Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs.
Al-Baqarah [02] :30)
Sejak
dahulu para pakar telah mencoba meneliti perihal makhluk yang bernama manusia
dengan berbagai teori yang bersumber dari logika. Para Filsuf mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang cenderung terus menerus mencipta (uncountable
creator). Para sahli ilmu sosial mengatakan bahwa manusia adalah makahluk
yang cenderung berkumpul (zoon politicon) sehingga merasa tersiksa kalau
diasingkan dari pergaulan antarmanusia. Sedangkan ahli jiwa mengatakan bahwa
manusia itu adalah makhluk yang yang punya perasaan (felling), makhluk
yang berpikir (thinking), dan berkeingingan (willing). Dan para
ahli biologi mengatakan bahwa manusia itu tersusun dari unsure-unsur hayati.
Menurut
Charles Darwin bahwa manusia itu berasal dari kera (1859) dengan kata lain
menegaskan bahwa manusia itu masih satu rumpun dengan kera. Evolusi yang
dialami oleh kera-kera itu sekian juta tahun mengubahnya menjadi manusia
seperti sekarang ini, dengan segala kelengkapan indrawi. Teori Drwin sampai
pada saat ini masih menjadi perdebatan dan sangat bertentangan dengan kitab al-Qur’an
yang menjadi pedoman umat islam, dalam al-Qur’an dijelaskan bagaimana manusia
diciptakan oleh Allâh SWT.
Disebutkan
dalam al-Qur’an bahwa manusia itu memiliki banyak nama yaitu : Insân,
Ins, Nas, Unas, Basyar, Banî Adam, dan Zuriat Adam. Allâh
menyatakan bahwa Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang teramat sempurna.
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Proses Penciptaan Manusia
Allâh
menciptakan manusia dari tanah, selanjutnya dari setetes sperma yang “hidup”dan
bertemu dengan indung telur kemudian melakukan pembuahan di dalam perut seorang
Ibu, sehingga jadilah manusia. Al-Qur’an menjelaskan penciptaan manusia dengan
sejelas-jelasnya, “Kami jadikan dia sebagai mani dalam simpanan yang aman
(rahim), lalu kami jadiakan mani itu segumpal darah, dari segumpal darah itu
kami jadikan daging, kemudian kami jadikan kerangka tulang dan akhirnya kami
bungkus tulang itu dengan daging. (Qs. Al-mu’minun : 12-14). Proses penciptaan
manusi dalam rahim diawali dengan perjanajian antara ruh dengan Allâh swt, yang
berisi tentang persaksian bahwa Allâh adalah sebagai Rabb.
Seperti
dalam Surat Al-Arâf [07] ayat 172 dijelaskan. “ Dan (ingatlah), ketika
tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allâh
mengambil persaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “bukankah aku
ini tuhanmu? “mereka menjawab : “betul (engkau tuhan kami), kami menjadi
saksi.” (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat tidak mengatakan :
“sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang yang lemah terhadap ini (keesaan
tuhan).
Telah jelas
bahwa al-Qur’an sendiri telah menjelaskannya, akan tetapi bila terdapat
beberapa hal yang belum diketahui oleh manusia, itu berarti ilmu yang dimiliki
oleh manusia belum sampai dengan apa yang ada didalam al-Qur’an, karena
sesungguhnya ilmu manusia tak akan mampu untuk memikirkan ciptaan Allâh swt.
Sebenarnya
inilah yang harus kita akui, tidak semestinya menggugat al-Qur’an dan
mengatakan apa-apa yang ada dalam al-Qur’an tidak rasional. Hati-hatilah dengan
perkataan kita terhadap kalâmullâh karaena ilmu kita belum sampai untuk
memikirkan ciptaan-ciptaanya.
Sesungguhnya
berbicara tentang manusia tanpa instrumen iman kepada Allâh, sama artinya
membicarakan sesuatu yang rumit dan cenderung tanpa jawaban yang pasti. Manusia
adalah makhluk yang memiliki “unsure ke-illâhian”, maka tidak mungkin
mendalami manusia tanpa melibatkan sang penciptanya.
Tugas Berat
Allâh
menciptakan manusia dengan beberapa tujuan, selain tujuan untuk beribadah dan
menjadi khalîfah di muka bumi sekaligus untuk menjaga bumi agar selalu
konsisten berputar pada porosnya. Selain
itu manusia juga diperintahkan utuk mencari kehidupan yang layak bagi hidupnya
di alam semesta ini.
Tugas
manusia sebagai khalîfah dimuka bumi ini tak semudah membalikan tangan karena
manusia yang Allâh karuniai dengan akal pikiran ini, memiliki karakter yang
berbeda-beda. Selain itu, tugas manusia sendiri adalah menjaga alam agar tetap
baik dan bukan pula sebaliknya. Alam bisa memberikan potensi yang baik bagi
manusia bila saja manusia bisa mengolahnya dengan baik dan benar. Tentunya manfaat
itu akan dirasakan oleh manusia itu sendiri.
Bukan
menghancurkan dan memanfaatkannya untuk kepentingan sepihak tanpa memikirkan
akibat yang akan diterima oleh manusia yang lain. Pemanasan global (global
warming) ialah salah satu bentuk keserakahan manusia yang menguras manfaat
alam ini tanpa memperdulikan akibat yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Kerusakan di bumi pada abad ini adalah akibat dari kelalaian manusia terhadap
tugasnya sebagai pengemban amanah.
Sebagai
contoh adalah dalam penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi) yang berlebihan
akan menghasilkan emisi gas buang, berupa arbon mono-oksida (co2) yang membuat
lapisan ozon di kutub utara semakin menipis. Akibatnya suhu dibelahan kutub
utara naik sebesar 1-3 derajat celcius, es di kutub utara mencair menyebabkan
naiknya permukaan air laut. Terjadi perubahan iklim yang ekstrim, perbedaan
antara musim hujan dan musim panas menjadi tidak jelas, dan lain sebagainya.
Menurut
para pemerhati lingkungan baik individu maupun institusi/kelembagaan,
menyimpulkan bahwa hal ini terjadi akibat kerusakan dan perubahan ekosistem
yang luar biasa akibat perlakuan tidak ramah terhadap sumber-sumber daya alam
yang selama ini menjadi tumpuan pendapatan ekonomi. Penebangan hutan dan
pemanenan hasil alam dilakukan dengan cara yang tidak sehat, bahkan melanggar
norma sehingga terjadi kerusakan lingkungan.
Fakta
terjadinya kerusakan alam saat ini tidak dapat dipungkiri, terutama di
Indonesia, kerusakan yang terjadi akhir-akhir ini terjadi akibat dari keruakan
alam yang sangat berdampak terhadap kehidupan manusia. Disamping itu, setiap
tahun bahwa negara kita menghasilkan jutaan ton sampah yang tak terkelola
dengan baik, ditambah dengan adanya banjir. Ditambah lagi dengan udar di
kota-kota besar telah tercemar akibat indusri dan buruknya system trasnsportasi.
Bila kita
telaah lebih lanjut, permasalahan yang kini dihadapi oleh umat manusia pada
umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai
peristiwa yang harus terjadi sebagai sebuah proses dinamika alam. Kedua,
sebagai akibat perbuatan manusia itu sendiri. Kedua bentuk kejadian di atas
mengakibatkan ketidaksimbangan pada ekosistem dan ketidaknyamanan kehidupan
makhluk hidup baik manusia, flora maupun fauna.
Jika dibandingkan
dengan yang pertama, jelas kalah. Kerusakan yang terjadi diseluruh belahan
dunia tak lain adalah akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Kini sebagian penduduk dunia ini sudah menyadarinya dan mengusung jargon “Go
Green”. Langkah ini dipandang mampu untuk mengurangi kerusakan alam yang
telah terjadi. Namun, jumlah orang yang sadar terhadap lingkungan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan orang yang merusaknya.
Epilog
Manusia
sebagai pengemban amanah, penjaga dan khalifah hendaknya memperhatikan apa - apa
yang menjadi tanggung jawabnya di muka bumi ini. Tak selamanya menguras manfaat
yang ada di dalam isi bumi ini, melalinkan menjaganya agar terus berputar
dengan semestinya, dan jangan sampai membuatnya “oleng”. Semua ini
dikembalikan pada kita (manusia) sendiri karena manusialah yang diberikan
kekuasaan untuk mengurusnya, apalagi sudah jelas-jelas mengetahuinya.
Kini tak
hanya di Jakarta saja terjadi banjir, tetapi hampir di daerah lain pun
ikut-ikutan kena banjir ketika musim hujan turun. Semua kejadian-kejadian alam ini,
pastilah ada kaitainnya dengan manusia. Dalam al-Qur’an Allâh berfirman : “ Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Rûm [30] : 41)
Dalam ayat
lain Allâh menjelaskan bahwa manusia tidak merasa bahwa kerusakan itu dilakukan
oleh tangan-tangan mereka sendiri dan mengatakan bahwa mereka itu melakukan
perbaikan. “Artinya : dan bila dikatakan kepada
mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]". mereka
menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah,
Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar. (Qs. Al-Baqarah (02) : 11-12)
Agama harus
dipahami dalam arti yang lebih luas dan dijadilan basis manusia dalam
berprilaku terhadap lingkungannya, sehingga manusia tidak memperlakukan dunia
ini seenaknya saja dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, tanpa
memikirkan nasib dunia ini. "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'râf [07]: 96). Jika manusia sadar betul akan semua tindak
dan tanduknya sebagai khalîfah, tentu yang ia lakukan adalah menjaga dunia seutuhnya.
Semua ini akan terwujud bila umat muslim berlandaskan dengan tuntunan yang di
gariskan oleh Allâh dan Rasûlnya.
Amir Hamzah
Santri dan Mahasiswa UII
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.