Kadang ketika mendapatkan sebuah pilihan, kita akan merasa bingung. Terlebih pilihan yang ada di depan mata itu, semuanya baik dan bagus. Dilema, itulah yang akan terjadi. "Andai bisa memilih keduanya". Tetapi sayang memilih itu harus satu, diantara sekian banyak pilihan yang ada. Ketika bingung memilih yang mana, maka jalan yang paling sering diambil adalah dengan melibatkan sang pencipta; Shalat Istikharah.

Ketika menjadi objek (dipilih) lantas kita juga akan senang dan bahagia? Mungkin jika yang memilih itu orang yang sesuai dengan diharapkan, bisa saja senangnya setengah mati. Tetapi jika sebaliknya?.. yang ada hanya was-was dan ketidaktenangan. Bahkan, jurus langkah seribu untuk melarikan diri akan dijadikan langkah terakhir. 

Keduanya (memilih dna dipilih) butuh waktu dan proses yang panjang. Bagaimana ininya, itunya dan siapa saudaranya, pokoknya semua bercampur aduk di dalamnya. Sehingga semuanya akan berubah, pokoknya tidak lagi menjadi objektif. Jika sudah subjektif maka yang terjadi adalah titik temunya tidak akan pernah bisa ditemukan, karena yang menjadi objek penilaian adalah kekurangannya.

Ada dua orang sahabat, lebih tepatnya teman ketika kami duduk di bangku SLTP. Begitu lusus dari MTs, dua orang sahabat ini melanjutkan sekolahnya ke SLTA, waktu itu melanjutkan ke Madrasah Aliyah. Tetapi, salah satu dari sahabat ini orang tuanya meninggal dunia. Dengan terpaksa, ia juga harus meninggalkan sekolah barunya. Tidak ada yang membiayai sekolah, itulah alasannya. 

Sahabat yang satunya ia justru menikmati masa-masa sekolahnya dengan penuh kebahagiaan. Satu tahun berlalu, kedua sahabat ini begitu sangat berbeda. Seketika itu sahabat yang putus sekolah terkesan pasrah dan tidak memiliki masa depan, ia lebih mengubur impiannya. Sahabat yang menikmati sekolah SLTAnya seolah ia akan menjadi sosok yang berhasil dan tak jarang ia sering mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Tetapi semua itu berubah, hanya dalam tempo dua tahun. Semuanya berbalik 180 derajat, ini di luar prediksi dan penilaian nalar manusia. Sahabat yang putus sekolah, ia memutuskan untuk menikah dengan seorang guru. Rupanya dari sana ia mendapat akses untuk mengikuti sekolah paket C, dan setelah lulus ia langsung melanjutkan daftar kuliah.

Ada kabar, jika sahabat yang sekolah ini dibawa kabur oleh pacarnya. Keluarganya sibuk mencari dan menghubungi teman-temannya. Sayang, tak satupun yang bisa memberikan keterangan pasti. Seminggu kemudian barulah ia muncul dan datang ke rumah. Berawal dari kejadian itu, semuanya menjadi rusak, sekolahnya tidak karuan dan begitu juga dengan masa depannya. Selepas lulus dari sekolah ia langsung dinikahkan. 

Saat ini, keduanya sedang menikmati pilihan mereka masing-masing. Awalnya putus sekolah, kini mengajar di sekolah, yang sekolah malah kini mengajar di rumah (mengurus anak dan suami). Memilih dan dipilih itu tidak semuanya sesuai dengan harapan, dan semuanya bukan tidak baik, tetapi itulah kebaikan yang digariskan sang pencipta.   

Intinya, memilih dan dipilih sama tidak enaknya. Tetapi nikmatilah apa adanya, let's flow []


--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme