Ini adalah catatan dan sekaligus pengalaman yang pernah saya rasakan. Untuk tempat dan daerah mana yang saya maksudkan, sengaja dirahasiakan. Tujuannya ialah untuk menjaga dan melindungi "image" dari nama tempat tersebut. Tetapi yang jelas ini adalah kritikan dan sekaligus masukan bagi kita bersama selaku muslim.
Sore itu waktu menunjukan pukul 18.00. Posisi ku berada di sebuah mall, sebut saja di kota A. Ketika itu gemuruh suara adzan berkumandang, tanda panggilan untuk menunaikan sholat bagi mereka yang beragama islam. Karena waktu itu posisiku berada di mall, maka yang pertama kali ku cari adalah karyawan yang ada di mall.
Tujuannya adalah untuk menanyakan keberadaan mushola/tempat sholat. Setelah mencari, akhirnya aku dapati karyawati yang sedang berjaga. “permisi mbak.. numpang tanya ya… kalau boleh tahu mushola nya dimana ya???” tanyaku kepada karyawati tersebut.
Alangkah kaget dan tercengang.. ketika jawaban yang ku terima dari karyawati tersebut seperti ini “waduh mas gak ada mushola di sini, mungkin di luar ada..” tegasnya.
Sambil geleng-geleng kepala dan seolah tak percaya, dalam hatiku bergumam, "Kok bisa tempat segede itu tidak ada mushola?? apakah semua karyawan/ti tak pernah sholat... atau jangan-jangan mereka semuanya non muslim??
Pada waktu itu yang ada di dalam pikiranku adalah bagaimana menunaikan kewajiban sebagai hamba. Aku tidak mempedulikan kesibukan mereka yang ada di mall. Tapi yang masih terngiang dalam pikiranku saat itu ialah "orang-orang yang ada di tempat ini sholatnya dimana? padahal tempat sebesar dan seramai ini tidak ada tempat shalat..."
Kalau kita bermain logika, kita bisa membandingkan. Mungkin hanya beberapa persen saja orang yang sholat dibandingkan dengan orang yang tidak menunaikan sholat. Jika benar demikian, sungguh miris dan amat disayangkan, padahal indonesia terkenal dengan pemeluk islam terbesar dunia, namun semuanya hanya di KTP.
Jika jumlah ini kita akumulasikan, dijumlahkan dengan seluruh penduduk yang ada di indonesia, berarti bisa ditentukan jumlahnya berapa banyak, dan bisa dipastikan lebih banyak yang tidak sholat daripada orang yang menunaikan sholat. Padahal sudah jelas dalil dan keutamaan dari ibadah yang satu ini.
Amat disayangkan, jika kehidupan ini hanya diorientasikan kepada kebutuhan duniawi semata. Padahal hidup itu tak hanya di alam ini, melainkan ada kehidupan setelah kematian. di sinilah penentuan kita masing-masing, apakah kita manusia yang baik [taat] ataukah manusia yang jahat [lalai/ingkar/tidak taat perintah tuhan].
Pantas saja alam ini terasa begitu panas dan gersang, Ternyata manusia lah salah satu penyebabnya kegersangan tersebut. Ternyata banyak orang yang jahat [lalai/ingkar/tidak taat] daripada orang yang baik [taat]. Sehingga yang muncul ialah aura setan dan membuat panas. Lain halnya jika banyak manusia yang taat, maka yang ada dan yang dirasakan adalah kenyamanan, kedamaian dan kesejukan.
Yuk kita coba introspeksi diri dan sekeliling kita. Fasilitas-fasilitas keagamaan terutama bagi penganut agama yang mayoritas seharusnya lebih mudah untuk dijumpai. Apalagi di tempat-tempat yang ramai dan banyak orang yang berkumpul. Padahal kalau kita perhatikan, jaman dahulu masjid itu dibangun dekat dengan alun-alun. Tujuannya orang yang berkumpul di alun-alun kalau memasuki waktu shalat bisa menunaikan shalat di sana.
Kalau tata letak bangunan dahulu bisa berpikir sampai ke sana, kenapa di jaman sekarang sering dikesampingkan. Bila perlu jangan beri izin pembangunan mall-mall yang tidak memiliki masjid di dalamnya. Sebab, bagi umat muslim, menunaikan shalat merupakan kewajiban dan kebutuhan, tak peduli sedang bepergian atau sakit sekalipun.
Jika meninggalkan shalat berarti ancaman Allah berlaku. Semoga kita diberikan kekuatan untuk terus menjaga shalat kita. Boleh jadi kesulitan dan bencana yang kita terima disebabkan karena kita sering meninggalkannya. Seorang kyai dalam pengajiannya berpesan "Agama itu mudah tetapi jangan diremehkan.. Shalat itu mudah jangan sampai kita meremhekan dan meninggalkannya.... "
Boleh jadi selama ini doa-doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, disebabkan karena kita meremehkan shalat. Mengakhirkan, menunda-nunda dan naudzubilah jika sampai meninggalkannya. Berapa kali dan berapa banyak kita melakukan ini? berarti berapa kali juga Allah pending doa-doa kita.
Inikah balas budi kita terhadap Rasulullah yang sudah memperoleh sebagai hadiah istimewa. Bahkan Rasulullah sendiri yang datang dan menghadap kepada Allah untuk mengambilnya. Yuk kita renungi kembali nilai-nilai dan tujuan dari ibadah shalat ini, dan jangan sampai melalaikannya. Ini adalah kritika untuk diri sendiri dan bagi pembaca yang budiman.
Semoga bermanfaat. []
Sore itu waktu menunjukan pukul 18.00. Posisi ku berada di sebuah mall, sebut saja di kota A. Ketika itu gemuruh suara adzan berkumandang, tanda panggilan untuk menunaikan sholat bagi mereka yang beragama islam. Karena waktu itu posisiku berada di mall, maka yang pertama kali ku cari adalah karyawan yang ada di mall.
Tujuannya adalah untuk menanyakan keberadaan mushola/tempat sholat. Setelah mencari, akhirnya aku dapati karyawati yang sedang berjaga. “permisi mbak.. numpang tanya ya… kalau boleh tahu mushola nya dimana ya???” tanyaku kepada karyawati tersebut.
Alangkah kaget dan tercengang.. ketika jawaban yang ku terima dari karyawati tersebut seperti ini “waduh mas gak ada mushola di sini, mungkin di luar ada..” tegasnya.
Sambil geleng-geleng kepala dan seolah tak percaya, dalam hatiku bergumam, "Kok bisa tempat segede itu tidak ada mushola?? apakah semua karyawan/ti tak pernah sholat... atau jangan-jangan mereka semuanya non muslim??
Pada waktu itu yang ada di dalam pikiranku adalah bagaimana menunaikan kewajiban sebagai hamba. Aku tidak mempedulikan kesibukan mereka yang ada di mall. Tapi yang masih terngiang dalam pikiranku saat itu ialah "orang-orang yang ada di tempat ini sholatnya dimana? padahal tempat sebesar dan seramai ini tidak ada tempat shalat..."
Kalau kita bermain logika, kita bisa membandingkan. Mungkin hanya beberapa persen saja orang yang sholat dibandingkan dengan orang yang tidak menunaikan sholat. Jika benar demikian, sungguh miris dan amat disayangkan, padahal indonesia terkenal dengan pemeluk islam terbesar dunia, namun semuanya hanya di KTP.
Jika jumlah ini kita akumulasikan, dijumlahkan dengan seluruh penduduk yang ada di indonesia, berarti bisa ditentukan jumlahnya berapa banyak, dan bisa dipastikan lebih banyak yang tidak sholat daripada orang yang menunaikan sholat. Padahal sudah jelas dalil dan keutamaan dari ibadah yang satu ini.
Amat disayangkan, jika kehidupan ini hanya diorientasikan kepada kebutuhan duniawi semata. Padahal hidup itu tak hanya di alam ini, melainkan ada kehidupan setelah kematian. di sinilah penentuan kita masing-masing, apakah kita manusia yang baik [taat] ataukah manusia yang jahat [lalai/ingkar/tidak taat perintah tuhan].
Pantas saja alam ini terasa begitu panas dan gersang, Ternyata manusia lah salah satu penyebabnya kegersangan tersebut. Ternyata banyak orang yang jahat [lalai/ingkar/tidak taat] daripada orang yang baik [taat]. Sehingga yang muncul ialah aura setan dan membuat panas. Lain halnya jika banyak manusia yang taat, maka yang ada dan yang dirasakan adalah kenyamanan, kedamaian dan kesejukan.
Yuk kita coba introspeksi diri dan sekeliling kita. Fasilitas-fasilitas keagamaan terutama bagi penganut agama yang mayoritas seharusnya lebih mudah untuk dijumpai. Apalagi di tempat-tempat yang ramai dan banyak orang yang berkumpul. Padahal kalau kita perhatikan, jaman dahulu masjid itu dibangun dekat dengan alun-alun. Tujuannya orang yang berkumpul di alun-alun kalau memasuki waktu shalat bisa menunaikan shalat di sana.
Kalau tata letak bangunan dahulu bisa berpikir sampai ke sana, kenapa di jaman sekarang sering dikesampingkan. Bila perlu jangan beri izin pembangunan mall-mall yang tidak memiliki masjid di dalamnya. Sebab, bagi umat muslim, menunaikan shalat merupakan kewajiban dan kebutuhan, tak peduli sedang bepergian atau sakit sekalipun.
Jika meninggalkan shalat berarti ancaman Allah berlaku. Semoga kita diberikan kekuatan untuk terus menjaga shalat kita. Boleh jadi kesulitan dan bencana yang kita terima disebabkan karena kita sering meninggalkannya. Seorang kyai dalam pengajiannya berpesan "Agama itu mudah tetapi jangan diremehkan.. Shalat itu mudah jangan sampai kita meremhekan dan meninggalkannya.... "
Boleh jadi selama ini doa-doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, disebabkan karena kita meremehkan shalat. Mengakhirkan, menunda-nunda dan naudzubilah jika sampai meninggalkannya. Berapa kali dan berapa banyak kita melakukan ini? berarti berapa kali juga Allah pending doa-doa kita.
Inikah balas budi kita terhadap Rasulullah yang sudah memperoleh sebagai hadiah istimewa. Bahkan Rasulullah sendiri yang datang dan menghadap kepada Allah untuk mengambilnya. Yuk kita renungi kembali nilai-nilai dan tujuan dari ibadah shalat ini, dan jangan sampai melalaikannya. Ini adalah kritika untuk diri sendiri dan bagi pembaca yang budiman.
Semoga bermanfaat. []