Tradisi ‘Ngupat’ atau membuat ketupat pada dasarnya lebih terkenal pada hari lebaran/idul fitri. Tapi, di kampung kami, tradisi ngupat itu biasa dilakukan pada pertengahan bulan suci Ramadhan.
Entah dari mana asal muasal kegiatan ini dilakukan. Yang jelas, di daerah Serang-Banten, khususnya di Desa Panunggulan Kampung Pancur, kegiatan ini sudah rutin diadakan. Tepatnya, ketika puasa sudah mencapai 15 hari.

'Meulah kupat’ atau membelah ketupat merupakan filosofi yang cukup logis, ketika dijadikan sebagai makanan simbol pertengahan bulan Ramadhan. Sebab ketika akan memakannya, ketupat harus dibelah dari tengah terlebih dahulu.

Dengan demikian, maka di sana akan terbentuklah potongan ketupat yang simetris (kedua sisinya sama). Begitu juga dengan puasa yang dijalani sudah berada di pertangahan, yaitu 15 hari yang sudah dilalui dan 15 hari lagi sisanya. Itulah kenapa ketupat menjadi menu rwajib di setiap pertengahan Ramadhan.

Tak hanya disitu, setiap rumah juga mengantarkan hasil ketupat buatannya untuk dibawa ke Masjid atau Mushola. Setelah sholat tarawih, ada ritual doa. Lalu ketupat kembali dibagikan kepada yang hadir. Sehingga, ketupat yang dibawa ke rumah adalah buatan orang lain.

Tradisi ini sebetulnya cukup mengajarkan kepada kita hidup yang bermasyarakat itu ya seperti ini. Tak hanya ada pesan yang tersirat, tapi ada makna kebersamaan dan saling merasakan antar satu dengan yang lainnya.
_

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme