Suatu sore, sang teman mengirimkan sebuah SMS. SMS tersebut sangat singkat, yaitu menanyakan tentang keadaan kabar saya. Tentu sms tersebut begitu besar maknanya, sayang jika tidak dibalas, lagian ia merupakan teman baik saya. Akhirnya sms kami pun tak hanya membahas hal-hal yang biasa, tetapi sampai membahas tentang masa depan juga.

Saya bertanya kepadanya : BTW udah kerja ya sekarang mah? Berarti udah banyak dong tabungannya. Udah siap nikah belum? Calonnya udah ada belum? Demikian pertanyaan saya pada teman yang begitu akrab ketika di sekolah MA. Ternyata pertanyaan yang panjang tersebut, ditanggapi dingin oleh teman saya ini, ia hanya membalas SMS dengan kata-kata singkat “tabungannya buat naik haji, dipersiapkan dari sekarang”. Seketika saya merenung, dengan balasan sms yang ia kirimkan.

Akhirnya, percakapan kami harus berakhir sampai disitu, karena di tempat saya sudah terdengar kumadang adzan sholat maghrib.
***

Ketika saya membuka Facebook, ada salah satu teman saya juga yang begitu aktif update di facebook. Tentu yang dijadikan ststus oleh kawan saya ini adalah perasaan-perasaan senang dan mampu memberikan motifasi bagi teman-teman yang membacanya.

Kawan saya ini membuat update status seperti ini :Bulan ini Nambah 2 jetii.. Nyariiisss menembus 8 angka.. Keep iqtisod aja dech pzti bisaaa..” Karena teman saya lagi mendapatkan hasil dari usahanya, akhirnya saya komentarin : “wah... pendapatannya udah gede, tapi tetep memperhatikan iqtisod... persiapan buat naik haji ya may....” Tanpa saya sangka, kawan saya membalas komentar saya dengan balasan seperti ini “Alhmdllâh mir bwt ortu.. ortu dulu yg brngkt mir.. doain tahun ini ortu brngkt.. ane mah msh bnyk yg hrs dipersiapin dulu..”.

Saya pun hanya bisa meng-amînkan semua keinginan kawan-kawan saya ini, semoga semuanya dimudahkan oleh Allâh swt dan terrealisasi sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Pelajaran
Apa yang diutarakan oleh kedua kawan saya ini ada kesamaannya, walau pun tempat dan media yang digunakan mereka berbeda. Kawan yang satu menggunakan media SMS, sedangkan kawan yang satunya lagi menggunakan media Facebook. Saya sering merasa heran, apakah ini sebuah pertanda petunjuk ataukah sebuah “pesan rahasia” melalui percakapan dua kawan, untuk bercita-cita dari sekarang untuk pergi ke baitullâh [naik haji].

Pergi ke baitullâh ketika usia masih muda merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Selain untuk menyempurnakan rukun islam yang kelima, disana kita melakukan sholat di masjidil harom yang mana pahalanya beribu-ribu kali lipat. Kelak bila, umur panjang dan  Allâh mengizinkannya pasti cepat atau lambat saya bisa menyempurnakan rukun islam yang kelima.

Saya berharap kelak tak hanya orang tua yang bisa diberangkatkan ke baitullâh, saudara dekat, dan orang-orang yang pantas menunaikannya. Amîn

Saya sempat iri dengan mereka, saat ini mungkin kawan saya sudah dan sedang menikmati hasil dari jerih payah dan perjuangannya, tapi saya masih menjadi orang yang biasa seperti ini. Dalam lubuk hati yang paling dalam, saya meyakini bahwa Allâh memiliki jalan lain dalam meraih apa yang dicita-citakan oleh setiap hambanya. Sebagai manusia, kita hanya diperintahkan untuk tunduk dan patuh atas semua yang Allah gariskan, pasti semuanya yang  terbaik.

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme