Anak merupakan aset yang paling berharga dalam keluarga. Sebuah keluarga tidak lengkap bila tidak ada yang namanya buah hati (anak). Rasanya sunyi, sepi, dan entahlah apa namanya karena saya belum menikah dan berkeluarga. Yang jelas terasa ada yang kurang dengan hidup ini, meski semuanya serba cukup tetapi apalah gunanya jika tidak memiliki aset berharga yang satu ini.
Seorang anak merupakan penerus keturunan sebuah keluarga, dan ini berjalan tak pernah berhenti hingga seterusnya. Terus bertambah dan bertambah hingga menjadi sekelompok orang, dari satu daerah ke daerah lain, berupalu-pulau, bersuku-suku dan akhirnya berbangsa-bangsa. Hal ini disebabkan karena manusia terus berkembang biak.
Dalam agama Islam, anak merupakan sebuah amanat yang diberikan oleh Allah swt kepada orangtua (ibu dan bapak). Kelak amanat itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah dihari kiamat. Untuk itu mengajarkan agama dan membimbing anak ke jalan yang benar merupakan tugas dari orangtua. Dan begitu seterusnya, karena yang saat ini menjadi anak, kelak akan menjadi orangtua.
Dalam sebuah kisah, diceritakan ada orangtua yang ibadahnya baik, sholatnya tepat waktu, sedekah, suka menolong dan lain sebagainya. Ketika di akhirat, orangtua tersebut divonis masuk surga. Tetapi sebelum masuk syurga ada seorang pemuda yang meminta keadilan. Pemuda itu ternyata putra dari orangtua tersebut. Pemuda itu berkata "mereka memang ahli ibadah, suka menolong, sedekah dan lainnya, tetapi mereka tidak pernah mengajarkan saya shalat, puasa, dan membiarkan saya mabuk-mabukan, maksiat dsb".
Jika saya masuk neraka, maka mereka juga harus bertanggungjawab. Akhirnya orangtua tersebutpun masuk neraka bersama anaknya. Cerita ini menggambarkan dan mengajarkan kepada kita bahwa mendidik dan mengajarkan anak merupakan kewajiban orangtua. Sebab bagimanapun semuanya adalah amanat dariNya.
Al-Qur’an mengatakan bahwa anak/keturunan dan harta adala fitnah "Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Al-Anfal: 28). Maksunya ialah dalam konteks harta dan anak seperti yang dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi sebab mendapatkan pahala yang besar.
Fitnah di sini juga berarti bisa menyibukkan atau memalingkan seseorang dan menjadi penghalang baginya dari mengingat dan mengerjakan amal kepada Allah swt, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik, sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini. Inilah yang dimaksud dengan ujian yang Allah swt uji pada harta dan anak bagi manusia.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SWA juga menyebut keduanya sebagai pembuat pengecut dan kekikiran bagi manusia. Sebagaimana dalam hadits Aisyah ra ketika beliau memeluk seorang bayi, ”Sungguh mereka (anak-anak) dapat menjadikan seseorang kikir dan pengecut, dan mereka juga adalah termasuk dari haruman Allah SWT".
Empat Metode
Oleh karenanya, mari lah kita mempersiapkan generasi (anak) yang berkualitas serta memiliki pengetahuan dan kefahaman yang baik dalam agama. Adapun cara yang dapat dilakukan antara lain : a) Mengajarkan konsep Luqman. b) Mengajarkan keteladanan. c) Mengajarkan kejujuran dan d) Belajar keikhlasan.
Empat hal inilah yang hilang dari generasi anak masa depan. Kalau kita berkaca kepada kisah Lukman, bagaimana ia mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana mengenal tuhan dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dalam segala hal, yakinilah bahwa Allah membersamai langkah dan tindakan yang kita lakukan.
Miskin keteladanan, ya kata itu sangat tepat untuk diungkapkan. Pasalnya tak ada lagi yang dapat dijadikan sebagai seorang uswah (teladan) yang hidup, bagi generasi saat ini. Semuanya memiliki "track record" yang buruk. Hanya Rasulullahlah satu-satunya orang yang dapat dijadikan uswah, karena tindak dan tanduk beliau bagitu indah.
Kedua yang patut dijadikan teladan adalah orangtua kita sendiri. Tetapi kebanyakan orangtua tidak mampu menjadi sosok yang dapat dijadikan sebagai uswah oleh anaknya. Berarti di sini lah tantangannya bagi para calon orangtua, bagaimana mempersiapkan diri untuk menjadi contoh yang baik dan panutan bagi anak-anaknya kelak. Yuk kita siapkan sedini mungkin, bagaimana sudah siapkah Anda?
Kejujuran merupakan harga mati, dan hanya segelintir orang saja yang mampu melakukannya. Begitu banyak orang yang mampu melakukan kesalahan, tetapi hanya sedikit saja yang mau mengakui kesalahannya. Jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan yang terpenting adalah jujur terhadap Allah SWT. Berapa banyak yang dapat melakukannya??
Hidup merupakan perjalanan sementara, dan sebagai alat perantara untuk mencapai ke sebuah titik yang disebut dengan akhirat. Semua yang dilakukan, amalan ibadah dan lain-lain bermuara pada satu kata, yaitu kata ikhlas. Semua perbuatan yang tanpa didasari dengan keikhlasan semuanya hampa, kosong dan tak akan memiliki nilai. Itulah sebabnya allah melarang manusia untuk menjauhi sikap riya (syirik kecil).
Terlebih ketika apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan maka ikhlaslah yang tepat untuk diungkapkan. Sedikit ataupun banyak, besar dan kecil semuanya harus diikhlaskan. Sebab manusia tidak akan pernah tahu rencana yang Allah persiapkan untuk dirinya. Apapun itu, pada dasarnya baik bagi diri kita. Yang terpenting, ketika ditimpa musibah bersabar dan ketika mendapat nikmat bersyukur. Lebih dahsyat lagi ketika mendapatkan musiabah ia tetap mengucapkan syukur. Allahu’alam.
____________
* tulsian ini diterbitkan oleh okezone.com di kolom Opini (KLIK DISINI)
Tulisan ini sebagai refleksi Hari Anak Nasional yang diperingati Tgl. 23 Juli
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.