Minggu 11/08/13, Pagi itu cuaca Kampung Pancur begitu cerah. Kira-kira waktu itu,
jarum jam sudah menujukan pukul 7.30. Tak lama, suara dering Handphone terdengar. Tanda
sebuah SMS masuk ke nokia tipe N1280. Ternyata Asep
Budianto pengirimnya, ia salah satu sahabat ngaji ketika
di kobong (pesantren) dulu. Asep menanyakan acara jalan-jalan ke Pantai Sawarna.
Pukul 10 Asep tiba di rumah. Setelah konfirmsi tentang Pantai Sawarna
dari beberapa teman disana, ternyata jalanan macet total. Jika kami
paksakan tentunya gak baik dan malah tidak menyenangkan. Ketika itu kami
merasa kebingungan tentang tempat wisata mana yang akan kami kunjungi.
Kamipun dapat plan B. tanpa pikir panjang kami memutuskan untuk
memilihnya. Lagi-lagi teman Asep ada orang sana. Kami pun menyuruh Asep
untuk mengontek sahabatnya itu. Setelah dihubungi ternyata bisa, dan ia
sangat welcome dengan kedatangan kami. Akhirnya sekitar pukul
11.30 kami berangkat menuju Ciboleger -Baduy. Suhendi itulah nama
sahabat Asep, kalau tidak salah rumahnya terletak di Kampung Bengkung.
Perjalanan menuju Ciboleger lumayan dekat dari rumah
Suhendi, kurang lebih sekitar 3 kilometer. Kami, dari rumah menuju Ciboleger mengambil
jalan dari arah terminal Aweh-Rangkasbitung. Kami tiba di Kampung Bengkung sekitar
pukul 13.30. Setelah tiba disana, kami disambut dengan hangat oleh keluarga
Hendi, kamipun ngobrol dengan keluarganya. Disana kami disuguhi kue dan minum,
kami juga menumpang makan dan sholat dzuhur.
Setelah selesai mengisi perut dan sholat, kami pun langsung
menuju ke Ciboleger. Begitu tiba di ciboleger, kami disambut dengan gapura yang
bertuliskan selamat datang dan tugu khas ciboleger. Tugu yang berebentuk slider
dan diatasnya terdapat keluaraga baduy yang sedang mengangkat tangan kirinya
seolah memberikan sambutan yang hangat bagi kami.
Patung keluarga yang ada diatas tugu hanya empat orang.
Bapak, ibu, dan dua orang anak yaitu laki-laki dan perempuan. Setelah
diperhatikan ada yang aneh, kok mereka mengenakan pakaian putih, bukankah baduy
itu terkenalnya dengan pakaian khas hitam-hitam? Telisik punya telisik,
ternyata suku baduy yang mengenakan pakaian hitam-hitam ialah Baduy luar.
Sedangkan baduy dalam mengenakan pakaian putih. Inilah perbedaannya.
Setelah memarkirkan motor ditempat penitipan, Asep, Hendi, Ambar,
Tajul, dan Amir; kami berlima menyusuri jalan dan memasuki kampung baduy. Kami
disambut dengan rumah-rumah khas suku baduy disebelah kanan dan kiri. Di rumah
mereka terdapat kain-kain dan aksesoris yang dijajakan. Tak hanya itu ada tas
tempat air, gantungan kunci, madu, slayer, dan obat-obatan khas baduy.
Begitu masuk area perkampungan baduy luar, kami menapaki
bebatuan yang tersusun rapih. Rumah panggung khas baduy begitu sejuk dan tampak
unik untuk dipandang. Sepanjang perjalanan, taka da satupun rumah yang terbuat
dari tembok batu bata maupun batako. Yang tampak hanyalah dinding rumah yang terbuat dari anyaman bamboo
dan begitu juga dengan lantainya yang menggunakan bambu (amben).
Kampung yang pertama kami masuki ialah kampung balimbing,
setelah sekitar 5 menit keluar dari kampung balimbing, kami tiba di kampung
cimarengo. Setelah berjalan menyusuri jalanan sekitar 10 menit kami tiba di
kampung gajeboh. Yaitu kampung dimana merupakan kampung penghubung antara baduy
luar dan baduy dalam.
Disanalah terdapat jembatan yang terbuat dari bamboo yang
diikat tersusun satu dengan yang lainnya. Bamboo-bambu itu diikat pada dua pohon
angsana yang berada tepat ditepi sisi sungai. Jembatan itu tampak begitu indah
dan kokohnya. Tapi sayang jembatan itu sudah terlihat kusam karena bambunya
sudah terlihat kehitam-hitaman. Bahkan ada yang sudah kerpos dan harus segera
diganti.
Dikapung Gajeboh
kami mewawancari satu orang warga yang saat itu sedang asyik menenun. Bi Yassih
itulah namanya. Ia memiliki dua orang anak, tatapi kedua anaknya sedang membantu sang ayah di kebun
(huma).
Tak hanya itu, kami juga berkenalan dengan anak-anak suku
baduy. Mereka adalah arsidah (14) kasti (12) karinah (14) asri (15) dan anni
(10).
Orang abduy masih memegang teguh kebudayaannya pepatah orang Baduy yang banyak
ditulis di kaos-kaos berbunyi : “lojor teu meunang dipotong, pondok
teu meunang disambung, kurang teu meunang ditambah, lewih teu meunang dikurang…”
Artinya, panjang
tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung, kurang tidak boleh
ditambah, lebih tidak boleh dikurangi.... jadi apapun itu yang allah berikan
terimalah dengan rasa syukur, tanpa harus mengubahnya sedikitpun.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.