Tahun 2013, kata selfie resmi menjadi salah satu kata yang dimasukan kedalam kamus oxford sebagai salah satu perbendaharaan kata. Entah siapa yang memulai kata tersebut dan siapa pencetusnya. Tidak terlalu penting untuk diketahui, tetapi yang harus dimengerti ialah arti dari kata itu sendiri.

Selfie yaitu berpose/memoto sendiri dengan menggunakan kamera handphone kemudian diupload ke jejaring social. Bahkan saat ini sudah disediakan tongsis (tongkat narsis) bagi mereka yang suka selfie.

Narsis sendiri hampir mirip dengan Selfie. Tetapi sebetulnya narsis itu lebih kepada sifat, bukan perilaku.

Menurut psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, selfie merupakan bagian dari narsis. Sedangkan narsis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya.

"Selfie mewakili satu elemen narsistik, selfie kan prilaku memotret. Narsis adalah lebih kepada mencintai diri sendiri. Pamernya nggak cuma wajah, bahkan berhadapan dengan orang maunya menang sendiri, yang penting diri sendiri daripada orang lain. Itu kan narsis," jelas Kasandra (wolipop.detik.com)

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist).

Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam.

Ia sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis. (id.wikipedia.org)

Selfie; Kebebasan Berekspresi
Seren Haf Gibson, seorang mantan model terkenal di daratan Inggris, mengatakan bahwa berpose sedemikian rupa dengan angle tertentu kemudian mengabadikannya dengan menggunakan kamera di smartphone dan mengunggahnya di jejaring sosial atau internet adalah bentuk dari peluapan atau pemberdayaan diri sendiri serta ungkapan kebebasan berekspresi. (merdeka.com)

Dulu, jika ingin ‘mempublikasikan diri’ caranya cukup sulit, harus membuat tulisan yang berbobot dan bagus, kemudian dikirim ke tabloid, majalah atau Koran. Tetapi saat ini hal yang demikian tidak perlu lagi, cukup mempostingnya di jejaring social dan hanya beberapa menit saja semuanya sudah dilihat orang banyak.

Ketika hasil postingan tersebut di-like atau dikomentari dengan komentar yang positif, hal ini menambah kepuasan tersendiri bagi sipemiliknya. Merasa dihargai dan diperhatikan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Tetapi tidak sedikit yang ‘kebablasan’ dengan postingannya. Aib dan foto-foto tidak layak ‘dikonsumsi’ publik pun ikut diposting.
***
Kemarin, (Jum’at, 3 Okt 2014) Saya digemparkan dengan sebuah berita ibadah haji. Bukan karena berita tentang duka-cita atau kejadian seputar ibadah haji seperti biasanya. Berita ini tidak ada sangkut pautnya dengan salah satu rukun ibadah haji, tetapi banyak yang melakukannya, yaitu selfie dengan latar belakang ka’bah.

Sangat kecil memang, dan cukup sepele, tetapi menurut saya pribadi hal yang demikian dapat menggugurkan pahala dari ibadah haji itu sendiri. “kegiatan itu (selfie) mirip seperti yang dilakukan turis (red). Demikian kata ulama Mekah.

Sudah sangat jelas, hal yang demikian menggugurkan nilai-nilai ibadah haji. Sebab rasulullah saw selama menjalankan ibadah haji dengan penuh khusyuk dan rendah hati. Ulama - ulama Mekah pun mengeluhkannya. dan mengecam keras atas aksi ini.

Ulama Jeddah, Sheikh Assim Al-Hakeem, mengatakan, “Ketika Rasul (Muhammad SAW) melakukan ibadah haji, ia berkata: ‘Allah, saya melakukan ibadah tanpa bermegah-megahan dan sombong hati.’ Melakukan selfie dan merekamnya di video sama saja menentang harapan Rasul kita.”

Pendapat saya, kegiatan selfie itu boleh-boleh saja, selama dalam batas wajar (tidak berlebihan). Silakan untuk selfie, selama kegiatan yang dilakukan bukan menyangkut hal-hal ibadah. Tapi jika selfie yang dilakukan sudah menyangkut kedalam urusan ibadah, jangan sampai dilakukan. Sebab akan merubah esensi dari ibadah itu sendiri. Allahu’alam []

Bersama alunan gema takbir
selamat I'ed al-Adha 1435 H

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme