KISAH ini kualami sendiri. Pagi-pagi sekali ku sudah berada di mobil angkot berwarna kehitaman (orang-orang sini biasanya menyebut dengan sebutan angkot Nanggor). Ada buku, atau lebih tepatnya kitab yang akan kubeli di pasar Cibadak-Pandeglang.
Di sampingku juga sudah ada ibu-ibu sekitar 35 tahun umurnya, dan memakai perhiasan emas di tangan kanan dan kirinya. Gelangnya itu rame, persis buah kokosan coy. Taukan buah kokosan tea. Ditambah lagi cincin emas di jemarinya juga kayak batu akik gede-gedenya.
Bikin silau dan copet girang kesenangan, karena dapat sasaran empuk. Baginya ini buruan jinak dan gak usah capek-capek nyari. Buruannya dateng sendiri.
Penumang selain kami berdua, ada juga lelaki bertopi dan bertas ransel. Ditambah satunya lagi anak sekoah. Semuanya normal dan tak ada kejadian apapun.
Begitu turun dari angkot di pasar cibadak, ibu yang tadi di sebelahku teriak histeris. “Copet.. Copet..”
Lantas aku curiga dengan lelaki yang bertopi, pandanganku kuarahkan ke sekitar parkiran. Nyatanya orang itu belum jauh dan jalannya semakin cepat.
Ku kejar lelaki bertopi itu. Eh ada dua orang yang mencoba menghalangi jalanku. Aku sadar jika kedua orang ini masih gerombolannya.
Beruntung pernah belajar tapak suci, dua gerakan jurus yang kuambil sudah mampu melumpuhkan keduanya. Lelaki bertopi masuk ke dalam pasar, tapi dengan mudah pula kutemukan.
Begitu ditangkap, langsung saja kusapa “hai copet..” maka seliruh pasar, matanya tertuju padaku. Ia mengelak dan berdebat, tapi dengan sigap juga kubawa dia untuk ke tempat kejadian perkara.
Beruntung di sana sudah ada Pak polisi dan kedua orang yang kulumpuhkan pun sudah ditangani polisi. Lelaki bertopi pun akhirnya tak bisa mengelak lagi.
Ibu itu pun berterima kasih dan meminta nomorku. Kami pun akhirnya sedikit akrab, dan ibu itu tanya-tanya seputar diriku. Bahkan ia sempat nyanya “sudah punya calon belum..?”
Aku yang sedikit kikuk pun menjawab dengan apa adanya. Setelah itu kami berpisah dan mencari barang yang dibutuhkan masing-masing.
Esok harinya, ibu itu mengirimkan pesan singkat. “Mas, mau gak dikenalin dengan anak ibu..? Nanti sore ibu ajak sekalian ke rumah mas, sekalian nganterin buka puasa dan ngucapin terima kasih.”
Bingung mau balasnya. Waktu tak terasa bergerak lebih cepat. Sudah menujukan pukul 16.00. Tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar. Gagang pintu sudah kupegang dan siap kubuka.
"Hey bangun, ashar.. Sudah jam berapa ini? Bangun cepat!" Teriak sehabatku membangunkan. Huh dasar, udah mau seru padahal mah.
_
Di sampingku juga sudah ada ibu-ibu sekitar 35 tahun umurnya, dan memakai perhiasan emas di tangan kanan dan kirinya. Gelangnya itu rame, persis buah kokosan coy. Taukan buah kokosan tea. Ditambah lagi cincin emas di jemarinya juga kayak batu akik gede-gedenya.
Bikin silau dan copet girang kesenangan, karena dapat sasaran empuk. Baginya ini buruan jinak dan gak usah capek-capek nyari. Buruannya dateng sendiri.
Penumang selain kami berdua, ada juga lelaki bertopi dan bertas ransel. Ditambah satunya lagi anak sekoah. Semuanya normal dan tak ada kejadian apapun.
Begitu turun dari angkot di pasar cibadak, ibu yang tadi di sebelahku teriak histeris. “Copet.. Copet..”
Lantas aku curiga dengan lelaki yang bertopi, pandanganku kuarahkan ke sekitar parkiran. Nyatanya orang itu belum jauh dan jalannya semakin cepat.
Ku kejar lelaki bertopi itu. Eh ada dua orang yang mencoba menghalangi jalanku. Aku sadar jika kedua orang ini masih gerombolannya.
Beruntung pernah belajar tapak suci, dua gerakan jurus yang kuambil sudah mampu melumpuhkan keduanya. Lelaki bertopi masuk ke dalam pasar, tapi dengan mudah pula kutemukan.
Begitu ditangkap, langsung saja kusapa “hai copet..” maka seliruh pasar, matanya tertuju padaku. Ia mengelak dan berdebat, tapi dengan sigap juga kubawa dia untuk ke tempat kejadian perkara.
Beruntung di sana sudah ada Pak polisi dan kedua orang yang kulumpuhkan pun sudah ditangani polisi. Lelaki bertopi pun akhirnya tak bisa mengelak lagi.
Ibu itu pun berterima kasih dan meminta nomorku. Kami pun akhirnya sedikit akrab, dan ibu itu tanya-tanya seputar diriku. Bahkan ia sempat nyanya “sudah punya calon belum..?”
Aku yang sedikit kikuk pun menjawab dengan apa adanya. Setelah itu kami berpisah dan mencari barang yang dibutuhkan masing-masing.
Esok harinya, ibu itu mengirimkan pesan singkat. “Mas, mau gak dikenalin dengan anak ibu..? Nanti sore ibu ajak sekalian ke rumah mas, sekalian nganterin buka puasa dan ngucapin terima kasih.”
Bingung mau balasnya. Waktu tak terasa bergerak lebih cepat. Sudah menujukan pukul 16.00. Tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar. Gagang pintu sudah kupegang dan siap kubuka.
"Hey bangun, ashar.. Sudah jam berapa ini? Bangun cepat!" Teriak sehabatku membangunkan. Huh dasar, udah mau seru padahal mah.
_