Kemarin, ketika sedang asyik dengan komputer, saya mendapatkan sebuah pesan singkat dari nomer misterius. Isi pesannya menyimpan makna yang paling dalam, sampai saya begitu penasaran dengan nomor itu. Akhirnya SMS itu saya balas dengan bahasa yang lumayan tinggi (intelek), tetapi secara tidak langsung menjawab SMS dari nomor misterius tersebut. Dengan sabar saya pun meladeni balasan SMS darinya.
Alhamdulillah, akhirnya saya mulai bisa menebak siapakah ia sebenarnya.Beberapa kali saya mencoba menebaknya, tetapi selalu salah. Hingga akhirnya saya menyerah dengan nomer misterius. Tetapi, SMS yang ia kirimkan menggunakan kode, serentak saya langsung mengenali karakter kode tersebut dan menyebutkan namanya dengan lengkap. Ya, ia adalah kawn lama saya, kawan yang dulu sempat menemani ketika saya berziarah ke makam Sultan Hasanuddin Banten.
Erik itulah nama sahabat saya ini. Saya dan Erik tentu masih ingat betul tentang kisah perjalanan kami waktu itu, ingatan itu sangat melekat kuat dalam pikiran kami. Dulu ketika itu kami bertemu dengan sahabat baru di sebuah stasiun Karangantu ketika hendak pulang. Kisah ini amat menarik dan tak bisa kami lupakan
Kala itu saya dan Erik ketinggalan kereta. Ternyata kereta berangkat sudah dari pukul 06.00 pagi, sedangkan kami tiba di stasiun pukul 07.30. Sia-sialah kedatangan kami ke stasiun. Uang sudah habis, hanya cukup untuk pulang saja. Kami tak bisa berbuat banyak kala itu, selain hanya bisa menunggu. Ternyata kami tak hanya berdua, ada dua orang lain juga yang sama persis kami alami pagi itu.
Akhirnya dengan basa-basi kamipun menghampiri mereka berdua. Kami mengenalkan nama masing-masing dan mereka pun sama.
"Teh emang pulang kemana gitu.." Tanya ku.
"ke Rangkasbitung." jawab salah satu dari mereka.
" Kata petugas kereta tadi, kereta akan ada lagi pukul 14.00 siang.. " timpalku.
"terus gimana dong.."
" gimana kalau kita jalan kaki saja ke stasiun Serang, deket kok.. " bujuk ku dengan nada yakin.
mereka pun saling bertatap muka dan berdiskusi kecil-kecilan. Ternyata merekapun menyanggupi tawaran saya pagi itu. Disanalah kami ngobrol kesana-kemari sembari mengakrabkan diri dengan teman baru kami. Saya kala banyak nanya, apapun saya tanyakan kepada mereka. Bahkan kami juga gantian ngobrolnya, sambil menyusuri rel kereta yang tak tahu samapi sejauh mana kami berjalan.
Tak terasa matahari sudah berada di atas kepala. Ini menandakan bahwa kami sudah sekitar dua jam perjalanan, tetapi belum sampai di tempat tujuan. Mereka sempat protes dengan ajakan saya, tetapi mau dikata apa, semuanya sudah terlanjur. Apalagi kalau hanya menunggu disana, tentu tidak dapat apa-apa, selain hanya bosan.
Akhirnya kamipun bertanya kepada penduduk sekitar dan mencari alternatif jalan lain. Alhamdulilah ada yang menunjukan jalan dan kamipun akhirnya naik angkot hingga tiba di Serang. Karena kami belum sholat dzuhur, akhirnya kami berempat memutuskan untuk mencari mushola dan sholat berjamaah. Selepas sholat berjamaah kami sudah disambut dengan semangkuk mie instan yang sudah mereka (sahabat yang baru kami kenal tadi pagi) siapkan untuk saya dan Erik.
Kamipun makan mie dengan lahapnya. Rasanya baru tadi pagi kami berkenalan dengan mereka, tetapi seolah sudah seperti kawan lama saja. Tak ada perasaan canggung ataupun malu-malu, kami merasa seperti keluarga saja.
Selesai makan mie, kami kembali ke stasiun dan menunggunya. Setengah jam berlalu, akhirnya kereta yang kami tunggu pun muncul juga. Ketika di kereta, tak banyak yang kami obrolkan, mungkin hanya sesekali kami ngobrol saja. Pada kesempatan itulah saya memberanikan diri untuk meminta nomer handphone mereka. Dengan senang hati merekapun memberikannya pada kami. Hingga kamipun berpisah, dan harus turun duluan di stasiun Cikesal.
Sebisa mungkin kamipun berkirim kabar dan pesan dengan mereka. Tak terasa, ternyata kisah ini sudah hampir genap lima tahun.... setiap bulan ramadhan tiba, saya selalu ingat kisah ini. Saya yakin sahabat saya juga akan selalu ingat dengan kisah ini... teruntuk sahabat saya nan jauh di sana, Erik, Teh Aida dan Teh Mul... sebentar lagi ramadhan tiba, bagaimana masih ingat dengan kisah kita??
--------------------
Alhamdulillah, akhirnya saya mulai bisa menebak siapakah ia sebenarnya.Beberapa kali saya mencoba menebaknya, tetapi selalu salah. Hingga akhirnya saya menyerah dengan nomer misterius. Tetapi, SMS yang ia kirimkan menggunakan kode, serentak saya langsung mengenali karakter kode tersebut dan menyebutkan namanya dengan lengkap. Ya, ia adalah kawn lama saya, kawan yang dulu sempat menemani ketika saya berziarah ke makam Sultan Hasanuddin Banten.
Erik itulah nama sahabat saya ini. Saya dan Erik tentu masih ingat betul tentang kisah perjalanan kami waktu itu, ingatan itu sangat melekat kuat dalam pikiran kami. Dulu ketika itu kami bertemu dengan sahabat baru di sebuah stasiun Karangantu ketika hendak pulang. Kisah ini amat menarik dan tak bisa kami lupakan
Kala itu saya dan Erik ketinggalan kereta. Ternyata kereta berangkat sudah dari pukul 06.00 pagi, sedangkan kami tiba di stasiun pukul 07.30. Sia-sialah kedatangan kami ke stasiun. Uang sudah habis, hanya cukup untuk pulang saja. Kami tak bisa berbuat banyak kala itu, selain hanya bisa menunggu. Ternyata kami tak hanya berdua, ada dua orang lain juga yang sama persis kami alami pagi itu.
Akhirnya dengan basa-basi kamipun menghampiri mereka berdua. Kami mengenalkan nama masing-masing dan mereka pun sama.
"Teh emang pulang kemana gitu.." Tanya ku.
"ke Rangkasbitung." jawab salah satu dari mereka.
" Kata petugas kereta tadi, kereta akan ada lagi pukul 14.00 siang.. " timpalku.
"terus gimana dong.."
" gimana kalau kita jalan kaki saja ke stasiun Serang, deket kok.. " bujuk ku dengan nada yakin.
mereka pun saling bertatap muka dan berdiskusi kecil-kecilan. Ternyata merekapun menyanggupi tawaran saya pagi itu. Disanalah kami ngobrol kesana-kemari sembari mengakrabkan diri dengan teman baru kami. Saya kala banyak nanya, apapun saya tanyakan kepada mereka. Bahkan kami juga gantian ngobrolnya, sambil menyusuri rel kereta yang tak tahu samapi sejauh mana kami berjalan.
Tak terasa matahari sudah berada di atas kepala. Ini menandakan bahwa kami sudah sekitar dua jam perjalanan, tetapi belum sampai di tempat tujuan. Mereka sempat protes dengan ajakan saya, tetapi mau dikata apa, semuanya sudah terlanjur. Apalagi kalau hanya menunggu disana, tentu tidak dapat apa-apa, selain hanya bosan.
Akhirnya kamipun bertanya kepada penduduk sekitar dan mencari alternatif jalan lain. Alhamdulilah ada yang menunjukan jalan dan kamipun akhirnya naik angkot hingga tiba di Serang. Karena kami belum sholat dzuhur, akhirnya kami berempat memutuskan untuk mencari mushola dan sholat berjamaah. Selepas sholat berjamaah kami sudah disambut dengan semangkuk mie instan yang sudah mereka (sahabat yang baru kami kenal tadi pagi) siapkan untuk saya dan Erik.
Kamipun makan mie dengan lahapnya. Rasanya baru tadi pagi kami berkenalan dengan mereka, tetapi seolah sudah seperti kawan lama saja. Tak ada perasaan canggung ataupun malu-malu, kami merasa seperti keluarga saja.
Selesai makan mie, kami kembali ke stasiun dan menunggunya. Setengah jam berlalu, akhirnya kereta yang kami tunggu pun muncul juga. Ketika di kereta, tak banyak yang kami obrolkan, mungkin hanya sesekali kami ngobrol saja. Pada kesempatan itulah saya memberanikan diri untuk meminta nomer handphone mereka. Dengan senang hati merekapun memberikannya pada kami. Hingga kamipun berpisah, dan harus turun duluan di stasiun Cikesal.
Sebisa mungkin kamipun berkirim kabar dan pesan dengan mereka. Tak terasa, ternyata kisah ini sudah hampir genap lima tahun.... setiap bulan ramadhan tiba, saya selalu ingat kisah ini. Saya yakin sahabat saya juga akan selalu ingat dengan kisah ini... teruntuk sahabat saya nan jauh di sana, Erik, Teh Aida dan Teh Mul... sebentar lagi ramadhan tiba, bagaimana masih ingat dengan kisah kita??
Yogyakarta, Rabu 24 Syaban 1434 H / 03 Juli 2013 M
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.