Sabtu (25/01/14), sekitar pukul 10.15 kami berangkat menuju kampus terpadu UII (Universitas Islam Indonesia) jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta. Dalam rangka menghadiri acara wisuda salah satu sahabat kami, Tubagus Syukron Tamimi, S.Sy (sarjana syariah) itulah nama resmi dan gelar di belakangnya.

Meski datangnya telat, ternyata kami masih sempat mengucapkan selamat padanya. Saya yakin, hari ini merupakan hari yang begitu spesial dan istimewa baginya. Inilah capaian awal yang saat ini sudah dinanti-nanti semenjak pertama kali hijrah ke kota gudeg. Tak terasa ternyata waktu cepat berlalu dan apa yang dicita-citakan kini telah diraih. Selamat ya Gus...

"Untung saja, gempa tadi gak pas acara wisuda.. wah bisa kacau acaranya." Ucap salah satu teman. Memang betul apa yang disampaikan, apa jadinya ya. Alhamdulillah begitu acara selesai, dan sudah pada pulang barulah gempa yang lumayan kuat (ini yang saya alami pertama kali) terjadi. Katanya 6.5 Skala Ritcher (SR), dan pusatnya di Kebumen. Demikian info singkat itu saya dapatkan dari teman yang dapat informasi dari ponsel nya.

***

Setelah mengucapkan selamat, saya ikut beberapa teman untuk mengucapkan selamat kepada teman-teman yang lain juga. Kami pun memilih untuk masuk kedalam aula gedung Kahar Mudzakkir. Ternyata di sana masih banyak wisudawan yang sedang mengabadikan momen bersejarahnya masing-masing. Tapi hanya bertemu sebagian saja, teman yang kami cari ternyata sudah pulang duluan.

Mengetahui hal itu, kami pun memilih untuk berpisah dan berpencar. "nanti kita ketemu di lantai dua (mesjid Ulil Albab) di shap pertama pas shalat dzuhur nanti..." demikian ucap salah satu sahabat sebelum kami berpisah. Saya ikut dengan dua orang sahabat terbaik. Kami ngobrol dan bercanda sambil duduk di kursi wisuda yang berwarna merah.

Setelah agak lama duduk-duduk, kami pun memutuskan untuk naik ke lantai dua. "Eh itu eskalatornya sudah jalan, yuk naik ke mesjid, sudah adzan juga nih..." demikian bujuk ku pada mereka. Di sepanjang tangga eskalator yang berjalan lembut, kami masih asyik ngobrol dan bercanda, hingga kami pun tiba di lantai dua.

Memasuki mesjid dari sebelah utara, kami disambut dengan pintu kaca dan beberapa kursi dan tempat sandal yang sudah disediakan pihak mesjid. Saya mengambil arah ke kiri dan langsung menuju tempat wudhu. Seperti biasa, mesjid itu selalu ramai dan banyak orang yang keluar masuk untuk berwudhu. Di dalam juga ternyata masih banyak orang yang sedang berwudhu.

Suara gemericik air yang keluar dai kran-kran itu memberikan nyayian yang begitu indah dan tampak unik. Keran yang di pasang melingkar tampak begitu indah dipenuhi orang yang berwudhu. Sedangkan yang lain memanfaatkan kran yang ada di dinding, layaknya seperti yang sering kita temui di kebanyakan tempat.

Selesai mengambil air wudhu, saya pun langsung mengambil posisi dan menunaikan sunah qabliyah dua rakaat. Sambil menunggu iqamah, saya sempat merenung dan sejenak dengan apa yang sudah saya perbuat (muhasabah). Tak lama iqamah pun dikumndangkan, saat itu saya berada di shaf kedua dari depan.

Ketika shalat sudah mendapatkan rakaat ke tiga, goyangan itu perlahan mulai terasa. Lama kelamaan malah semakin kuat dan saya yakin semuanya dapat merasakan. Tetap karena posisinya sedang shalat tentu lebih memilih untuk menjaga shalat ketimbang membatalkannya. Meskipun ketika sedang shalat hatinya sudah was-was (tepat seperti yang saya rasakan).

Usai shalat dan dzikir, barulah cerita unik keluar dari beberapa teman-teman yang lain. Ada yang pas lagi sujud bacaannya "asatgfirullah.. astagfirullah..." ada juga yang sudah pasang kuda-kuda mau lari, bahkan ada ada yang bilang saya lagi mikir kemana-mana, terus ada gempa, jadi serasa langsung diingetin sama Allah. Inilah beragam cerita dan respon teman-teman ketika merasakan gempa.

Kalau saya pribadi memilih untuk tenang, walaupun hati agak sedikit was-was. Sesuatu yang paling saya khawatirkan ialah kubah Mesjid Ulil Albab runtuh dan menimpa kami yang sedang sholat berjama'ah. Dan kebertulan juga tidak ada yang lari, sebab kalau ada yang lari pasti banyak yang ikutan. Alhamdulilah waktu itu saya juga berpikir, saya ini sedang sholat. Jika mati, insya Allah dalam keadaan baik.

Saya kira semua jamaah pun berpikir sama, sehingga tidak ada yang membatalkan sholat dan memilih untuk lari. Seusai sholat saya berucap syukur, karena masih diberikan keselamatan dan tidak ada apapun yang terjadi. Meskipun gempa tersebut menurut saya begitu besar, apalagi kami sedang berada di lantai dua, dan itu tengah-tengah. Bangunan Mesjid Ulil Albab memiliki tiga lantai. Apa jadinya jika mesjid itu roboh dan kami berada di tengah? Keselamatan ini wajib untuk disyukuri bukan?.

Setelah saya cari informasi dari berbagai media, ternyata gempa dengan kekuatan 6,5 skala Richter (SR) itu terjadi pukul 12.14, Sabtu (25/1/2014), dengan kedalaman 48 kilometer dan 104 kilometer barat daya Kebumen, Jawa Tengah. Hampir seluruh Yogyakarta merasakan ini, seperti di daerah Gunung Kidul, beberapa orang terlihat panik dan keluar rumah.[]

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme