Malam yang dingin, disertai dengan gemercik gerimis membersamai acara ngobrol bareng (ngobar) kami di Matto. Tepat pukul 21.00 kami memulai diskusi, tak lupa secangkir kopi panas dan snack, melengkapi suasana hangat malam itu bersama dengan ‘SINGO’ (santri rong ewu songo) yang berjumlah sepuluh orang.

Jauh jauh hari sebelum acara pernikahan Samsul Zakaria, kami selaku sahabat dan sekaligus teman satu asrama, satu angkatan dan sekaligus satu asrama di Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (PONPES UII) sudah menyusun satu rencana. Mulai dari akomodasi perjalanan, kado, dan bahkan sampai mobil serta harganya; semua sudah kami perhitungkan matang-matang. Intinya ada beberapa bahasan yang kami rampungkan, dari yang biasa hingga yang detail sekalipun.

Sehingga ditentukanlah satu itu orang kena berapa rupiah yang harus dikeluarkan (iuran atau patungan tepatnya). Setelah sepakat maka kami membahas masalah yang kedua, yaitu kado apa yang pas untuk hadiah pernikahan sahabat kami yang satu ini. Karena semuanya memiliki ide dan bagus, maka kami pun kebingungan. Karena tidak ditemukan kata sepakat, akhirnya kami membuat sebuah undian.

Undiannya begini, kami menghitung sesuai urutan duduk dari sebelah kanan duluan, lalu nomor tadi dituliskan di kertas. Nanti, jika nomer undiannya keluar, maka ia berhak membelikan hadiah tersebut. Tetapi ada dua syarat yang harus ia terima, pertama hadiahnya boleh apapun terserah, apapun itu intinya dibebaskan kepada yang bersangkutan dengan budget dari hasil iuran tadi. Kedua teman-teman yang lain tidak boleh tahu akan hadiah/kado tersebut, hingga yang bersangkutan membukanya.

Setelah dikocok, maka keluarlah nomer undian 4, teman kami, Ady Guswadi yang dapat nomer undian tersebut. Akhirnya bahasan untuk hadiah pun selesai. Pindah ke bahasan yang ketiga ialah bahasan kendaraan. Dengan pertimbangan dan beberapa survey yang dilakukan maka ada dua rekomendasi tempat rental yang bisa diambil. Tetapi harus menunggu konfirmasi tujuh hari sebelum keberngkatan.

Tempat yang kami tuju ialah Jawa Tengah, lebih tepatnya ialah kota Banjarnegara. Kira-kira perjalanan yang kami tempuh dari Jogja dengan rute Candi Borobudur sekitar 4 sampai 5 jam, tapi jika lewat Temanggung bisa lebih lama.  Ketika hari H, kami mengambil rute yang terdekat, tetapi ketika pulang kami menggunakan jalan yang lain.

Perjalanan yang cukup melelahkan dan membosankan, sehingga harus molor dan tida sesuai dengan harapan. Kami tidak sempat untuk menyaksikan akad nikhnya Samsul, dan kami juga tiba sekitar pukul 10.00, sedangkan akad sekitar 30 menit yang lalu.

Kami tiba ketika acara khutbah nikah dan prosesi sambutan dari pihak mempelai laki-laki, serta dari pihak mempelai perempuan. Pihak Samsul diwakili oleh Bapak Nur Wahid (Mas Nur) sedangkan dari pihak Melan, yaitu dr. Udin Ali Ahmad (Pamannya).

Ada pesan yang menarik disampaikan oleh dr. Udin Ali Ahmad selaku perwakilan mempelai perempuan dan sekaigus dosen di fakultas kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Papar beliau, kata "CINTA" adalah sebuah singkatan, pertama ialah huruf C. Cepat datang kalau dipanggil. Kalau kita cinta, maka ketika sang pujaan ini memanggil maka ia akan cepat menyahut dan datang secepat mungkin.

Kedua, huruf I yaitu Ingat selalu padanya, wajah dan semua yang menggambarkan tentang dirinya selalu ada dan menari-nari di atas kepala. Rasanya tak bisa lepas dari memikirkan sang pujaan hati.

Ketiga, huruf N yaitu Nikmat kalau bertemu, tidak ada yang paling mengesankan dan membahagiakan, selain moment untuk bertemu. Rasanya dunia ini hanya milik berdua, dan yang lain seperti numpang. hahaha

Keempat, huruf T yaitu Tetap setia padanya, jika memang kita cinta, dan betul-betul mencintainya maka harus setai dengan pasangan. Kalau meminjam perkataannya pak Mario tegus “setia pada pasangan itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang pribadinya sangat luar biasa..”

Kelima, Huruf A yaitu Apa saja untuknya, jika sudah cinta segalanya hanya untuk dia seorang. Bahkan nyawapun tidak segan untuk ia korbankan demi seseorang yang sangat ia cintai. Tetapi, Cinta yang hakiki ialah cinta kepada Illahi rabbi.

Gimana, sudah pahamkan ya? Tinggal dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak mesti untuk lawan jenis, tetapi digunakan kepada sanak-saudara juga malah lebih sesuai. Allahu'alam.[]

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme