Tadi malam (05/01/18) Ustadz Tajul Muluk dalam pengajian rutinnya di Ponpes UII, Sleman-Jogja. Beliau  menyampaikan begini: "Orang yang kelamaan jomblo itu cenderung jadi pemalas. Alasanya yaitu dikarenakan tidak punya target dan tantangan. Hidupnya jadi mengalir saja. Begitu juga dengan santri yang kelamaan di pondok, jadi orientasinya pemalas. Malas untuk ngapa-ngapain..."

Dari pesan yang disampaikan oleh sang ustadz Asal Madura ini mengisyaratkan bahwa tantangan dan ujian itu perlu. Apalagi bagi kepada yang masih jomblo (belum menikah). Tujuannya agar menjadi pelecut sekaligus pemicu untuk tidak malas. Supaya tidak malas, maka ubahlah haluan dan ciptakan tantangan.

Kalau Ust. Roy Purwanto ketika mengisi di malam Jumat (29/12/17). Beliau menyampaikan, "Tidak apa-apa awalnya itu karena dorongan materi atau wanita sekalipun sebagai pemicu. Tetapi, ketika di akhir, ubahlah niat tersebut agar bernilai ibadah..."

Sebagaimana dikisahkan ada kiai yang sering menulis buku. Orientasinya agar dapurnya terus mengepul. Ketika tulisan itu masuk penerbit dan akan dicetak, maka niatnya diubah oleh sang kiai tersebut dengan lillahitaala.

Hal serupa juga dibahas penulis terkenal Asma Nadia dalam kolom publik-Republika (06/01/18). Di sana dituliskan terkait keadilan Allah SWT. atas keberanekaragaman ciptaannya, terutama dalam iklim dan kekuatan. Kenapa tidak semua diberikan yang sama, padahal masih tinggal dunia ini? Lalu, apa yang didapat dari keberagaman (iklim dan kekuatan) tersebut?

Justru disitulah keadilan sangkuasa. Karena perbedaan itulah yang lemah belajar kuat, dan menimbulkan kelebihan lain yang dari dalam dirinya. Sekaligus "tamparan" keras bagi kita yang selama ini masih berpikir pesimis dan kerdil dalam "melihat" sebuah kehidupan.

Dipertegas pula oleh Hamdan ketika mengisi kuliah tujuh menit. Ibadah itu tidak hanya shalat, tetapi juga di luar shalat. Satu sisi shalatnya bagus dan rajin, tetapi mempunyai masalah dengan hubungan sosialnya.

Misal, tidak suka bersosialisasi, mudah marah, dengan artian cepat tersinggung dan parahnya merasa paling dekat dengan Allah swt. Bukankah ini ibarat kaki pincang? Yang satu pake sepatu sedangkan satunya nyeker.

Padahal, keduanya harus seimbang, antara kesalihan personal dan kesalihan sosial mestinya berjalan secara sinergi.

HV (hape harus diputar, biar tahu maksud dari singkatan ini)
___

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme