Ketika masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs), bisa dibilang pengetahuan tentang dunia sepak bola amat minim. Saat itu menyaksikan pertandingan bola di televisi bagi saya adalah kegiatan yang membosankan.

Ketika SD, menyaksikan pertandingan tinju pun demikian membosankannya. Kami (terutama teman-teman yang seusia), biasanya ngambek kalau hari minggu televisinya dikuasai oleh orang dewasa untuk menonton tinju.

Ketika itu, saya belum tahu banget tentang keseruan dalam sebuah pertandingan. Pokoknya ada adrenalin tersendiri, dan ada emosi yang dimainkan di sana. Sehingga bisa membangkitkan emosional dalam diri. Buktinya, ya gerak-gerak sendiri pas ada yang bikin greget.

Saat ini, pengetahuan tentang dunia sepak bola boleh diadu. Tapi jangan ditanya para pesepak bola di zaman saya masih duduk di bangku MTs. Sebab waktu itu masih gagap. Kalau tidak salah ingat, yang paling rame ketika itu serie A (liga italia). Masa itu pernah dibelikan kaos bola klub Juventus, tulisannya Del Piero nomor 10.

Termasuk juga sekarang, amat menyenangi pertandingan tinju. Mulai menyukai dunia sepak bola dan tinju dari tahun 2010 kalau tidak salah prediksi. Suka keduanya hampir berbarengan, dan diawali di kota Yogyakarta. Lebih tepatnya terbawa teman sekaligus lingkungan asrama.

Tidak sekedar menyenangi, tapi akhirnya mempelajari juga teori dan filosofisnya. Ada beberapa klub dunia yang gaya bertandingnya menggunakan filosofi serangan balik, gaya menyerang, gaya bertahan. Ada juga klub yang mengikuti gaya pelatih yang menanganinya. Rata-rata klub yang hebat itu mereka punya filosofi taktik sendiri sebagai ciri khasnya.

Dari dunia sepak bola, pemain yang saya suka Park Ji Sung dan Rafael, dulu keduanya di Mancehster United. David Beckham dan CR7 mereka juga dari MU. Saya suka tipe pemain pekerja keras. Lalu ada Santi Kazorla dan beberapa pamain yang bisa dikategorikan sebagai pelari lapangan hijau.

Di jajaran pelatih, tentu Opa Fergie adalah orang yang pertama. Lalu disusul mantan pelatih Dortmun, Jurgen Klopp. Bukan tanpa alasan kenapa saya lebih menyukai dua pelatih hebat ini. Tak lain, karena keduanya punya filosofi yang kuat dalam melatih klub yang mereka tangani. Diego Simione juga masuk jajaran pelatih keren & tak lupa Pochettino.

Di dunia tinju, saya menempatkan moh. Ali sebagai yang utama. Kedua, Mike Tyson dan ketiga, petinju dunia asal Filipina, Many Packman. Petinju-petinju yang bergaya ortodok, biasanya yang lebih saya sukai.

#CHAH -

--------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.

Amir Hamzah Copyright © 2009 - 2015 | Template : Yo Koffee | Design By : Designcart | Modif By : amirisme