Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh sang khaliq untuk menyembah kepadaNYA. Menyembah Allah, bukan berarti seolah-olah Allah butuh dengan makhluknya. Bukan juga Allah egois. Melainkan ibadah tersebut adalah bukti ketaatan kita sebagai makhluk (yang diciptakan) kepada siapa yang telah menciptakan. Kepatuhan dan ketaatan itu harus disadari oleh manusia.
Bahkan ibadah tersebut pada hakikatnya akan memberikan efek yang positif bagi manusia itu sendiri. Salah satu penelitian ilmiah tentang gerakan shalat adalah bisa memperlancar jalan darah dan memfungsikan otak dengan baik. Dan yang paling penting, dengan menjalankan ibadah tersebut manusia akan mendapatkan pahala dari Allah; (merasa tenteram dan tenang), inilah yang dicari oleh manusia.
Kewajiban beribadah itu sangat pantas Allah berlakukan untuk makhluknya, karena apabila manusia itu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan nya maka allah akan memberikan ganjaran yang berupa kenikmatan di surga dan siksaan di neraka.
Proses manusia untuk mau melakukan ibadah tidak mudah, sebagai bukti nyata bahwa telah kita saksikan begitu banyak manusia yang mengaku Islam namun kesadaran untuk beribadah sangat sedikit bahkan sangat jarang. Butuh beberapa tahap ujian tingkatan manusia untuk menyadari untuk beribadah kepada sang pencipta, yaitu allah swt.
Kesadaran yang di bangun bukan hanya sekedar sadar yang biasa melainkan kesadaran yang sangat tinggi yang mampu menghantarkan kita benar-benar menyerahkan segalanya demi sang pencipta. Kesadaran ini di bangun dari kesadaran hati nurani dan dari kesadaran ‘aqal untuk merelakan semuanya.
Sadar Diri
Sadar diri sebagai makhluk berarti menyadari akan adanya sang khaliq (sang pencipta) sehingga dengan demikian mengakui bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, bukan malah merasa paling pintar dan paling bisa serta merasa paling benar sendiri. Sadar sebagai makhluk juga merupakan sadar akan kelemahan yang dimilki serta keterbatasan yang mampu untuk di jangkau, karena manusia merupakan makhluk yang serba kurang. Manusia hanya makhluk yang lemah dan tempatnya salah dan lupa, yang sempurna itu hanya allah swt. Tuhan yang maha agung dan maha tinggi.
Sadar Posisi
Setelah kesadaran diri ini tertanam dengan kuat maka akan melahirkan kesadaran yang kedua yaitu kesadaran posisi. Kesadaran posisi ini merupakan implementasi dari kesadaran diri, yang mana kesadaran ini akan berkembang apabila kesadaran diri yang telah diciptakan benar-benar bagus. Akan tetapi apabila kesadaran diri ini tidak berjalan atau tidak secara bagus maka akan mempengaruhi kesadaran posisi tersebut, bahkan tidak sama sekali muncul.
Sadar posisi akan memunculkan sebuah perilaku positif bagi siapapun yang memiliki kesadaran diri yang baik, orang tersebut akan menjadi orang yang baik. Menurut hemat penulis, baik disini secara garis besarnya adalah menjalankan kewajibannya terlebih dahulu kemudian meminta haknya.
Seharusnya yang harus kita tekankan adalah bagaimana kita menjadi manusia yang bisa merasa tapi bukan merasa bisa, karena dua kalimat ini jika salah mengartikan maka akan menjadi makna yang salah pula. Kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat dan sebelum berbicara, dan ini merupakan sebuah bentuk kehati-hatian kita dalam mengolah bagaimana kita mampu membiaasakan terlebih dahulu kemudain menjalankan, bukan ngomong dulu baru mengerjakan.[Ah]
Repost - Maret, 13/2014
--------------------
Bahkan ibadah tersebut pada hakikatnya akan memberikan efek yang positif bagi manusia itu sendiri. Salah satu penelitian ilmiah tentang gerakan shalat adalah bisa memperlancar jalan darah dan memfungsikan otak dengan baik. Dan yang paling penting, dengan menjalankan ibadah tersebut manusia akan mendapatkan pahala dari Allah; (merasa tenteram dan tenang), inilah yang dicari oleh manusia.
Kewajiban beribadah itu sangat pantas Allah berlakukan untuk makhluknya, karena apabila manusia itu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan nya maka allah akan memberikan ganjaran yang berupa kenikmatan di surga dan siksaan di neraka.
Proses manusia untuk mau melakukan ibadah tidak mudah, sebagai bukti nyata bahwa telah kita saksikan begitu banyak manusia yang mengaku Islam namun kesadaran untuk beribadah sangat sedikit bahkan sangat jarang. Butuh beberapa tahap ujian tingkatan manusia untuk menyadari untuk beribadah kepada sang pencipta, yaitu allah swt.
Kesadaran yang di bangun bukan hanya sekedar sadar yang biasa melainkan kesadaran yang sangat tinggi yang mampu menghantarkan kita benar-benar menyerahkan segalanya demi sang pencipta. Kesadaran ini di bangun dari kesadaran hati nurani dan dari kesadaran ‘aqal untuk merelakan semuanya.
Sadar Diri
Sadar diri sebagai makhluk berarti menyadari akan adanya sang khaliq (sang pencipta) sehingga dengan demikian mengakui bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, bukan malah merasa paling pintar dan paling bisa serta merasa paling benar sendiri. Sadar sebagai makhluk juga merupakan sadar akan kelemahan yang dimilki serta keterbatasan yang mampu untuk di jangkau, karena manusia merupakan makhluk yang serba kurang. Manusia hanya makhluk yang lemah dan tempatnya salah dan lupa, yang sempurna itu hanya allah swt. Tuhan yang maha agung dan maha tinggi.
Setelah kesadaran diri ini tertanam dengan kuat maka akan melahirkan kesadaran yang kedua yaitu kesadaran posisi. Kesadaran posisi ini merupakan implementasi dari kesadaran diri, yang mana kesadaran ini akan berkembang apabila kesadaran diri yang telah diciptakan benar-benar bagus. Akan tetapi apabila kesadaran diri ini tidak berjalan atau tidak secara bagus maka akan mempengaruhi kesadaran posisi tersebut, bahkan tidak sama sekali muncul.
Sadar posisi akan memunculkan sebuah perilaku positif bagi siapapun yang memiliki kesadaran diri yang baik, orang tersebut akan menjadi orang yang baik. Menurut hemat penulis, baik disini secara garis besarnya adalah menjalankan kewajibannya terlebih dahulu kemudian meminta haknya.
Seharusnya yang harus kita tekankan adalah bagaimana kita menjadi manusia yang bisa merasa tapi bukan merasa bisa, karena dua kalimat ini jika salah mengartikan maka akan menjadi makna yang salah pula. Kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat dan sebelum berbicara, dan ini merupakan sebuah bentuk kehati-hatian kita dalam mengolah bagaimana kita mampu membiaasakan terlebih dahulu kemudain menjalankan, bukan ngomong dulu baru mengerjakan.[Ah]
Repost - Maret, 13/2014
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.