Karena bored di rumah dan tak bisa pergi ke mana-mana juga, akhirnya saya memiliki inisiatif untuk mengajak salah seorang sahabat untuk me-refresh otak. Kami sepakat tanggal 15 April 2014 rencana itu akan direalisasikan.
Tempat yang kami tuju kala itu ialah Cilegon. Kenapa ke kota baja sih? karena kami akan menonton sebuah film laga yang paling spesial dan di tahun lalu sempat menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya. Ya, film itu adalah The Raid Brandal 2.
Sekitar pukul 08.30 kami bertemu di terminal Tunjung dan langsung berangkat. Karena tidak ada keperluan lain, pagi itu juga kami langsung menuju Cilegon. Kami tiba di sana, sekitar pukul 10.00. Belum banyak ruko yang buka, hanya beberapa saja yang sudah. Karena melihat toko buku yang sudah buka, maka kami pun menyempatkan diri untuk berkeliling dan memilah-memilih buku.
Kala itu saya jatuh cinta dengan dua buah buku yang saya baca. Dari judulnya saja sudah menarik dan sudah gatal ingin membuka sampul plastik dan membacanya. Tapi keinginan itu akhirnya terwujud setelah saya putuskan untuk menukarnya dengan lembaran rupiah yang saya bawa. Buku yang satu terkait keagamaan dan satu lagi sejenis novel.
Dua buah buku itu sangat istimewa dan luar biasa meng-inspirasi. Untuk judul dan pengarangnya mohon maaf tidak saya tuliskan disini, sebab nanti akan saya tulis di segmen yang lain, dan tentunya tulisan tersebut akan saya beri label khusus (di blog ini) dengan label resensi buku.
Setelah kami anggap cukup mengelilingi toko buku tersebut, akhirnya kami pun memutuskan untuk keluar. Ketika kami melihat ke depan, tampak dari kejauhan tulisan XXI yang tersusun oleh lampu merah dan biru itu sudah dibuka. Seketika itu pula kami langsung memesan tiket. Karena film itu dimulai sekitar 12.15, maka kami putuskan untuk menunaikan kewajiban kami.
Kami shalat di sebuah ruangan yang kecil dan sangat sempit. Sebab ukuran tempat ibadah bagi mayoritas dan terbesar di negeri ini seharusnya lebih diutamakan. Tetapi kenyataannya tidak demikian dan sangat ter-marginal-kan. Dari ukuran gedung yang sebegitu besar, dan banyak pemeluk islam, masak untuk tempat ibadah nya sekecil itu?
Selesai dan sholat dzuhur, kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang sudah tertera di tiket kami. Ketika di dalam, rasanya capek dan luar biasa seru nya. Bahkan penonton yang di belakang kami teriak-teriak histeris ketika melihat adegan yang luar biasa sadis dan pukulan yang bertubi-tubi. Saya sarankan bagi yang tidak biasa melihat darah dan adu pukul (laga) jangan nonton film ini.
Film yang dibintangi oleh Iko Uwais yang berperan sebagai Rama. Ia menuntut balas atas kematian kakaknya. Tetapi ketika ia masuk ke dalam organisasi Gengster ini ia terjebak dan harus berpura-pura menjadi anak buah kepercayaan. Demi tugas ini, Rama harus rela berpisah dengan keluarga dan anak-istri tercinta nya.
Dari sinilah semuanya dimulai dan pertarungan-pertarungan yang sengit dan mendebarkan dimulai. Percikan darah dan aksi-aksi yang menghebohkan pun tersaji dengan sempurna di film yang berdurasi 148 menit ini. Untuk info lebih lanjut silakan baca gambar disebelah!
Sekitar pukul 14.30 kami keluar dan langsung pulang. Karena Waktu ashar sudah tiba, maka kami sempatkan untuk mampir di Masjid Alun-alun Kota serang. Masjid yang begitu megah dan memiliki tiang-tiang yang kokoh dan unik. Bentuk bawah tiang seperti buah labu, terutama tiang yang menjadi sebagai tiang utama. Tak ketinggalan juga menara masjid yang begitu unik. Sempat mengabadikan dengan kamera, tetapi entah kemana foto yang satu itu.
Karena seharian belum makan, sebelum meninggalkan masjid kami pun makan ketoprak dulu. Sinar matahari yang bersinar kala itu begitu trik tetapi tidak begitu panas menemani kami menyantap ketoprak yang lumayan pedas. Selesai makan kami langsung cabut dan meninggalkan kota serang untuk menuju rumah masing-masing. []
--------------------
Tempat yang kami tuju kala itu ialah Cilegon. Kenapa ke kota baja sih? karena kami akan menonton sebuah film laga yang paling spesial dan di tahun lalu sempat menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya. Ya, film itu adalah The Raid Brandal 2.
Sekitar pukul 08.30 kami bertemu di terminal Tunjung dan langsung berangkat. Karena tidak ada keperluan lain, pagi itu juga kami langsung menuju Cilegon. Kami tiba di sana, sekitar pukul 10.00. Belum banyak ruko yang buka, hanya beberapa saja yang sudah. Karena melihat toko buku yang sudah buka, maka kami pun menyempatkan diri untuk berkeliling dan memilah-memilih buku.
Kala itu saya jatuh cinta dengan dua buah buku yang saya baca. Dari judulnya saja sudah menarik dan sudah gatal ingin membuka sampul plastik dan membacanya. Tapi keinginan itu akhirnya terwujud setelah saya putuskan untuk menukarnya dengan lembaran rupiah yang saya bawa. Buku yang satu terkait keagamaan dan satu lagi sejenis novel.
Dua buah buku itu sangat istimewa dan luar biasa meng-inspirasi. Untuk judul dan pengarangnya mohon maaf tidak saya tuliskan disini, sebab nanti akan saya tulis di segmen yang lain, dan tentunya tulisan tersebut akan saya beri label khusus (di blog ini) dengan label resensi buku.
Setelah kami anggap cukup mengelilingi toko buku tersebut, akhirnya kami pun memutuskan untuk keluar. Ketika kami melihat ke depan, tampak dari kejauhan tulisan XXI yang tersusun oleh lampu merah dan biru itu sudah dibuka. Seketika itu pula kami langsung memesan tiket. Karena film itu dimulai sekitar 12.15, maka kami putuskan untuk menunaikan kewajiban kami.
Kami shalat di sebuah ruangan yang kecil dan sangat sempit. Sebab ukuran tempat ibadah bagi mayoritas dan terbesar di negeri ini seharusnya lebih diutamakan. Tetapi kenyataannya tidak demikian dan sangat ter-marginal-kan. Dari ukuran gedung yang sebegitu besar, dan banyak pemeluk islam, masak untuk tempat ibadah nya sekecil itu?
Selesai dan sholat dzuhur, kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang sudah tertera di tiket kami. Ketika di dalam, rasanya capek dan luar biasa seru nya. Bahkan penonton yang di belakang kami teriak-teriak histeris ketika melihat adegan yang luar biasa sadis dan pukulan yang bertubi-tubi. Saya sarankan bagi yang tidak biasa melihat darah dan adu pukul (laga) jangan nonton film ini.
Film yang dibintangi oleh Iko Uwais yang berperan sebagai Rama. Ia menuntut balas atas kematian kakaknya. Tetapi ketika ia masuk ke dalam organisasi Gengster ini ia terjebak dan harus berpura-pura menjadi anak buah kepercayaan. Demi tugas ini, Rama harus rela berpisah dengan keluarga dan anak-istri tercinta nya.
Dari sinilah semuanya dimulai dan pertarungan-pertarungan yang sengit dan mendebarkan dimulai. Percikan darah dan aksi-aksi yang menghebohkan pun tersaji dengan sempurna di film yang berdurasi 148 menit ini. Untuk info lebih lanjut silakan baca gambar disebelah!
Sekitar pukul 14.30 kami keluar dan langsung pulang. Karena Waktu ashar sudah tiba, maka kami sempatkan untuk mampir di Masjid Alun-alun Kota serang. Masjid yang begitu megah dan memiliki tiang-tiang yang kokoh dan unik. Bentuk bawah tiang seperti buah labu, terutama tiang yang menjadi sebagai tiang utama. Tak ketinggalan juga menara masjid yang begitu unik. Sempat mengabadikan dengan kamera, tetapi entah kemana foto yang satu itu.
Karena seharian belum makan, sebelum meninggalkan masjid kami pun makan ketoprak dulu. Sinar matahari yang bersinar kala itu begitu trik tetapi tidak begitu panas menemani kami menyantap ketoprak yang lumayan pedas. Selesai makan kami langsung cabut dan meninggalkan kota serang untuk menuju rumah masing-masing. []
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.