Minggu-minggu ini banyak banget kegiatan yang saya ikuti, mulai dari bedah buku, promosi doktor dan diskusi di UIN Sunan Kalijaga. Bahkan pergi ke toko buku sudah mulai saya seringkan, meskipun hanya numpang membaca di sana. Tak ketinggalan acara Cak Nun di Fakulats Hukum UII juga saya ikuti tentang 'sarasehan budaya' 2015.

Bersama teman-teman dan kadang sendirian kegiatan itu saya niatkan untuk memperbaiki dan membuat kebiasaan yang baik sebagaimana seperti apa yang disampaikan oleh Ust. Felixiaw dalam bukunya.

Dalam bukunya yang berjudul How to Master Your Habits di sana dijelaskan bahwa motivasi itu hanya memiliki peran 11% saja, adapun keahlian memiliki peran 35%, sedangkan sisanya yaitu yang berjumlah 54% adalah pembiasaan atau habits.

Ketika membaca buku ini saya pun tercengang dan merasa sadar, bahwa apa yang dilakukan manusia semuanya karena kebiasaan. Dari kebiasaan itulah akhirnya seseorang mahir dan menjadi professional dalam melakukan hal-hal yang sudah sering ia jadikan kebiasaan.

Contoh yang paling riil adalah pesulap. Teknik sulap yang ia perankan sebetulnya sudah beribu kali dilakukan, sehingga akhirnya ia bisa dan mehir dalam mengolah atau memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika kita runtut dan melihat tatacaranya tentu sulap itu enggak menarik, Cuma gitu doang, kalau saya juga latihan pasti bisa.

Contoh yang pertama kali diberikan oleh ust. Felix dalam bukunya yaitu membaca arab gundul (tanpa tanda baca atau harakat), di sana beliau mengambil teks tentang khilafah. Bagi yang belum terbiasa tentu tidak tahu cara membacanya, bagaimana cara membacanya, ini dibaca a, i, atau au. Pokoknya susah bagi yang belum pernah sama sekali.

Lalu dalam halaman selanjutnya, ustad Felix memberikan tulisan arab gundul, tetapi tulisan arab gundul tersebut sudah sering kita baca, yaitu surat al-fatihah. Ketika melihat tulisan al-fatihah yang sudah sering kita baca, maka tak perlu lagi bingung dengan cara membaca, bahkan sudah hafal dengan sendirinya.

Keduanya sama-sama arab gundul, hanya saja ada kebiasaan yang membedakannya. Karena sering membaca surat al-fatihah, maka kita bisa baca, dan mengenal tulisannya tanpa kesulitan. Tetapi di arab gundul yang pertama tentu kita mengalami kesulitan karena belum ada yang namanya kebiasaan dalam membacanya.

Seseorang yang sudah sering dan memiliki kebiasaan dalam hal itu, tentu tidak akan mengalami kesulitan. Tak heran jika ada orang Indonesia yang tidak pernah tinggal di arab tetapi mampu mengucapkan dan berbicara arab dengan sangat fasihnya, atau contoh-contoh yang lainnya. Intinya yaitu karena adanya pembiasaan.

Betapa indahnya jika kebiasaan yang baik ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka semua apapun, kalau dibiasakan akan menjadi sebuah ilmu/kemampuan baru yang laur biasa. Salah satu contoh yaitu Imam Syafi’I yang sudah hafal alquran dalam usia 7 tahun.

Ternyata Imam Syafi’I mampu hafal alquran dalam jangaka waktu usia 7 tahun waktu itu cukup wajar, sebab ibundanya seorang hafidzah dan terbiasa mengkhatamkan alquran dua kali dalam seminggu. Dan seusia teman-temannya sudah terbiasa menghafal al-quran. Sekali lagi ini adalah sebuah kebiasaan yang dibangun oleh lingkungan dan dukungan dari orang terdekat.

Jika ingin seperti Imam Syafi'i kita juga bisa, asal mau membiasakannya. Yuk ubah kebiasaan yang saat ini ada dalam diri, terutama kebiasaan yang buruk. Jangan mimpi dapat istri solehah jika kebiasaan-kebiasaan buruk masih sering dilakukan. Jangan harap dapat memperbaiki masa depan jika apa yang dilakukan saat ini tidak mendukung untuk meraih masa depan yang ingin kita capai.

Ketika berkunjung ke toko buku toga mas, saya menemukan kata-kata yang luar biasa. Jika tidak salah isi tulisannya sebagai berikut :

Satu-satunya keberuntungan yang dimiliki oleh orang-orang yang hebat adalah dilahirkan dengan kemampuan dan ketetapan hati untuk mengalahkan ketidakberuntungan...

Apapun kondisi kita saat ini, maka habits atau kebiasaan itulah yang akan kita bawa dimasa yang akan datang. Ketika kebiasaan berdekatan dengan asma-asam Allah, tadarus, shalawat, dzikir dan lain-lainnya, bukan tidak mungkin ketika hendak meninggal maka kalimat-kalimat toyyibat itu akan kita ucapkan. Kebiasaan yang sudah melekat dan mendarah-daging menjadi kesatuan yang tak dapat terpisahkan.


--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme