Berawal dari kegundahan hati dan sekaligus penasaran dengan keberadaan ningsih, maka kucoba untuk meng-kepo-i sahabat-sahabatnya hingga keluarganya. Meski hasilnya tetap nihil, selalu saja kucari cara lain supaya rasa hati yang bergejolak ini terobati.
Dengan cara yang panjang dan tidak kenal menyerah, akhirnya didapatlah info valid tersebut. Panas, bergetar, berdebar dan dada ini serasa ingin meledak. Namun, apalah daya, tak mampu berbuat apa-apa. Hanya untaian doa serta saran terbaik yang dapat kulakukan untuknya.
Ternyata hati itu memang tak bisa ditebak apalagi disangka. Sekejap mata, semua itu berbalik seratus delapan puluh derajat. Saran dan pesanku ditangkap dengan baik serta dapat diterimanya. Hatiku merasa lega sebab akhirnya ia mau jadi lebih baik. "Jika yang kita bangun itu sudah sampai level 9, kok sekarang malah balik lagi ke level 1. Ini namanya malah turun level..."
Apa yang dilalui saat ini, bukankah pernah dijalani dan dirasakan pas zaman dulukan? Gak ada bedanya juga gak? Tuh, dari sini ajah sudah bisa dilihat, kalau nantinya endingnya muter ke situ-situ lagi. Harusnya sudah sampe kelas sepuluh (naik level), inimah ya malah terjun bebas balik ke kelas awal. Ini bahaya, gak bisa berkembang malahan.
Hubungan yang Sehat
Hubungan yang sehat itu membebaskan. Memberikan keleluasaan untuk menjadi peribadi masing-masing tapi dengan komitmen yang telah disetujui secara bersama oleh kedua belah pihak. Sehingga tidak ada lagi dikte, kekakuan, kebekuan, yang ujungnya mematikan kreativitas dalam dirinya.
Karena sudah ada komitmen, maka biarlah semua mengalir apa adanya. Berjalan secara alami, murni serta penuh dengan sinergi- harmonisasi. Ketika tidak ada tekanan atau paksaan itulah akan muncul kesadaran yang utuh, genuin, tanpa motivasi dan dorongan lain. Cinta yang murni, tak akan bisa dihancurkan dengan cara apapun, selamanya tetap ada meski tersekat jarak, ruang maupun waktu.
Kerelaan akan tumbuh dengan sendirinya tanpa mesti diminta. Kesadaran muncul dari dalam diri dengan sendirinya tanpa dituntut melakukannya. Mengambilkan air minum, menyediakan makanan, merawat ketika sakit, dilakukan tanpa beban dan penuh kesadaran. Bukankah yang demikian ini, hanya akan lahir jika dibangun dari sebuah hubungan yang baik dan sehat?
Apa jadinya jika isinya hanya kekangan demi kekangan. Apa-apa dibatasi dan dilarang. Bukankan malah hanya akan mematikan karakter yang ada dalam dirinya, dan memunculkan karakter baru. Isinya kepura-puraan, kamuflase dan kebohongan. Jika sudah seperti ini, bisa kita tebak arahnya ke mana bukan?
Kata "bahagia" tidak akan keluar dari model hubungan tipe kedua tersebut. Setiap hari isinya percekcokan, adu argumen, saling merasa benar, tidak mau meminta maaf (gengsi), dipenuhi ketegangan setiap detiknya.
Dimanakah posisi kamu saat ini???
___