Facebook sedang ramai diperbincangkan, pasalnya data pemiliknya telah bocor dan dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan untuk keuntungan tertentu. Bahkan katanya untuk kepentingan kemenangan pemilihan Donald Trump kala dirinya mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dengan Hillary Clinton.
Lebih luas lagi, data yang bocor bisa dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mendeteksi kelemahan sebuah Negara. Dengan adanya data tersebut, yang bersangkutan dapat dengan mudah wara-wiri ke Negara yang diinginkannya tanpa diketahui oleh siapapun. Atau dampak yang paling mengancam ialah, pundi-pundi kekayaan atau keuangan pemiliknya bisa saja lenyap secara tiba-tiba di tabungan atau rekiangingnya. Sungguh mengkhawatirkan bukan?
Inilah sebuah bukti nyata bahwa data pribadi bisa dimanfaatkan oleh pihak tertentu, cukup membuat shok dan panic sebagian orang. Oleh karena itu, maka data pribadi perlu dijaga. Apalagi data diri di media sosial, harus waspada tingkat tinggi, tidak asal menyimpan data pribadi di sana. Sebab media social merupakan pintu masuk segalanya.
Email Gratis
Ini pemikiran saya pribadi saja. Email merupakan alat yang serba bisa. Kalau bahasa saya, email adalah kunci inti yang serba bisa. Itulah sebabnya, jika ingin membuat akun apapun, syaratnya adalah email. Email dapat menyambungkan kita dengan akun medsos lainnya. Bahkan email juga kaya akan fungsi. Selain untuk menyimpan data, email juga banyak pilihan di dalamnya untuk kepentingan lain dan lebih banyak fitur yang kita butuhkan. Itulah email, fungsi dan kelebihanya.
Teorinya begini, saat ini kita secara tidak langsung sudah terbantu secara Cuma-Cuma alias gratis dengan bantuan email. Kita juga seolah sudah reflex menggunakan email tersebut. Lalu apa jadinya jika suatu saat email tersebut disalahgunakan? Bukankah kita sudah menjadi pengguna tetap dan data pribadi sudah tersimpan secara rapih di email? Hampir semua data-data penting ada di sana.
Atau, kalau kita berpikir sebagai jiwa ekonomi. Email karena sudah mendunia dan digunakan oleh semua manusia, bukan tidak mungkin suatu saat akhirnya dikomersilkan. Apa yang akan kita lakukan jika sudah demikian? Pasti kita akan rela membayar dengan harga berapapun asal, data yang ada di email tersebut kembali. Apakah ini tidak akan terjadi? Bisa saja, sebab kita tidak tahu siapa yang saat ini menguasai teknologi di muka bumi ini. Termasuk yang menguasai email yang kita gunakan ini.
Masih ingat dengan teori Paflov? ia menemukan sebuah teori pengulangan, kala itu anjing yang diberikan makan dengan membunyikan peluit. Setiap jam makan, peluit dibunyikan. Terus menerus dilakukan, hingga beberapa waktu. Lalu ketika bukan jam makan dan peluit dibunyikan, apa yang terjadi? Tepat, anjing tersebut datang dengan sendirinya.
Kita juga sebagai pengguna email, tentu akan dibegitukan (seperti anjing yang tadi, hanya saja saat ini tidak sadar), ketika email akan dihapus tiba-tiba dan kita tidak bisa mengaksesnya, apa yang akan kita lakukan? Lalu dari pihak pemiliknya mengatakan "Anda harus bayar dulu 10 juta, jika ingin datanya bisa diambil.." yang terjadi, kita pasti kita akan nurut ke pemilik akun tersebut. Mengerikan bukan?
Sekali lagi, ini hanyalah pikiran saya yang jauh kedepan. Entah ini akan terjadi atau tidak, wallahu'alam! Setidaknya kegelisahan ini patut kita renungkan bersama. Alahkan baiknya jika kita sedia paying sebelum hujan. Dari sekian ratus ribu juta penduduk Indonesia, tidak ada yang mampu membuatnya? Tentu penduduk negri ini jelas memiliki mereka yang otaknya di atas rata-rata. So bangkitlah! Stop jadi konsumen!
Hal di atas merupakan sesuatu yang belum terjadi, adapun yang jelas dan nyata sudah terjdi dan tak sadar kita alami adalah system ekonomi yang ada di dunia. Tak hanya di situ, adanya bank dan regulasi uang yang hanya dikuasai oleh matang uang dari satu Negara saja, alhasil maka mereka seolah merasa berkuasa dan terus mencari cara agar tetap berkuasa. Jelas, kini sudah menjadi system dan tidak mungkin untuk dilawan atau dihilangkan bahkan dihancurkan sekalipun.
Contoh lain, produk-produk yang saat ini kita nikmat silakan dicek, siapa pemiliknya, asal pabrik dan brand atau merek dagang yang ada di dalamnya. Pasti mengarah ke salah satu perusahaan besar yang kiblatnya ke salah satu Negara maju. Sekali lagi, kita hanyalah pemakai dan tidak bisa mampu untuk menyainginya. Bisa saja menyangingi, tetapi butuh proses dan waktu yang tidak sebentar.
Permisalan yang lain, ada penemuan dari seorang mahasiswa yang dapat menciptakan mobil listrik. Mobil ini ramah lingkungan dan beban biaya yang dikeluarkan bisa lebih hemat dari harga mobil yang ada saat ini. Satu sisi ini merupakan sebuah berita gembira, tetapi bagi korposari pembuatan mobil, jelas ini merupakan saingan baru yang harus segera disingkirkan. Jika tidak, mereka akan rugi dan beralih ke mobil baru.
Disini kita akan melihat bagai mana para perusahan mobil yang telah ada membungkam penemuan ini dan sebisa mungkin dihilangkan. Alasannya jelas banyak, bisa masih dalam konsep, bahan yang dibutuhkan sulit didapat atau lain sebagainya. Masalah intinya adalah, mereka tidak mau rugi, mobil yang mereka sudah produksi bisa menjadi barang rongsokan dan berakhir perusahaan bangkrut. Sudah tidak asing laigi jika ada produk apapun yang baru dan dianggap bisa menyaingi perusahaan besar yang pernah ada, nasibnya akan tragis.
Data di Internet
Akhir-akhir ini pikiran ini terus terganggu dengan beberapa hal, terutama terkait data yang ada di internet. Alih-alih gratis alias tidak berbayar, kita dimanjakan dengan semua fasilitas itu. Khawatirnya, jika data yang sedemikian banyak itu mereka pegang bagaimana? Kita bisa apa?
Misalnya saja tiba-tiba kita tidak bisa masuk ke google drive, sedangkan di sana ada data-data yang sangat penting. Lalu dari pihak google drive memberi tahu bahwa untuk bisa masuk kea kun tersebut harus membayar sekian dolar. Misalkan cukup satu dolar saja. Dengan jumlah pengguna internet yang milyaran orang ini, bisa dikalikan berapa banyak uang yang mereka dapatkan dari cara ini.
Belum lagi data-data yang ada didalamnya dipanen, dipasang sebuah aplikasi penyusup yang dapat mengetahui semua hal yang ada dalam diri kita. Kebiasaan, hobi, alamat, dan hal-hal yang pribadi sekalipun mereka catat. Kita bisa apa?
Dari data sederhana saja kita bisa mengolah dan menentukan si A begini dan si B begitu. Apalagi saat ini sudah ditemukan kecerdasan buatan, bukan tidak mungkin lagi semua hal yang tentang kita sudah mereka rekam dan catat dengan baik. System internet menggunakan algoritma, bahasa mudahnya mereka menggunakan pendekatan pola. Semakin sering kita menggunakannya, maka pola yang sama akan terus diulang. Ujungnya hal itu digunakan untuk menebak kepribadian kita.
Dari surat kabar yang saya baca, beberapa like yang kita berikan di dunia maya itu bisa menentukan kepribadian, bahkan tipe seksual yang ada dalam diri kita. Algoritma yang dipasang sudah sangat canggih dan bisa mengancam keprivasian kita. Jika sudah tidak ada privasi, buat apalagi kita hidup, karena sejatinya kita ibarat sedang bertelanjang.
Inilah bahaya yang saat ini harus kita sadari dan tidak mudah untuk memberikan data-data yang menyangkut diri kita di dunia maya. Intinya, yuk kita kembali ke kehidupan yang nyata, dan lebih banyak bertegur sapa secara tatap muka langsung. Hidup tanpa dunia maya itu lebih asyik dan berkesan bukan? Kita pernah mengalami dan merasakannya. Sebelum 'terjajah' oleh dunia maya seperti sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.