Hari kamis, aku berangkat dari stasiun lempuyangan menuju Jakarta, tepatnya stasiun senen yang akan aku tuju. Sebelum berangkat, ku membeli tiket terlebih dahulu. Namun sayang, tiket yang akan aku beli ternyata semuanya habis. Cuma ada satu, itupun mahal banget dan gak sesuai dengan uang yang ku punya saat itu. “mas keretanya sudah habis semua, yang ada kereta ekonomi AC yaitu Gajah Wong. Harganya seratus dua puluh ribu mas” kalo yang pukul 21.00 wib gak ada to mbak?? Tanyaku penasaran. “sudah habis mas.” Lagi-lagi jawaban itu yang aku terima.

Dalam posisi yang terdesak, aku berpikir “gimana kalo aku nekat, terus naik kereta tanpa beli tiket” gumamku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku mantap berjalan dan bilang ke penjaga kalau aku mau nemuin teman yang ada di dalam stasiun lempuyangan. Akupun dengan secepat kilat sudah berada di dalam stasiun.

Aku bersiap melakukan sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku tahu resikonya; aku siap nekat berangkat ke Jakarta tanpa membeli tiket. Walaupun ada peringatan “mulai tanggal 01 oktober 2011 kereta jarak jauh tidak melayani tiket berdiri.” Itulah bunyi tulisan pemberitahuan yang sempat ku baca di dinding dekat tempat membeli tiket di stasiun lempuyangan.

Raungan suara adzan telah hilang, tetapi aku belum sholat magrib. Maka bergegas aku mencari mushola yang berada di ujung stasiun, beberap saat aku sudah buka tas dan masuk tempat wudhu dan shlat magrib berjamaah.

Setelah semuanya beres ku lakukan, aku kembali ke tempat tunggu dan duduk di kursi yang telah disediakan bagi penumpang kereta yang menunggu kedatangan kereta. Sambil memandangi hilir mudik penumpang yang lain, serta para pedagang makanan, minuman dan lain sebagainya yang meneriakan dagangannya tiada henti kepada setiap orang yang berada di stasiun, supaya dagangannya bisa laku terjual. “nasi.. nasi.. nasinya mas pake ikan ayam.. mangewu” begitulah logat khas pedagang yang sering ku dengar di stasiun lempuyangan.

Tak lama aku menunggu, waktu sholat Isya pun telah datang. Suara adzan berkumandang dimana-mana memanggil, mengingatkan serta mengajak kepada umat muslim untuk melaksanakan sholat. Barang-barang yang aku bawa, ku angkut menuju mushola lagi. Aku sholat ketika sang imam sudah melantunkan ayat-ayat suci al-quran, tepatnya sudah di rakaat yang kedua. Tanpa pikir panjang maka aku langsung mencari posisi dan mengangkat tangan ke atas sejajar dengan daun telinga dan mengucapkan “allahuakbar” sambil ku niat melaksanakan sholat isya berjamaah.

 Setelah sholat isya aku kembai ke tempat tunggu semula. Setelah agak berapa lama, aku bertemu dengan salah satu teman kampusku, arif dan hary namanya. Ternyata arif sedang mengantarkan hary yang akan berangkat ke stasiun bekasi. Disana kami ngobrol banyak dan sambil duduk dalam kursi tunggu bersama-sama. “mir , kamu naek kreta apa?” Tanya hary. Naik kereta bengawan, tapi gak pake tiket. Jawabku sambil berbisik, soalnya takut terdengar sama calon penumpang yang lain. “hah kok bisa?” hary dan arif kaget. “ya bisa lah.. tadi pas ane mau beli tiket katanya dah abis semuanya, terus yang ada Cuma kereta mahal.

Gila ajah 120rb, uang dari mana tuh?? Yang ane bawa juga gak nyampe 50rb. ya udah dweh ane nekat, dan sekaligus pengen ngebuktiin kalo bisa naik kereta tanpa bayar tiket” kataku meyakinkan. “iya juga sih..”  kata mereka sambil tersenyum. “Huh gimana ane juga tadi kehabisan jadi ya terpaksa beli yang gajah wong.” ungkap Hary yang merasa kecewa.

Setelah lama menunggu akhirnya kereta hary pun tiba. “kereta gajah wong dari arah stasiun tugu kini telah tiba, harap kepada seluruh penumpang untuk mempersiapkan diri di jalur  dua.” Itulah bunyi pemberitahuan yang jelas suaranya.

Hary bersiap dan salaman terlebih dahulu, sebelum meninggalkan kami. Ia bergegas masuk kedalam kereta, hanya kami berdua yang masih asyik ngobrol.  Tak lama setelah hary jauh meninggalkan stasiun lempuyangan dengan gajah wongnya, arif pun berpamitan meninggalkan aku seorang diri di stasiun, hingga kereta yang akan aku tumpangipun tiba. Aku langsung mengambil posisi dan mencari tempat yang sesuai, nyaman dan tidak ada yang curiga jika aku naik kereta tanpa tiket, serta aku mampu mngawasi petugas yang akan memeriksa tiket.

Kini aku jauh meninggalkan stasiun lempuyangan, rasa pegal dan sakit menghampiri kakiku. Untung aku membaca Koran bekas yang sudah aku siapkan dari asrama, sebagai jaga-jaga siapa tahu gak dapet tempat duduk ketika di kereta nanti. Ternyata semuanya terbukti, aku menggelar Koran bekas tepat di pintu masuk kereta, dan berhadapan langsung dengan pintu toilet. Pintu toilet tersebut tidak memiliki kunci ataupun semisalnya, sehingga ketika ada yang mau buang air kecil atau sebagainya maka harus di pegang dari luar, agar tidak ada bau yang menghampiriku.

Aku berusaha untuk terjaga, agar bisa terus mengawasi petugas yang meminta tiket. Alhasil setelah 6 jam perjalanan aku pun tertidur juga, tetapi alangkah beruntungnya aku, petugas yang mengecek tiket ternyata tidak ada sampai aku tiba di setasiun senen.
***

Hari sudah menunjukan pukul 12.15, aku merasa lelah, dan capek. Rasanya badan ini sudah tidak karuan lagi, bayangkan saja seharian penuh aku berkeliling ibu kota seorang diri. Aku mencari tempat istirahat yang pas, namun tidak juga aku temukan hingga waktu menunjukan pukul 14.05 hingga akhirnya aku tiba di salah satu shelter bus way dan aku merasa nyaman disana.

Bangunan yang tinggi sekitar lima meter ini sangat nyaman, karena selain banyak angin yang bertiup aku juga bisa memandangi keramaian ibu kota dari dari atas. Setelah aku merasa puas, aku melanjutkan perjalanan menuju stasiun tanah abang untuk membeli tiket kereta yang akan membawaku kembali ke pengembaraan suci, yaitu tempat yang sangat istimewa bagiku yaitu jogja.

Setengan jam berlalu, aku telah tiba di stsiun tanah abang. “pak, kok loker tempat tiket yang ke arah jawa tutup??” tanyaku panik. “iya dek, tiketnya sudah habis” bapak itu menjawab dengan datar. “terus kapan lagi bukanya??” wajahku lemas. “paling besok pagi dek tiket bukanya, pukul 8 biasanya.” Aku langsung meninggalkan tempat loker tersebut dan menuju arah kereta jurusan joga tak lupa aku ucapkan terima kasih kepada bapak, yang memakai pakaian dinas hijau tai kuda . “Tampaknya aku harus melakukan rencana yang sama seperti yang aku lakukan pada saat akan berangkat ke Jakarta kemarin” pikirku.

 Aku duduk di gerbong kereta yang paling akhir, tujuannya adalah agar lolos dari pemeriksaan petugas tiket. Tenyata pemeriksaan yang dilakukan sangat ketat, akupun tidak bisa mngelek dari petugas dan harus diusir keluar dari kereta tersebut. Terpaksa aku menunggu kereta yang esok pagi, karena kereta dari stasiun tanah abang hanya ada satu kali. Terpaksa aku menginap di satsiun dan tidur di mushola terdekat, aku mengira mushola itu aman karena dari awal tiba disana tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan.

Aku tidur dengan tanpa perasaan waspada dan curiga.  Waktu subuh pun tiba, barang-barangku masih utuh dan lengkap. Setelah sholat subuh, aku berdziqir sejenak dan ketika menoleh ke arah barang-barang yang aku letakan, alangkah kaget dan seolah tidak percaya. Barang-barangku raib, semuanya hilang sudah tas, hape, uang, pokoknya semuanya saja.

Aku hanya punya pakaian yang aku kenakan saat itu, dan untungnya aku ingat nomer hape salah satu temanku tanpa pikir panjang aku meminta sms kepada penmpang yang sedang menunggu kereta. Setelah 20 menit barulah ia datang dan kuceritakan semua kronologisnya, ia memberiku uang 50.000 untuk ongkos kembali ke Jogja. Aku ucapkan beribu-ribu terima kasih padanya, terima kasih kawan atas pertolongannya, gak kebayang jika kamu gak nolongin aku, dan terima kasih juga pencuri, ini mungkin balasan buat aku yang sudah melakukan kesalahan [nekat naik kereta].


--------------------

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme