Hari ini tepatnya tanggal 21 agustus 2012, bertepatan pada H – 2
setelah perayaan hari Raya Idul Fitri 1433 H. Tak banyak memang kegiatan
ku selain
silaturahmi kedua tempat yaitu ketempat nenek dan
kakekku, selebihnya hanya diam di rumah karena ku termasuk orang yang
tidak suka bepergian ditambah hari ini, pasti semua tempat rekreasi akan
penuh disesaki orang – orang yang sibuk berlibur.
Sampai
akhirnya “ Aa “ begitu panggilan ku saat ini untuk “ Dia “ orang yang
saat ini selalu ada dan setia mendampingiku, meskipun telah banyak batu
kerikil, dan ombak besar yang kita hadapi tapi akhirnya kami pun
dipersatukan lagi, dan semoga sampai kelak nafas ini tak berhembus lagi.
Sore ini tepat pukul 18 : 23 aku menulis tulisan ini diiringi lagu yang
ku suka “ Seluruh Nafas ini”, ya last child feat Giselle , semakin
menambah atsmosfer ruangan kamar tidur ku, dikala aku memang benar –
benar sedang rindu dirimu yang jauh disana.
Ya sebenernya
aku menulis tulisan ini karena permintaannya “Aa” kata nya untuk mengisi
kekosongan ku, untung – untung bisa menghasilkan karya. Sebenarnya aku
suka menulis terutama puisi, tapi kadang aku selalu terhalang oleh yang
namanya “ mood”, ya sebenarnya sih itu hanya alas an, “kalau kita niat
semuanya bisa terkalahkan terlebih fasilitas ada, “ itu yang selalu
dikatakan Aa buat ku, yang selalu susah jika disuruh menulis. Akhirnya
sampai pada saat nya aku mengeluarkan gagasanku untuk menulis, ya sesuai
judul diatas, Aa memberiku judul “
Sabar dan Syukur“ dua kata yang mungkin memang sederhana, tapi ia memintaku untuk mengurainya.
Ku
mulai dengan kata sabar, sabar ? setidak nya yang ku tau tentang kata
itu ialah, simple tapi sulit bagi sebagian orang dalam pelaksanaannya,
termasuk aku. Sabar memang mudah tuk diucap, tapi sangat sulit tuk
dilakukan. Ketika orang terkena musibah, ketika orang sedang jengkel,
ketika sedang kesal, marah, menunggu lama, benci dengan seseorang dan
segala sikap dan tindakan yang banyak menguras emosi pasti kita
menasehatinya dengan satu kata “ SABAR”, ya sabar…., semua pasti ada
hikmahnya, sabar… kita harus sabar..!!! mudah memang mengucap kata itu.
Tapi bagaimana jika semua itu kita yang mengalami ? apa kata sabar masih
bisa kita pertahankan ?.
Sebagai manusia biasa tentu
sikap sabar seringkali kita jadikan alasan, “ aku sabar, aku sudah
sangat sabar, tapi sabar ku ada batasnya “ setidaknya itu yang selalu
kita ucap tatkala sikap sabar tak mampu lagi kita pertahakan. Terutama
aku, ya aku pun sama perempuan biasa yang selalu kerap jengkel dan
kesal.
Apalagi dalam hubungan yang kami jalan. Kata itu
selalu ku pelajari dan ku aplikasikan setiap harinya, dikala waktu dan
jarak belum berpihak pada kita, saat ini aku dan “dia” memang kerap
harus bersabar karna waktu dan jarak yang menjadi salah satu rintangan
untuk hubungan kami, dan pastinya selalu mempengaruhi hubungan kami.
Meskipun berbagai alat komunikasi telah canggih saat ini, tapi kami
selalu menghadapi kendala.
Tak jarang cekcok dan
pertengkaran sering terjadi diantara kami. Tentu semua itu membuat ku
banyak mendalami apa itu sikap sabar. Dan kini, untuk saat ini kata
sabar bagiku ialah seperti obat, pahit tapi berbuah kesembuhan. Karena “
sesungguhnya Allah bersama orang – orang yang sabar “ ( Al – anfal: 46
) Dan tentunya menghasilkan syukur.
Ya judul kata yang
kedua syukur, sebelum jauh aku menulis tulisan ini aku mohon maaf yah
kalau tulisan nya belum bisa professional, kan masih belajar dan
mencoba. Oke kita lanjut kata yang
kedua, kata orang tua ku
hidup kami memang tak selalu berkecukupan, tapi kami harus selalu “
bersyukur” karena masih banyak yang kurang seberuntung kami.
Kata
Aa ketika aku selalu mengeluh tentang letih nya jalani hidup, Aa slalu
mengingatkan untuk sabar dan bersyukur. Ketika aku tak memenangkan juara
1 dalam perlombaan puisi kala itu dan malah mendapatkan juara 2, kata
Aa “ bersyukur” itupun sudah lumayan.
Itu yang selalu
mereka ucapkan kita semua keinginan dan harapan ku tak bisa kudapatkan,
ketika semuanya tak sesuai yang ku harapkan, katanya mungkin itu yang
terbaik untuk ku dan aku harus slalu bersyukur untuk itu, ya untuk nafas
yang masih berhembus, untuk fisik yang sempurna.
Untuk
orang tua yang lengkap, untuk orang – orang yang selalu sayang padaku,
dan untuk segala kekurangan dan kelebihan yang kumiliki. Aku bersyukur
memiliki orang tua yang tetap semangat bekerja keras untuku, aku
bersyukur bakat yang telah Maha Kuasa berikan padaku, yang telah
membuatku kini percaya diri, dan tentunya aku bersyukur ada “kamu” yang
slalu setia menyayangiku, menerima segala kekurangan ku, dan tetap sabar
menghadapi egois dan cengengnya aku.
Dan akhirnya jelas
kata syukur dan sabar itu tak henti – hentinya terucap dan selalu ku
aplikasikan dalam hari – hari ku. Karena Allah SWT berfirman “
sesungguhnya jika kamu bersyukur maka AKU akan menambah nikmat kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari nikmat-KU maka sesungguhnya azab KU sangat
pedih “ ( Ibrahim : 7 )
Demikian ku akhiri tulisan ku
dengan firman Allah berikut, karena tak ada yang lebih benar, dan
kebenaran itu hanya dari Allah SWT. Buat Aa, yang selalu tak pernah
henti mendukungku, selesai juga tulisanku, maaf yah kalau kurang bagus. “
sayang kamu selalu “
Yah.. belum cukup katanya, jadi
terpaksa harus dilanjutkan lagi deh tulisannya. Maaf yah gak jadi
diakhiri tulisannya sebelum mencapai target. Sebenarnya ide diotakku udh
mencapai batas akhir karena belum melakukan pengisian ulang, jadi harus
diisi ulang dulu ya kurang lebih dengan sedikit minum susu dan cemilan
di toples, he..he… bisa dilanjut nanti.
Akhirnya ditagih
lagi deh tulisannya, yuk lanjut lagi masih dalam tema yang sama. Sabar
dan syukur, coba sejenak kita fikirkan berapa kali dalam sehari kita
bersikap sabar ditengah rumit dan sulit nya kehidupan ini, dan berapa
kali dalam sehari kita bersyukur atas segala kenikmatan yang telah
diberikan.
Apa kita ingat untuk mengucap syukur ketika begitu nikmat makanan yang kita makan setiap harinya ?
apa kita selalu bisa sabar ketika orang buat kesal ? ya memang kata yang sederhana namun sulit.
Syukur
itu nikmat, setidaknya itu yang saya rasakan ketika apa yang kita
inginkan tak mampu jadi milik kita, dan ketika kita bersyukur itu yang
selalu membuat kita tak selalu menengok ke atas, tapi tengoklah selalu
kebawah. Sabar itu pahit rasanya namun menyejukan jiwa, karena itulah
yang ku rasa ketika mulut mengucap sabar maka hati berusaha tenang, dan
fikiran pun tak beban.
Cukup dulu yah untuk tulisannya, jika terlalu banyak saya khawatir malah keluar dari tema. Maaf yah kalau belum sempurna.
----------------------------------
Hanya catatan ini yang bisa ku baca dan menjadi kenangan terindah...
Sabar itulah yang saat ini saya pelajari, sabar menunggu "dirinya"
Bersyukur, karena pernah mengenal dan dekat dengan "dirinya" yang begitu istimewa.
Betul memang,
kita akan merasa begitu mencintai setelah kehilangan....