Oleh : Amir Hamzah

PENDAHULUAN


Dialog antar akal dan wahyu merupakan perdebatan yang panjang, dan tidak menemui titik temu antar keduanya. Kita dapat mengidentifikasinya melaui perdebatan antara agama dan sains, dari keduanya tidak menemui titik temu secara pasti tetapi, terkesan jalan sendiri-sendiri. Keduanya memiliki ranah yang berbeda dan tidak bisa disatukan, keduanya diibaratkan air dan minyak yang tak bisa menyatu jika disatukan.

Akal memiliki pandangan empiris dan materialis, kebenaran yang diterima adalah kebenaran yang bisa dibuktikan dengan mata, akal dan panca indera. Sedangkan wahyu adalah sesuatu yang sifatnya mutlak dan datangnya dari tuhan melalui manusai pilihan yang tuhan kehendaki.

Setiap manusia memiliki akal, tetapi tidak semua akal yang dimiliki oleh manusia memiliki kesamaan dalam menggunakanya. Itulah sebabnya banyak perbedaan dalam memutuskan sesuatu hal. Akal sifatnya terbatas dan tidak mampu memikirkan sesuatu diluar jangkauan dari apa yang tidak dapat dipikirkan. Proses berfikir itu terjadi bilamana ada stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian otak meresponnya kemudian timbulah sebuah tindakan. Proses berfikir yang panjang disebabkan proses stimulus yang sulit ditangkap oleh indera, sehingga otak sulit untuk mewujdkannya kedalam sebuah tindakan.

Manusia pilihan yang dikehendaki oleh tuhan adalah mereka yang memiliki kriteria tertentu, dari segi ketaatan, kesabaran, dan faktor-faktor lain. Kriteria tersebut sudah pasti memiliki tingkat diatas rata-rata orang pada umumnya. Wahyu tersebut adalah sebagai bukti dan petunjuk bagi siapa yang dikehendaki oleh tuhan, agar tidak ada keraguan dan menambah keimanan terhadap tuhan.

PEMBAHASAN

1.    Akal
Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun informal, dari manusia pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah.

Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang betul-betul sama. Akal berasal dari bahasa Arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial hidup ini.

Setiap manusia memiliki kepala, didalam kepala tersebut terdapat sebuah otak yang terdiri daro otak kecil dan otak besar, otak kanan dan otak kiri. Fungsi otak itu adalah untuk berfikir dan menimbang-nimbang piliahan, menentukan masa depan (merencanakan sesuatu).

Akal dapat mempertimbangkan sesuatu setelah sesuatu itu direkam lewat indera pendengaran dan penglihatan. Karena pendengaran dan penglihatan hanya mampu menangkap sesuatu yang bersifat empirik, maka kemampuan akal terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik pula.

Dalam sebuah otak terdapat gelombang otak, salah satunya adalah yang disebut dengan gelombang beta. Gelombang beta mempunyai frekuiensi antara 13-30 hz, frekuensi rendah menerminkan kondisi kesadaran normal. Pada kondisi ini kita biasanya kita dappat mealkukan berpikir dam berkreativitas. Tetapi jika gelombang beta cepat dengan frekuensi yang tinggi, itu menandakan bahwa kita sedang dalam kondisi stres dan cemas yang tinggi pula.  

Dengan demikian akal tersebut memiliki keterbatasan, misalnya saja untuk menggambarkan syurga, pastilah akal tidak dapat menjangkau hal itu. Apalagi jika akal dipaksa untuk memikirkan sang pencipta yaitu Allah. Untuk itu allah memberikan rambu-rambu kepada hambanya untuk tidak memikirkan diri/dzat tuhan melainkan yang dipikirkan adalah ciptaan-ciptaannya.

a)    Batasan menggunakan akal
Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakikat segala sesuatu.

Maka Islam memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah syar’i walaupun belum sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu. Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan penciptaannya dengan penciptaan Adam, Iblis berkata: ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah..” (QS.Shaad ; 76).

Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang semacamnya, Rasulullah bersabda, ”Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah memikirkan tentang Dzat Allah. Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al Isra’ : 85). 

2.    Wahyu
Kata Wahyu memiliki dua kata dan menunjukan dua pengertian dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu itu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat, yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. 

Wahyu menurut Muhamad Abduh didalam Risalah Tauhid dijelaskan bahwa pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari allah, baik dengan melalui perantara ataupaun tidak; yang melalui suara terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali.
Wahyu merupakan bimbingan tuhan kepada hamba-hamba pilihan yang berisi sebuah ajaran sebagai pedoman hidup yang harus dilaksanakan, sebagaimana yang telah tuhan sampaikan kepada nabi-nabi sebelumnya.

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung . (an-Nisa [4] : 163-164)

Isi dari wahyu berupa sebuah ketetapan mutlaq, absolut dan berupa doktrin tektual maupun rahasia gaib. Wahyu tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, sekalipun manusia berkumpul seluruh alam raya ini tidak akan mampu memikirkannya. Wahyu merpakan ranah mistis, ketahidan, keimanan/keyakinan (rukun iman). Sehingga kebenarannya tidak dapat terbantahkan walaupun tidak dapat dibuktikan secara empirik dan dirasakan oleh panca indera.

KESIMPULAN  
Akal manusia itu terbatas, sepintar apapun, sehebat apapun, akal itu memiliki kelemahan. Ketika akal meyakini tubuh manusia terdiri dari jasmani dan ruhani, tetap saja akal tidak dapat membuktikan keruhaniani itu berada dimana dan bagaimana. Akal manusia itu hanya sebagian kecil dari komponen tubuh manusia yang digunakan untuk memilah dan memilih, berpikir, bertindak dan merencanakan.

Dalam kehidupan ini, ada beberapa aspek yang tidak bisa dijangkau oleh akal, tetapi kebenaran tersebut telah diyakini keberadaanya, tanpa harus dibuktikan (prostat).  Ranah dari akal ini hanya berupa sesuatu yang nampak, empirik, dapat dibuktikan dan dirasakan dengan panca indera dan tidak bertentangan dengan akal.

Wahyu merupakan bimbingan tuhan kepada hamba-hamba pilihan yang berisi sebuah ajaran sebagai pedoman hidup yang harus dilaksanakan, sebagaimana yang telah tuhan sampaikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Yang mana ajarannya adalah sebuah ketetapan yang didukung oleh kebenran absolut, mutlaq, atau kebenran tekstual yang tedapat dalam kitab-kitab Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Achar Chalil. Pembelajaran Berbasis Fitrah. Balai Pusataka. Jakarta . 2008
Al-Qur’an digital di window ultimate, microsoft word 2010
Manna Khalil al-Qattan. Studu Ilmu-Ilmu Quran. Cetakan ke-6, Litera Antarnusa. Jakarta. 2001
Prof. Dr. Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris. Pustaka Pelajar.Yogyakarta, 2005
Toto Tasmara. Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence).Gema Insani Press. Jakarta. 2001
http://faqihmuhammad.wordpress.com/2012/04/23/akal-dari-pandangan-islam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Akal
--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme