Tadinya aku kira telat, setiba di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) mobil xenia putih telah berada diparkiran. “waduh Pak Idrus kayaknya sudah datang..” batinku. Tetapi dengan keberanian yang aku miliki aku tetap berjalan menuju ruang kerja beliau. Dengan membaca bismillah aku memasuki ruangan dosen-dosen FIAI. Ternyata, taka da satu orang pun yang aku temui di dalamnya. Ruangan Pak Idrus pun terlihat masih tertutup, kunci ruangannya juga masih tergantung di lubang kunci pintunya. Ini menandakan bahwa baru karyawan/office boy yang membersihkan ruangan beliau.

Pikiranku kembali terbang ke jauh. Yang ada dalam benak ku pada waktu itu “bagaimana jika pak idrus sudah masuk kelas?? Bisa repot kalo kayak gini..” tetapi dengan sabar aku berjalan meninggalkan ruangan beliau dan menuju hall. Disana aku melihat-lihat madding yang berada ditengah-tengah hall. Mading tersebut sudah ada semenjak aku masuk sebagai mahasiswa baru, rasanya taka da yang erubah dengan madding ini gumamku dalam hati.

Sambil mencari-cari informasi jadwal seminar proposal skripsi, tiba-tiba kau dikagetkan dengan suara laki-laki tua. Dari suaranya aku sudah dapat mengenali siapakah lelaki tua itu. Pak Muhanam, begitulah ia disapa. Orangnya kecil dan kurus, serta memiliki jangggut yang lumayan panjang sudah keputih-putihan tetapi tidak lebat. Dengan gayanya yang khas, pak Muhanam menyalami ku dan kamipun salig bertegur sapa ditengah hall FIAI.

Suasana FIAI begitu sunyi, dari kesunyian tersebut terdengarlah suara orang yang aku tunggu seklaigus aku cari-cari. Aku yakin suara itu adalah suara pak idrus. Dengan langkah yang pasti aku segera menuju ke sumber suara tersebut, tampaklah lelaki yang berumuran sekitar 50an, dengan berbalut kemeja ungu tua panjang dan celana bahan yang berwarna hitam. ikat pinggangnya terlihat sudah begitu lama dibandingkan dengan baju dan selana yang beliau kenakan.

Perawakan beliau tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu kurus, rambut beliau cukup tebal dan berkumis tipis. Bentuk mukanya besar, agak bulat serta sangat sulit untuk tersenyum. Begitulah tampak beliau dari fisik depannya.

Dengan mantap akupun memasuki ruangannya beliau. Tanpa dipersilakan duduk pun aku langsung duduk didepan meja beliau, karena pak idrus saat itu sudah duduk di kursinya. Dengan basa-basi aku membuka percakapan, setelah ngobrol sejenak aku langung mengalihkan pembicaraan pada pagi itu. “begini pak.. ketika saya mengajar TPA, saya akhirnya menemukan sebuah judul… bla..bla..bla..” dari cerita tersebut aku sampaikan bahwa permasalahan itulah yang  akhirnya membuat saya tergelitik untuk membahasnya di skripsi ini.

Ketika pak idrus bertanya lebih jauh, dengan mantap saya jawab pertanyaan bapak sudah ada dibuku ini…  beliau langsung terkejut dan bertanya “buku siapa kui??” “saya kira bapak kenal beliau”. Jawab ku. sambil menyodoran buku. Oh iya pak judul skripsi saya tentang ini “patpadk”

Ya sudah, bagus itu… terus mau penelitian di mana??? Mungkin disleman saja pak. Kenapa gak di daerah mu?? Waduh pak kurang pas. Masyarakatnya belum terbiasa dengan baca tulis.

Tak lupa saya meminta do’a dari belia. “do’a juga harus di lakoni… percuma do’a juga kalo tanpa usaha”. Secepatnya dikerjakan. Begitu pesan beliau. Dengan perasaan senang dan lega akhirnya akupun berpamitan meninggalkan ruangan beliau.

Ternyata, salah satu teman pun sudah berada di depan ruangan pak idrus. Ia juga baru mau mengajukan judul skripsinya. Namanya Hari Sulistiantoro ia berasal dari Bekasi.

Yogyakarta, 28/maret/2013

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme