Orang yang pertama datang ke mesjid untuk sholat jumat, maka ia diibaratkan sedekah satu ekor sapi. Orang yang datang kedua, diistilahkan dengan sedekah dengan seekor kambing. Orang yang ketiga diibaratkan sedekah dengan seekor ayam. Oang yang ke empat diibaratkan berkurban dengan sebutir telur… kita sering dibarisan yang mana nich?? pertama, kedua, ketiga, keempat atau malah yang terakhir…??

Hadits Rasulullah di atas merupakan sebuah motivasi bagi kita untuk berlomba-lomba datang ke mesjid lebih awal. Jika kita tiba di mesjid untuk sholat jumat ketika khutbah sudah dimulai, apakah pahala jumat itu masih kita dapatkan? diibaratkan bersedekah apakah orang yang datangnya terakhir, bakteri mungkin.

Yuk kita datang ke mesjid lebih awal, disana kita bisa memperbanyak dzikir, tasbih dan tahmid. Bahkan kita bisa “bersuka ria” dengan kalimat-kalimat toyyibah. Membasahi mulut kita dengan kalimat illahiyah, dengan demikian mulut yang kita gunakan untuk berkata kotor dan bohong diberikan kesempatan untuk memuji tuhannya.

Jangan karena kita jadi khotib terus datangnya duluan. Tetapi giliran jadi makmum datangnya paling akhir dan sengaja duduk di shaf paling akhir.

Apa yang kita cari?
Penulis setuju dengan pendapat bahwa khutbah itu tidak mesti harus menggunakan bahasa arab secara keseluruhan. Bahasa arab itu hanya dibaca ketika bagian yang menajdi rukun khutbah, tetapi pendukung atau isi dari apa yang disampaikan boleh menggunakan bahasa masing-masing. Pendapat penulis, dengan menggunkan bahasa daerah setempat justru ada sebuah pesan atau ajakan yang bisa disampaiakan kepada jama’ah sekalian.

Oleh karenanya, ketika jama;ah pulang ke rumah, ada sebuah ilmu yang didapatkan dari mesjid. Secara otomatis setiap minggu jama’ah mendapatkan pencerahan dan belajar. Bagi yang tidak sempat ikut pengajian mingguan, ini juga bisa menjadi solusi. Bayangkan jika khutbah hanya menggunakan bahasa arab dari awal hingga akhir, lalu apa yang didapatkan dari khutbah tersebut? bertahun-tahun seperti itu, tidak ada kemajuan sama sekali.

Penulis ketika tiba waktu shalat jum’at, yang penulis cari adalah mesjid dimana ada khotibnya yang bagus. Dengan demikian, setiap minggu penulis mendapatkan penecerahan dan ilmu yang baru dari berbagai khotib. Bahkan biasanya apa yang khatib sampaiakan ketika berkhutbah, penulis mencoba tulis ulang ketka sudah tiba di kamar. Hingga terciptalah sebuah tulisan yang dipadukan dari khatib dengan pemikiran penulis. allahu’alam []

Semoga bermanfaat..


--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme