Sewaktu mengkhatamkan Juz ke 19 dari al-Quran, tepatnya di surat An-Naml ayat ke 39-40 ada kisah yang dulu sempat jadi bahan kontemplasi dan kini kisah itu kembali coba kupahami dengan seksama. Yaitu kisahnya Nabi Sulaiman yang hendak memindahkan kerajaannya.

Dalan dialog tersebut, pertama ada 'Ifrit dari golongan jin yang sanggup memindahkan kerjaan Nabi Sulaiman, dengan durasi waktu "Qabla antaquma min maqamik.." yaitu sebelum beliau bangun dari duduknya.

Lalu yang lebih mencengangkan lagi, ternyata ada yang mampu lebih cepat dari Si 'Ifrit tadi. Tak tanggung-tanggung, durasinya adalah "Qabla anyartadda ilaika tharfuk.." Sebelum mata Nabi Sulaiman mengedip. Dengan kata lain, ia mampu melakukannya sekejap mata.

Siapakah orang kedua ini? Kok ia bisa dan mampu mengalahkan kemampuan yang dimiliki dari golongan raja jin. Dalam ayat tersebut dituliskan "Alladzii 'Indahu 'ilmun minal kitaab..." Yaitu orang yang memiliki ilmu dari kitab (ahli kitab). Berarti sejatinya ia adalah manusia biasa.

Kesimpulannya, atau pelajaran yang dapat diambik di antaranya: Pertama, manusia memang bisa samapi setaraf dengan malaikat ketika beribadah dengan sebenar-benarnya. Tetapi jika mengerjakan apa yang diperintahkan setan, manusia juga bisa setara dengan setan.

Kedua, Tidak ada kekuatan yang lebih hebat dan dahsyat jika dikembalikan kepada Allah swt. Kemampuan yang menurut akal manusia mustahil, tetapi bagi Allah semuanya mungkin. Berarti jangan bersandar atau meminta pertolongan ke bangsa jin, sebab mereka sejatinya juga lemah. Manusia tetap lebih unggul, bila terus bertaqwa kepada Allah swt.

Ketiga, perlu diperhatikan kenjutan ayat tersebut. Kemampuan tersebut berasal dari Allah. Apakah dengan kemampuan tersebut menjadikan tambah bersyukur atau malah ingkar. Perhatikan kalimat ini "Hadza min fadli rabbi.. liyabluani aasykuru amakfur..." Ketika seseorang telah bersyukur, maka kenikmatan itu akan kembali kepadanya.

Keempat, ternyata jawaban sederhana yang bisa kita jadikan kesimpulan kenapa golongan jin itu kalah, sebab ia mengaku bahwa dirinya adalah makhluk terkuat dan dapat diandalkan. Artinya, ada sebuah kesombongan dalam dirinya. Jika dibandingkan dengan seorang ahli kitab tadi, jelas ia menganggap bahwa semuanya atas izin sang mahakuasa, Allah subhanahu wata'ala.

Kelima, jadilah manusia yang selalu menyandarkan diri kepada Allah swt. meskipun urusan itu amat kecil, (semisal karena tali sendal yang putus, sekalipun) karena Allah adalah tempat untuk mengadu. Allahu'alam []

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme