Hujan adalah rahmat, tetapi karena rahmat itu tidak disyukuri maka akhirnya menjadi bencana. Mungkin kalimat inilah yang tepat untuk menggambarkan keserakahan manusia yang selama ini semakin menumpuk dan bertambah banyak di alam jagat raya ini. Air yang Allah swt turunkan kepada hambanya adalah berkah, karena air itu dapat menumbuhkan tumbuhan dan memberikan kehidupan bagi makhluk yang ada di bumi.
Tetapi ketika rahmat dan berkah itu diturunkan, malah manusia banyak yang merasa ketakutan dan merasa tersiksa dengannya. Jika kita resapi dan introspeksi diri, tentulah yang menyebabkan ini semua adalah ulah manusia sendiri. Alam ini adalah titipan bagi manusia, karena ini titipan maka tugas kita adalah menjaganya, nyatanya malah tidak demikian.
Allah telah berpesan untuk umat manusia di dalam al-Qur’an : Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. al-‘Araaf [7] : 10).
Jika pengelolaan lingkungan yang baik disertai dengan kesadaran yang tinggi tentu akan terbebas dari banjir. Dua faktor ini sebetulnya yang saat ini telah diabaikan, oleh kita. Padahal, banjir ini sudah sering terjadi dan tiap tahun pasti akan mengalaminya, tetapi tidak ada yang mau mengambil pelajaran darinya.
Aneh sungguh aneh. Penduduk Jakarta yang seolah sudah bermental baja dengan yang namanya banjir. Banjir itu seolah hiburan tahunan, “ya mbok mikir, tiap tahun banjir mulu apa gak bosen-bosen.. apa gak kepengen hidupnya tentram adem ayem dan nyaman”. Kalau ingin Jakarta bebas dari banjir, harus ada tekad untuk berubah dari masyarakat dan pemerintahnya.
Saat ini seolah jalan sendiri-sendiri. Pemerintah mau menyelesaikan masalah banjir, tetapi penduduk yang rumahnya mau dipindahkan ngamuk-ngamuk dan protes. Tata kota mau dibangun dan diperbaiki supaya lebih baik dan tidak ada banjir, malah ditolak. Pemerintah sudah berusaha, hanya saja masyarakat yang belum menrespon secara positif.
Mari kita renungkan ayat yang satu ini : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-‘Araaf [7] : 56). Allahu’alam []
______________
Tulisan ini dimuat di okezon.com. Senin, 20 Januari 2014.
Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2014/01/19/367/928530/belajar-dari-banjir
Dan dimuat di infokampusweb.id. sumber : http://infokampus.web.id/2014/01/20/belajar-dari-banjir/
--------------------
Tetapi ketika rahmat dan berkah itu diturunkan, malah manusia banyak yang merasa ketakutan dan merasa tersiksa dengannya. Jika kita resapi dan introspeksi diri, tentulah yang menyebabkan ini semua adalah ulah manusia sendiri. Alam ini adalah titipan bagi manusia, karena ini titipan maka tugas kita adalah menjaganya, nyatanya malah tidak demikian.
Allah telah berpesan untuk umat manusia di dalam al-Qur’an : Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. al-‘Araaf [7] : 10).
Jika pengelolaan lingkungan yang baik disertai dengan kesadaran yang tinggi tentu akan terbebas dari banjir. Dua faktor ini sebetulnya yang saat ini telah diabaikan, oleh kita. Padahal, banjir ini sudah sering terjadi dan tiap tahun pasti akan mengalaminya, tetapi tidak ada yang mau mengambil pelajaran darinya.
Aneh sungguh aneh. Penduduk Jakarta yang seolah sudah bermental baja dengan yang namanya banjir. Banjir itu seolah hiburan tahunan, “ya mbok mikir, tiap tahun banjir mulu apa gak bosen-bosen.. apa gak kepengen hidupnya tentram adem ayem dan nyaman”. Kalau ingin Jakarta bebas dari banjir, harus ada tekad untuk berubah dari masyarakat dan pemerintahnya.
Saat ini seolah jalan sendiri-sendiri. Pemerintah mau menyelesaikan masalah banjir, tetapi penduduk yang rumahnya mau dipindahkan ngamuk-ngamuk dan protes. Tata kota mau dibangun dan diperbaiki supaya lebih baik dan tidak ada banjir, malah ditolak. Pemerintah sudah berusaha, hanya saja masyarakat yang belum menrespon secara positif.
Mari kita renungkan ayat yang satu ini : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-‘Araaf [7] : 56). Allahu’alam []
______________
Tulisan ini dimuat di okezon.com. Senin, 20 Januari 2014.
Sumber : http://kampus.okezone.com/read/2014/01/19/367/928530/belajar-dari-banjir
Dan dimuat di infokampusweb.id. sumber : http://infokampus.web.id/2014/01/20/belajar-dari-banjir/
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.