuk ke jalan desa. Disana kami disambut dengan pemandangan yang luar bisa, kota magelang yang menawan kala malam hari. Lampu berkedap-kedip dari kejauhan, nampak begitu indah dipandang dari atas bukit.
Sekitar setengah jam kami menelusuri jalanan desa, disambut dengan hamparan sawah nan luas dan terasa begitu sejuk. Kala itu saya membayangkan melewati jalanan itu di sore hari, pasti lebih seru dan lebih nikmat. Dikala senja mulai meredup, para petani mulai bersiap-siap untuk pulang dari sawah menuju rumah tercinta, anak-anak gembala tak lupa meramaikan jalanan.. oh begitu indah rasanya bisa menikmati pemandangan itu lagi.
Akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Suara lantunan adzan Isya dari mushola bercat hijau nan mungil ternyata sudah menyambut kami. Momen indah itu pun tak mau kami lewati begitu saja. Kami langsung memarkirkan sepeda motor mega pro berwarna merah di depan rumah penduduk, dan langsung mengambil air wudhu. Tak ada waktu yang paling indah selain mendirikan sholat Isya dengan berjamaah.
Selepas dari masjid, kami menyampaikan maksud dan tujuan. Akhirnya kami pun langsung dibawa TKP. Kami menunggu beberapa menit, tak lama akhirnya muncul juga orang yang kami tunggu-tunggu, mereka ialah Dwi Meylita dan Mas Mujamil, alias pengantin baru. Tanpa basa basi setelah bersalaman kami pun memohon maaf karena datangnya telat dan mengganggu waktu mereka.
Tak disangka, ternyata Mas Mujamil menimpalinya dengan guyonan* juga. "gak apa-apa, gak ngeganggu... masih belum larut juga kok...." seketika itu kami pun tertawa. Setengah jam lebih kami ngobrol ngalor-ngidul, kesana-kemari dengan pengantin baru. Karena sudah larut dan dirasa sudah cukup plus campur tidak enak hati, maka kami pun berpamitan. "Semoga pernikahannya langgeng, awet sampe kakek nenek.." itu do'a dari kami untuk mereka. Akhirnya kami pun pamitan. "Pak, Bu... kami bade terasan.." (Pak, Bu.. kami mau pamitan..)
Motor mega pro berwarna merah yang berpelat BE itu pun semakin jauh meninggalkan desa kecil di pinggir kota Magelang. Gelapnya malam semakin pekat, dan gerimis kecil pun menemani perjalanan kami kembali ke Yogyakarta. Tentunya tidak lupa untuk mampir berziarah Ke Gunung Pring.
Tambahan!
Kami berdua lupa jika sudah sholat isya di jalan tadi, sebelum bertamu ke rumah pengantin baru. Eh, begitu sampai di Gunung Pring, sholat isya lagi. Begitu sholat iya selesai, sang kawan sambil mesem "Bukannya tadi kita sudah shalat isya ya..." Kami pun tertawa terkekeh-kekeh dengan apa yang kami lakukan barusan.
____________________
*) Guyonan (bhs. jawa) artinya candaan.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.