Pada tangga 17 Agustus 2016, Remaspa kembali menggebrak dengan acara yang tak kalah uniknya. Juji saputra, sebagai creator ide ini terasa tertantang untuk membangkitkan dan menghibur anak-anak, khususnya masyarakat kampung Pancur. Ada berbagai macam perlombaan dan pawai kemerdekaan, serta pakaian unik yang akan menjadi penilaian. Tak hanya itu ada kupon doorprizenya juga.
Ide dan harapan yang positif ini, disambut baik oleh Amir Ha yang kebetulan sependapat dengan ide Juji Saputra. Maka dibuatlah konsep acara dan perlombaan yang dapat mengeduksi dan menghibur masyarakat. Karena bertepatan dengan hari kemerdekaan, maka acara tersebut dikonsep untuk mengikuti serangkaian upara dan pawai keliling dengan menggunakan pakaian unik.
Ketentuan dan persyaratan yang ada, sudah diatur dan ditentukan oleh panitia. Perlombaan pun demikian, sudah disesuaikan dengan tingktan kelasnya masing-masing. Kelas 1 SD berlomba dengan teman sebayanya, dan begitu seterusnya. Adapun untuk hadiah, setiap perlombaan diambil tiga juara. Bagi yang masuk kandidat juara berhak mendapat dua buku tulis, satu pulpen, satu pensil dan sncak. Bagi juara satu, hadiahnya double, alias dapat dua.
Pukul 07.00 anak-anak yang sudah berdandan unik dengan kreasi sendiri. Matahari begitu trik dari timur, dan sudah terasa panas meski waktu masih pagi. Upacara pun segera dimulai dan dipimpin oleh Danu Saparudin, dan bertindak sebagai Pembina adalah Juji Saputra. Karena matahari begitu trik dan dirasa panas, maka upacara dipercepat dan diambil yang penting-penting saja.
Upacara begitu meriah dan berkesan ketika lagu 17 Agustus 45 dinyanyikan bersama oleh peserta upacara. Setelah upacara dibubarkan, acara pawai pun dimulai. Pakaian anak-anak yang diambil dari dedaunan, kardus dan lain sebagainya menambah seru acara tujuh belasan di kampung pancur. Tak hanya di situ, ketika arak-arakan kami tiba di kampung tetangga, langsung menjadi sorotan dan tontonan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang membanggakan. Kami sebagai masyarakat pancur, bisa mengadakan acara yang unik dan kreatif, kampung yang lain belum tentu bisa. Mudah-mudahan acara ini dapat ditiru oleh masyarakat yang lain juga. Tadinya acara pawai ini tidak hanya sampai di kampung ancol saja, tetapi sampai kampung Suksasari juga. Karena pesertanya kebanyakan anak-anak, sudah banyak yang kelelahan.
Semoga acara 17 agustusan tahun depan bisa lebih unik dan lebih meriah. Pawai yang diikuti tidak hanya anak-anak kecil saja, tetapi remaja dan ibu-ibunya juga bisa ikut berpartisipasi dan jangkauan pawainya juga bisa lebih jauh lagi. Panitia optimis kegiatan ini bisa memotivasi kampung lain untuk membuat acara yang sama dan lebih meriah.
Acara ini juga untuk mengalihkan anak-anak yang ingin bepergian ke tempat keramaian. Buat apa ke tempat yang jauh, jika ada kegiatan yang lebih seru dan unik tempatnya juga dekat. Tak hanya itu, ide dan kreatifitas anak juga lebih terasah, sebab mereka ditantang untuk membuat hal-hal yang unik untuk ditampilkan ketika mengikuti pawai.
Ide dan harapan yang positif ini, disambut baik oleh Amir Ha yang kebetulan sependapat dengan ide Juji Saputra. Maka dibuatlah konsep acara dan perlombaan yang dapat mengeduksi dan menghibur masyarakat. Karena bertepatan dengan hari kemerdekaan, maka acara tersebut dikonsep untuk mengikuti serangkaian upara dan pawai keliling dengan menggunakan pakaian unik.
Ketentuan dan persyaratan yang ada, sudah diatur dan ditentukan oleh panitia. Perlombaan pun demikian, sudah disesuaikan dengan tingktan kelasnya masing-masing. Kelas 1 SD berlomba dengan teman sebayanya, dan begitu seterusnya. Adapun untuk hadiah, setiap perlombaan diambil tiga juara. Bagi yang masuk kandidat juara berhak mendapat dua buku tulis, satu pulpen, satu pensil dan sncak. Bagi juara satu, hadiahnya double, alias dapat dua.
Pukul 07.00 anak-anak yang sudah berdandan unik dengan kreasi sendiri. Matahari begitu trik dari timur, dan sudah terasa panas meski waktu masih pagi. Upacara pun segera dimulai dan dipimpin oleh Danu Saparudin, dan bertindak sebagai Pembina adalah Juji Saputra. Karena matahari begitu trik dan dirasa panas, maka upacara dipercepat dan diambil yang penting-penting saja.
Upacara begitu meriah dan berkesan ketika lagu 17 Agustus 45 dinyanyikan bersama oleh peserta upacara. Setelah upacara dibubarkan, acara pawai pun dimulai. Pakaian anak-anak yang diambil dari dedaunan, kardus dan lain sebagainya menambah seru acara tujuh belasan di kampung pancur. Tak hanya di situ, ketika arak-arakan kami tiba di kampung tetangga, langsung menjadi sorotan dan tontonan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang membanggakan. Kami sebagai masyarakat pancur, bisa mengadakan acara yang unik dan kreatif, kampung yang lain belum tentu bisa. Mudah-mudahan acara ini dapat ditiru oleh masyarakat yang lain juga. Tadinya acara pawai ini tidak hanya sampai di kampung ancol saja, tetapi sampai kampung Suksasari juga. Karena pesertanya kebanyakan anak-anak, sudah banyak yang kelelahan.
Semoga acara 17 agustusan tahun depan bisa lebih unik dan lebih meriah. Pawai yang diikuti tidak hanya anak-anak kecil saja, tetapi remaja dan ibu-ibunya juga bisa ikut berpartisipasi dan jangkauan pawainya juga bisa lebih jauh lagi. Panitia optimis kegiatan ini bisa memotivasi kampung lain untuk membuat acara yang sama dan lebih meriah.
Acara ini juga untuk mengalihkan anak-anak yang ingin bepergian ke tempat keramaian. Buat apa ke tempat yang jauh, jika ada kegiatan yang lebih seru dan unik tempatnya juga dekat. Tak hanya itu, ide dan kreatifitas anak juga lebih terasah, sebab mereka ditantang untuk membuat hal-hal yang unik untuk ditampilkan ketika mengikuti pawai.