Setelah empat hari di rumah membantu membuat kue dan mempersiapkan keperluan yang akan dibawa nantinya, Aku tak ketinggalan menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat favorit ketika mengembala dahulu. Meski tidak lama, tetapi aku sempat mengelilingi tempat-tempat yang pernah ku jadikan wahana bermain dengan kambing-kambingku.
Rasanya kenangan itu tak bisa hilang begitu saja. Bahkan setai kali pulang, aku selalu mengunjungi hutan-hutan itu. Memang bangyak sekali perubahannya dan perbedaanya. Dulu tempat kami mengembala, kini sudah disulap menjadi kebun singkong yang luas, bahkan ada yang ditanami khusus pohon tertentu.
Sehingga tempat untuk mengembala itu sangat sulit. Alasan itulah sehingga keputusan yang diambil oleh bapak ku kala itu, untuk menjual kambing-kambingnya. Aku tidak tahu kalau kambing-kambing yang mengajarkan kami akan arti tanggungjawab dan menjaga amanat, itu sudah tiada, sebab kala itu aku sudah lama di pesantren dan tak pernah mengembala lagi.
Kadang kenangan manis itu kini hanya tinggal sebuah kenangan. Kambing-kambing yang kami keluarkan dari kandang setelah dzuhur dan pulang sekitar pukul lima sore begitu membekas. Bahkan banyak sekali pelajaran yang dapat aku ambil dari tugas ini.
Tak terasa waktu begitu cepat, esok pagi “aku akan menikah”. Tapi karena sibuk, rasanya waktu itu begitu cepat berlalu. Kue-kue sudah jadi, dan semuanya hampir sudah siap. Tinggal mempersiapkan parsel. Karena tidak ada yang bisa mendasai parsel ya terpaksa sebisanya. Alhamdulilah ada yang bisa dan akhirnya rela membantu sampai tengah malam baru beres.
Semalam aku tidak bisa tidaur, bukan karena apa-apa, tetapi gara-gara ngbrol bareng sama teman. Tidur sekitar pukul 03.00 pagi hari. Karena dirasa cukup ada waktu untuk tidur, meskipun hanya sebentar maka kesempatan itu tak aku sia-siakan. Selepas shalat subuh aku langsung mandi dan segera bersiap-siap.
Dengan pakaian yang sudah aku persiapakan dan jauh-jauh hari aku rapihkan. Kala itu aku mengenakan pakaian batik dengan motif bunga dan warna yang khas ke coklat-cokelatan. Setelah semua siap, kamipun segera masuk ke mobil dan menuju tempat tujuan.
Karena ada kesalahapahaman antar mobil yang satu dengan yang lain, akhirnya kami terpisah - pisah ketika di perjalanan. Karena semua sudah hafal tempat dan tujuan tak begitu masalah, toh begitu sampai ke tempat tujuan semuanya bareng-bareng juga.
Hadirin begitu tegang ketika memasuki ijab qabul. Pertama dibacakan nama keuda mempelai, kemudain mau diwakilkan atau langsung oleh walinya, terus sakisi-saksi dimintai namanya. Begitu sudah lengkap, latihan redaksi yang dikehendaki wali dari perempuan, begitu sudah deal baru latihan satu kali.
Ketika dites langsung lancar, bapak penghulu pun langsung membaca syahadat dan kalimat tauhid serta sholawat disertai dengan ayat-ayat alquran terkait pernikahan. “wahai saudara Tajul arifin bin johani aku kawin dan aku nikahkan engkau dengan Sarnimah Binti Susruri dengan mas kawin emas Sembilan gram dibayar tunai…” tangan pengulu itu langsung memberikan kode. “saya terima nikah dan kawinnya kepada Sarnimah Binti Sururi dengan mas kawin emas sembilan gram dibayar tunai…” satu kali nafas.
Bagaimana saksi kata penghulu… kedua saksipun mengatakan sah!! Ucapan alhamdulilah terdengar dari hadirin dan kemudian ditutup dengan pembacaan talak talik dan pembacaan doa.tanggal itu menjadi tanggal sejarah bagi Tajul dan Sarnimah, 06 april 2014.
--------------------
Rasanya kenangan itu tak bisa hilang begitu saja. Bahkan setai kali pulang, aku selalu mengunjungi hutan-hutan itu. Memang bangyak sekali perubahannya dan perbedaanya. Dulu tempat kami mengembala, kini sudah disulap menjadi kebun singkong yang luas, bahkan ada yang ditanami khusus pohon tertentu.
Sehingga tempat untuk mengembala itu sangat sulit. Alasan itulah sehingga keputusan yang diambil oleh bapak ku kala itu, untuk menjual kambing-kambingnya. Aku tidak tahu kalau kambing-kambing yang mengajarkan kami akan arti tanggungjawab dan menjaga amanat, itu sudah tiada, sebab kala itu aku sudah lama di pesantren dan tak pernah mengembala lagi.
Kadang kenangan manis itu kini hanya tinggal sebuah kenangan. Kambing-kambing yang kami keluarkan dari kandang setelah dzuhur dan pulang sekitar pukul lima sore begitu membekas. Bahkan banyak sekali pelajaran yang dapat aku ambil dari tugas ini.
Tak terasa waktu begitu cepat, esok pagi “aku akan menikah”. Tapi karena sibuk, rasanya waktu itu begitu cepat berlalu. Kue-kue sudah jadi, dan semuanya hampir sudah siap. Tinggal mempersiapkan parsel. Karena tidak ada yang bisa mendasai parsel ya terpaksa sebisanya. Alhamdulilah ada yang bisa dan akhirnya rela membantu sampai tengah malam baru beres.
Semalam aku tidak bisa tidaur, bukan karena apa-apa, tetapi gara-gara ngbrol bareng sama teman. Tidur sekitar pukul 03.00 pagi hari. Karena dirasa cukup ada waktu untuk tidur, meskipun hanya sebentar maka kesempatan itu tak aku sia-siakan. Selepas shalat subuh aku langsung mandi dan segera bersiap-siap.
Dengan pakaian yang sudah aku persiapakan dan jauh-jauh hari aku rapihkan. Kala itu aku mengenakan pakaian batik dengan motif bunga dan warna yang khas ke coklat-cokelatan. Setelah semua siap, kamipun segera masuk ke mobil dan menuju tempat tujuan.
Karena ada kesalahapahaman antar mobil yang satu dengan yang lain, akhirnya kami terpisah - pisah ketika di perjalanan. Karena semua sudah hafal tempat dan tujuan tak begitu masalah, toh begitu sampai ke tempat tujuan semuanya bareng-bareng juga.
***
Begitu tiba dan turun dari mobil kami diminta untuk menunggu disalah satu tempat. Nanti akan dijemput khusus dengan tabuhan marawis kata salah seorang pemuda yang mengatur kami. Setelah menunggu, akhirnya kami disambut keluarga mempelai perempuan disertai dengan alunan marawis pagi itu. Kami langsung menuju ke masjid dan mendengarkan sambutan dari kedua belah pihak (mempelai laki-laki dan perempuan) serta pembacaan kalam illahi. Setelah itu barulah acara inti yaitu pembacaan ijab qabul.Hadirin begitu tegang ketika memasuki ijab qabul. Pertama dibacakan nama keuda mempelai, kemudain mau diwakilkan atau langsung oleh walinya, terus sakisi-saksi dimintai namanya. Begitu sudah lengkap, latihan redaksi yang dikehendaki wali dari perempuan, begitu sudah deal baru latihan satu kali.
Ketika dites langsung lancar, bapak penghulu pun langsung membaca syahadat dan kalimat tauhid serta sholawat disertai dengan ayat-ayat alquran terkait pernikahan. “wahai saudara Tajul arifin bin johani aku kawin dan aku nikahkan engkau dengan Sarnimah Binti Susruri dengan mas kawin emas Sembilan gram dibayar tunai…” tangan pengulu itu langsung memberikan kode. “saya terima nikah dan kawinnya kepada Sarnimah Binti Sururi dengan mas kawin emas sembilan gram dibayar tunai…” satu kali nafas.
Bagaimana saksi kata penghulu… kedua saksipun mengatakan sah!! Ucapan alhamdulilah terdengar dari hadirin dan kemudian ditutup dengan pembacaan talak talik dan pembacaan doa.tanggal itu menjadi tanggal sejarah bagi Tajul dan Sarnimah, 06 april 2014.
Amir - Tazki - Suci - Tajul - Imah - Erna - Fauzan (ki-ka) |
sempat ngira Amir Hamzah itu yang nikah, eh ternyata si twinnya ya? hhe Barakallah.
BalasHapusJadi, kapan nyusul? #eh hhe
harusnya barengan juga tuh kan kembaran :D
kapan nyusul???.... gak mesti bareng juga dong... kepala boleh sama bulet, tapi harapan dan keinginan kita berbeda-beda kok...
BalasHapushttp://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/03/25/mau-menikah-s3-dulu-642196.html
silakan baca yang ini... terus baru yang ini
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/03/25/menikah-atau-membujang-selamanya-642203.html
Nanti tahu alasannya. hehhehe