Dari tadi siang (17/04/14), tak sedikitpun ada tanda-tanda yang
mencurigakan. Semuanya normal dan apa adanya. Tetapi kegembiraan itu muncul
tatkala seusai shalat magrib. Ketika ada tamu yang datang ke rumah tiga orang. Satu
laki-laki dan dua orang perempuan, laki-laki itu adalah Abah Jaya dan dua orang
perempuan, yang tidak saya kenal, tetapi rasa-rasanya seperti ibu dan anak.
--------------------
Ketika ucapan salam terdengar, secepat kilat saya pun
langsung menuju pintu dan membukakannya. Karena yang terlihat adalah Abah Jaya,
saya langsung mengajak masuk dan menawarkanya kopi. “Eh Abah Jaya.. ka
leubeut bah.. ngopi..” Tapi ke dua
orang tamu itu saya hanya mengucapkan “Mangga teh.. ka leubeut…”
Abah jaya langsung menemui orang tua dan mereka ngobrol
bareng. Waktu itu kami (saya, adik dan kakak) sedang di depan televisi. Tak lupa
karena ada tamu suaranya kami kecilkan. Disela-sela obrolan mereka, dengan
berbisik-bisik saya bertanya ke adik. “Eng ari tamu anu duaan eta teh saha?...” kalau tamu yang berdua itu siapa?
Waktu itu Haer tidak mengeluarkan jawaban satu kata pun.
Tapi ia menjawab dengan sebuah tulisan di selulernya. “pang doakeun bang,
kak Endus ndeuk dijodohkeun…” artinya mohon doanya bang, kak Endus mau
dijodohin. Ketika membaca tulisan itu saya langsung kaget dan bercampur dengan
senang.
Seketika itu juga saya ikut ngomong dan ngobrol dengan mereka.
Bahkan saya berusaha meyakinkan dengan membacakan dalil untuk menegaskan kebenaran
apa yang saya sampaikan. Dalil itu bersumber dari QS. An-Nuur ayat [24] : 32 yang
bunyi potongan ayatnya …… Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Stelah selesai ngorol kami langsung diajak untuk berangkat
ke tempat mempelai perempuan. Tanpa pikir panjang kami pun langsung siap siap dan menghubungi sanak famili yang lain. Meski hanya 5 motor, itu sudah cukup. Ka Idrus, Bapak, Ibu, Ka Amsar, Abah Jaya, Ka Joharsa, Ka Saromi, Ka Idin, Sartoni, dan Haer. Teh Juha dan Jeje mau ikut tapi gak jadi karena rumah kosong.
Dari pihak keluarga perempuan, langsung diterima oleh Pak haji yang bersangkutan. Dengan tanpa basa-basi lagi maka sepakat untuk langsung menikahkan antara calon pengantin laki-laki dan pengantin perempuan (diamprokeun). Kami (khusunya saya pribadi merasa haru dan bahagia) sebab inilah yang selama ini dinanti-nanti.
Akhirnya dengan mas kawin (mahar) satu juta rupiah saudara Idrus dengan saudari Oni resmi dinikahkan dan menjadi pasangan suami dan istri. Dengan disaksikan oleh seluruh hadirin yang pada malam hari itu turut mengucapkan syukur alhamdulillah.
Selesai akad nikah, nasi uduk yang sudah dibeli pun dibagikan dan kami yang hadir menyantapnya dengan lahap. Tapi karena waktu itu saya begitu bahagia, rasa lapar pun tak kunjung datang, meski dari sore belum makan. Tak lupa momen-momen bahagia itu saya abadikan melalui video smartphone, tapi sayang video itu hingga kini belum ada di tangan.
Selepas makan, saya harus pulang lebih awal karena mengantar salah seorang saudara yang akan berangkat bekerja. Saya pulang dan mengabarkan kabar gembira itu ke Teteh yang sedang menunggu kabar gembira tersebut. Malah katanya menyesal gak bisa ikut menyaksikan akad nikahnya.
Setelah semuanya kembali ke rumah, akhirnya kami berembuk untuk mempersiapkan perayaan dan menyediakan menu makan apa saja. Seketika itu juga, saya langsung mengambil kertas dan menuliskan keperluan barang-barang yang akan dibeli esok pagi ke Pasar Cibadak - Pandeglang. Tak lupa untuk keperluan yang lain diserahkan ke yang lain. Cukup mengabari lewat SMS malam itu juga langsung selesai.
Rasa dingin yang menusuk kulit tak aku hiraukan. Cukup memakai kaos dan celana panjang, bagiku sudah lebih dari cukup. Sebab rasa dingin di rumah tak sedingin tempat yang pernah aku kunjungi sewaktu di Kopeng - Salatiga. Secepat kilat kami sudah berada di pasar, dan menunaikan shalat di masjid yang ada di pasar. Karena begitu tiba di pasar kumadang iqamah baru terdengar.
Selesai shalat, kami langsung menuju ke dalam pasar dan mencari barang-barang yang kami butuhkan. Masuk dan keluar pasar, ke tempat sayuran, ikan dan bumbu kami lakukan. Semuanya baru selesai sekitar pukul 08.00 pagi. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami pun langsung pulang ke rumah. Ternyata begitu tiba di rumah, sudah ramai dan ibu-ibu yang membantu masak pun sudah bersedia menyambut kami di dapur.
Semua masakan, baik nasi, ikan dan kue-kue selesai setelah dzuhur. Pukul 13.30 kami bersiap-siap mengunjungi rumah mempelai wanita dengan membawa masakan yang sudah kami masak. Tak lupa, puluhan penduduk kampung Pancur beramai-ramai ikut mengantar. Di sana kami di jamu dan tak lupa pengantin laki-laki dan perempuan pun disawer.
Dan begitu juga sebaliknya, setelah magrib dari keluarga perempuan mengunjungi rumah kami. Acara sambut menyambut pun berlangsung meriah dan ramai. Tapi dari pihak perempuan tidak seramai kami, hanya satu mobil saja. Mungkin karena dadakan juga dan waktunya juga malam hari. Semoga Ka Idrus dan Teh Oni menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amiin.[]
________________________
***
Begitu tiba di rymah yang dituju, kami disambut dan langsung disuguhi kopi. Setelah Pak Rw setempat datang dan penduduk sekitar, maka obrolan serius pun langsung dimulai. Sambutan dan sekaligus menyampaikan tujuan kedatangan kami disampaikan langsung oleh Ka Didin, yang mewakili pihak keluarga.Dari pihak keluarga perempuan, langsung diterima oleh Pak haji yang bersangkutan. Dengan tanpa basa-basi lagi maka sepakat untuk langsung menikahkan antara calon pengantin laki-laki dan pengantin perempuan (diamprokeun). Kami (khusunya saya pribadi merasa haru dan bahagia) sebab inilah yang selama ini dinanti-nanti.
Akhirnya dengan mas kawin (mahar) satu juta rupiah saudara Idrus dengan saudari Oni resmi dinikahkan dan menjadi pasangan suami dan istri. Dengan disaksikan oleh seluruh hadirin yang pada malam hari itu turut mengucapkan syukur alhamdulillah.
Selesai akad nikah, nasi uduk yang sudah dibeli pun dibagikan dan kami yang hadir menyantapnya dengan lahap. Tapi karena waktu itu saya begitu bahagia, rasa lapar pun tak kunjung datang, meski dari sore belum makan. Tak lupa momen-momen bahagia itu saya abadikan melalui video smartphone, tapi sayang video itu hingga kini belum ada di tangan.
Selepas makan, saya harus pulang lebih awal karena mengantar salah seorang saudara yang akan berangkat bekerja. Saya pulang dan mengabarkan kabar gembira itu ke Teteh yang sedang menunggu kabar gembira tersebut. Malah katanya menyesal gak bisa ikut menyaksikan akad nikahnya.
Setelah semuanya kembali ke rumah, akhirnya kami berembuk untuk mempersiapkan perayaan dan menyediakan menu makan apa saja. Seketika itu juga, saya langsung mengambil kertas dan menuliskan keperluan barang-barang yang akan dibeli esok pagi ke Pasar Cibadak - Pandeglang. Tak lupa untuk keperluan yang lain diserahkan ke yang lain. Cukup mengabari lewat SMS malam itu juga langsung selesai.
***
Sebelum subuh sudah bangun dan siap-siap berangkat. Saya dan Ema (panggilan khusus kami untuk bapak.) langsung berangkat menuju pasar Pandeglang dengan menggunakan sepeda motor. Dan berniat unuk melaksanakan shalat subuh di Masjid Pasar Cibadak - Pandeglang saja.Rasa dingin yang menusuk kulit tak aku hiraukan. Cukup memakai kaos dan celana panjang, bagiku sudah lebih dari cukup. Sebab rasa dingin di rumah tak sedingin tempat yang pernah aku kunjungi sewaktu di Kopeng - Salatiga. Secepat kilat kami sudah berada di pasar, dan menunaikan shalat di masjid yang ada di pasar. Karena begitu tiba di pasar kumadang iqamah baru terdengar.
Selesai shalat, kami langsung menuju ke dalam pasar dan mencari barang-barang yang kami butuhkan. Masuk dan keluar pasar, ke tempat sayuran, ikan dan bumbu kami lakukan. Semuanya baru selesai sekitar pukul 08.00 pagi. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami pun langsung pulang ke rumah. Ternyata begitu tiba di rumah, sudah ramai dan ibu-ibu yang membantu masak pun sudah bersedia menyambut kami di dapur.
Semua masakan, baik nasi, ikan dan kue-kue selesai setelah dzuhur. Pukul 13.30 kami bersiap-siap mengunjungi rumah mempelai wanita dengan membawa masakan yang sudah kami masak. Tak lupa, puluhan penduduk kampung Pancur beramai-ramai ikut mengantar. Di sana kami di jamu dan tak lupa pengantin laki-laki dan perempuan pun disawer.
Dan begitu juga sebaliknya, setelah magrib dari keluarga perempuan mengunjungi rumah kami. Acara sambut menyambut pun berlangsung meriah dan ramai. Tapi dari pihak perempuan tidak seramai kami, hanya satu mobil saja. Mungkin karena dadakan juga dan waktunya juga malam hari. Semoga Ka Idrus dan Teh Oni menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amiin.[]
________________________
Ka
leubeut artinya masuk ke dalam. Mangga artinya silahkan (mempersilakan)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.