Berdua semenjak di dalam perut ibu memang takdir kami. Memiliki wajah yang mirip, gaya bicaranya, bahkan postur badan pun sama. Kata orang, kami ini kembar identik, sehingga sangat sulit untuk dibedakan. Uwa atau budhe sampai sekarang tidak bisa membedakan kami, guru-guru sekolah pun sama. Mereka kesulitan untuk membedakan kami, karena kata mereka kami sulit dibedakan.
Malah kata teman-teman, kami ini berbeda. Wajah dan suara kami pun berbeda. Mungkin karena mereka sering bemain bersama dan bertemu setiap hari di sekolah, sehingga hafal dan dapat membedakan kami secara detail. Menurut beberapa teman, salah satu muka kami ada yang oval dan satu lagi lancip. Tetapi sebaliknya ada juga yang mengatakan bahwa muka salah satunya lancip, sedangkan satunya lagi oval.
Ada juga yang bilang kalau kakaknya lebih kecil dari adiknya. Tapi ada yang bilang juga malah adiknya yang lebih kecil dari kakaknya, manakah yang bener?? Itu semua penilaian orang lain dan kami sendiri tidak bisa membenarkannya. Setiap orang punya pengamatan yang berbeda, dan penilaian yang berbeda pula terhadap orang lain.
Untung dan Ruginya
Menjadi anak kembar memang salah satunya adalah menguntungkan. Kemana-mana selalu berdua tanpa harus membutuhkan teman yang lain. Apalagi ketika jalan-jalan malam hari, karena berdua malam yang gelap pun bukanlah hal yang menakutkan. Banyak keuntungan yang tidak disebutkan satu persatunya deh, pokoknya banyak buangetttt.
Jika tadi ngomongin untung, maka sekarang kita ngomongin ruginya, atau gak enaknya. Ruginya jadi anak kembar itu ya kayak gini... harusnya dapat jatah satu eh malah dapat setengah, karena harus dibagi berdua. Kalau gak dibagi yang ada malah nanti berantem, dan ini tidak bisa terhindarkan dimasa kecil kami. Mungkin jika orang tuanya mampu (kaya) pastilah gak akan pernah merasakan yang seperti ini, gak akan ribut gara-gara hal sepele. Inilah resiko jadi anak kembar yang berasal dari orang pas-pasan.
Kalau orang tuanya kaya, apapun bisa terpenuhi. Kebutuhan gizi, pakaian, sekolah, jajan dan sebagainya. Kebutuhan apapun tinggal ambil dan tinggal bilang. Tetapi apa yang kami rasakan justru tidak demikian, semuanya butuh pengorbanan dan usaha yang keras. Misalnya, untuk membiayai pendidikan ke perguruan tinggi perjalanannya saja sangat berliku. Maklum saja orang tua kami tidak mampu untuk membiayainya. Tetapi alhamdulillah, dengan keinginan yang kuat akhirnya jalan itu terbuka lebar.
Hubungan Batin Si Kembar
Banyak yang bilang jika hubungan anak kembar dengan kembarannya itu sangat dekat dan erat. Jika satunya sakit maka kembarannya ikut sakit juga. Padahal, yang saya rasakan ketika salah satu dari kami ada yang sakit ya biasa saja. Tidak ada yang namanya hubungan batin atu semacamnya. Semuanya bisa saja, bahkan tidak ada firasat atau apapun yang kami alami. Kalau salah satu dari kami sakit, ya sakit saja. Gak pernah ada sampai ikut-ikutan sakit segala. Mungkin itu mah lebay aja kali.. HEHEHHHEHE
Yang kami alami semenjak kecil hingga saat ini tak ada perasaan giman-gimana, semuanya normal seperti biasanya. Jika hubungan batin dengan ini mungkin iya, saya bukan sekali dua kali merasakan hal itu. Ketika sedang sendiri, perasaan saya kok inget rumah terus, kok inget ibu terus. Ternyata pas dicek ke rumah, ternyata beneran... ibu sedang sakit. Bahkan sebaliknya, ibu kok tiba-tiba telepon dari rumah, ternyata ibu tahu jika saya sedang sakit.
Sejauh ini, meski kami dari Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah, bahkan tinggal di pesanteren bareng hubungan batin itu gak pernah ada. Adapun yang sering dibilang oleh kebanyakan teman-teman ataupun orang lain, menurut saya itu hanyalah pengaruh tontonan televisi belaka. Adapun jika sakit atau jatuh berbarengan di lain tempat, itu hanyalah kebetulan (sebagai anak kembar yang kata orang kembar identik, kami belum pernah mengalaminya).
*tulisan ini diposting di blog : kembarqueen.com
--------------------
Malah kata teman-teman, kami ini berbeda. Wajah dan suara kami pun berbeda. Mungkin karena mereka sering bemain bersama dan bertemu setiap hari di sekolah, sehingga hafal dan dapat membedakan kami secara detail. Menurut beberapa teman, salah satu muka kami ada yang oval dan satu lagi lancip. Tetapi sebaliknya ada juga yang mengatakan bahwa muka salah satunya lancip, sedangkan satunya lagi oval.
Ada juga yang bilang kalau kakaknya lebih kecil dari adiknya. Tapi ada yang bilang juga malah adiknya yang lebih kecil dari kakaknya, manakah yang bener?? Itu semua penilaian orang lain dan kami sendiri tidak bisa membenarkannya. Setiap orang punya pengamatan yang berbeda, dan penilaian yang berbeda pula terhadap orang lain.
Untung dan Ruginya
Menjadi anak kembar memang salah satunya adalah menguntungkan. Kemana-mana selalu berdua tanpa harus membutuhkan teman yang lain. Apalagi ketika jalan-jalan malam hari, karena berdua malam yang gelap pun bukanlah hal yang menakutkan. Banyak keuntungan yang tidak disebutkan satu persatunya deh, pokoknya banyak buangetttt.
Jika tadi ngomongin untung, maka sekarang kita ngomongin ruginya, atau gak enaknya. Ruginya jadi anak kembar itu ya kayak gini... harusnya dapat jatah satu eh malah dapat setengah, karena harus dibagi berdua. Kalau gak dibagi yang ada malah nanti berantem, dan ini tidak bisa terhindarkan dimasa kecil kami. Mungkin jika orang tuanya mampu (kaya) pastilah gak akan pernah merasakan yang seperti ini, gak akan ribut gara-gara hal sepele. Inilah resiko jadi anak kembar yang berasal dari orang pas-pasan.
Kalau orang tuanya kaya, apapun bisa terpenuhi. Kebutuhan gizi, pakaian, sekolah, jajan dan sebagainya. Kebutuhan apapun tinggal ambil dan tinggal bilang. Tetapi apa yang kami rasakan justru tidak demikian, semuanya butuh pengorbanan dan usaha yang keras. Misalnya, untuk membiayai pendidikan ke perguruan tinggi perjalanannya saja sangat berliku. Maklum saja orang tua kami tidak mampu untuk membiayainya. Tetapi alhamdulillah, dengan keinginan yang kuat akhirnya jalan itu terbuka lebar.
Hubungan Batin Si Kembar
Banyak yang bilang jika hubungan anak kembar dengan kembarannya itu sangat dekat dan erat. Jika satunya sakit maka kembarannya ikut sakit juga. Padahal, yang saya rasakan ketika salah satu dari kami ada yang sakit ya biasa saja. Tidak ada yang namanya hubungan batin atu semacamnya. Semuanya bisa saja, bahkan tidak ada firasat atau apapun yang kami alami. Kalau salah satu dari kami sakit, ya sakit saja. Gak pernah ada sampai ikut-ikutan sakit segala. Mungkin itu mah lebay aja kali.. HEHEHHHEHE
Yang kami alami semenjak kecil hingga saat ini tak ada perasaan giman-gimana, semuanya normal seperti biasanya. Jika hubungan batin dengan ini mungkin iya, saya bukan sekali dua kali merasakan hal itu. Ketika sedang sendiri, perasaan saya kok inget rumah terus, kok inget ibu terus. Ternyata pas dicek ke rumah, ternyata beneran... ibu sedang sakit. Bahkan sebaliknya, ibu kok tiba-tiba telepon dari rumah, ternyata ibu tahu jika saya sedang sakit.
Sejauh ini, meski kami dari Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah, bahkan tinggal di pesanteren bareng hubungan batin itu gak pernah ada. Adapun yang sering dibilang oleh kebanyakan teman-teman ataupun orang lain, menurut saya itu hanyalah pengaruh tontonan televisi belaka. Adapun jika sakit atau jatuh berbarengan di lain tempat, itu hanyalah kebetulan (sebagai anak kembar yang kata orang kembar identik, kami belum pernah mengalaminya).
*tulisan ini diposting di blog : kembarqueen.com
Salam kenal untuk pembaca dari kami
Amir Hamzah & Tajul Arifin
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.