Gerakan mahasiswa yang dulu terkenal ada powernya, kini sudah tak terdengar lagi gaungnya. Dulu terksan tegas dan berani bak harimau dengan taring dan cakar tajamnya. Kini, mirip harimau ompong, yang kehilangan kekuatannya. Dolar sudah tembus sampai 15 ribu rupiah lebih, kok masih adem ayem aja ya? Lalu, masalah pemerintah yang anti-kritik, kok gak ada gerakan juga? Belum lagi masalah hutang negara yang meningkat kawan, please.. mau bayar pake apa dan siapa yang bakal melunasi?
Apa memang mentalnya mahasiswa saat ini sudah beralih ke youtuber semua. Yang hari-harinya nungguin tambah subcriber (sibuk bikin konten doang) dan takut kehilangan subcribernya jika ini dan itu? Atau sibuk main instagram (cari spot foto, udah gitu diupload ke instagram dan ngarepin like dari followernya) sehingga masa bodoh dengan kekacauan zaman ini yang semakin parah.
Pokoknya parah banget, bagaikan borok menahun. Masih membekas dalam ingatan, saat mahasiswa Universitas Indonesia di forum itu memberi kartu kuning ke presiden. Semenjak itulah seolah nyali mahasiswa semakin ciut, melempem, tak bertaji dan hilang ditelan hingar bingar kekacauan jagat raya, bak sound system tiba-tiba mati listrik. Mungkin ada hal lain yang tidak pernah kita ketahui di balik kejadian itu.
Jika teralihkan oleh dunia maya (youtube, Instagram, dan sejenisnya), ayo BANGUN!!!. Dunia kita, dunia nyata. Tunjukan aksi hebat kalian di depan para penguasa yang dzalim dan semena-mena atas kebijakan-kebijakan yang mereka buat tidak berpihak ke rakyat alih-alih kesejahteraan rakyat, kalau dihitung dengan seksama, yang sejahtera justru para pemilik perusahaan besar malah. Ayo bangun! dan lepaskan semua yang membuat kalian malas bergerak.
Baca bukunya Tere Liye "Negeri Para Bedebah" atau bukunya mantan aktivis, dan mantan bupati pula, Hadi Supeno "Korupsi di Daerah, Kesaksian, Pengalaman dan Pengakuan" Di kedua buku itu dengan jelas di gambarkan bagaimana praktek kejahatan bermain. So, kita mau leha-leha menunggu negri ini hancur? Kalau kita bisa mencegahnya, kenapa tidak dilakukan? Atau minimal memperlambat dan menundanya beberapa waktu.
Jika memang ada dana yang sengaja menyumpal aksi kalian, please berpikir jernih! Nominal dan angka-angka itu tidak sebanding dengan penderitaan rakyat yang terzalimi. Penderitaan bisa berlanjut bertahun-tahun sepanjang waktu karena kebijakan yang merugikan rakyat. Pendaptku, aksi mahasiswa kalah oleh aksi 212 kemarin. Beruntung aksinya damai dan tertib, penuh ketenangan karena menjalankan nilai-nilai agama. Mahasiswa seharusnya bisa mengambil ilmunya untuk bangkit bergerak. Jangan berdiam saja.
Atau hanya sibuk lempar bola salju lewat komentar-komentar di dunia maya. Buktikan dengan aksi hebat kalian, buktikan akan kegagagahanmu yang peduli dengan keselamatan negri ini. Nurani kalian kini di mana? Mau seperti pers yang seolah sudah tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran dalam menyampaikan sebuah berita, tetapi menjunjung siapa yang bayar? Jika sudah demikian, tamatlah riwayat negri ini.
Saya tidak dapat membayangkan, jika aksi sebanyak itu pesertanya para mahasiswa seluruh Indonesia. Bisa habis seisi Jakarta dengan jumlah mahasiswa sebanyak itu. Kisah tumbangnya rezim orde baru, bisa saja terulang kembali. Ini bayangan saya ketika melihat aksi 212 kemarin di monas. Seandainya mereka mahasiswa semua dan kumpul di Jakarta, tentu dengan penuh kedamaian juga, pasti ada yang lebih panik!
Aksi 212 sudah memberikan teladan, so mahasiswa mau kapan menirunya? Mau? Bisa? Kami tunggu aksimu wahai mahasiswa Indonesia!!!
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.