Kala itu, pasca ditinggalkan oleh istri tercinta, Khadijah ra. Rasulullah SAW, mengalamai kesedihan yang bagitu dalam. Sehingga peristiwa itu disebut dengan tahun kesedihan (‘am alhuzn).
Rasulullah manusia biasa, seperti halnya manusia yang lain, maka wajar beliau mengalami kesedihan tatkala sang istri tercinta telah tiada. Akhirnya Allah SWT menghibur beliau dengan cara Isra wa almi’raj.
Konsep Isra itu banyak yang menafsirkan sebagai hablun min annas atau hubungan dengan sesama manusia (hubungan sosial). Sedangkan konsep Mi’raj adalah hablun min allah. Dengan kata lain keduanya disebut dengan hubungan horisontal dan vertikal. Dalam agama islam kedua-duanya harus betul-betul saling berkaitan, sehingga muncul istilah kesalehan sosial dan kesalehan individual.
Kesalehan individual yaitu kesalehan seseorang terhadap ajaran agama dan tuhannya. Jika seseorang sudah betul-betul baik agamanya maka sudah bisa dipastikan baik pula dalam masalah ke-sosial-annya. Karena ajaran agama itu sejatinya mengajarkan untuk berbuat baik dengan sesama, saling menolong, memberi, mengingatkan dan lainnya.
Kesalehan sosial merupakan kesalehan yang berada di “luar”. Bagaimana bergaul, bertetangga, bersikap dan lain sebagainya. Lebih detail lagi misalnya bagaimana kita menghormati tetangga tanpa melihat agamanya dan juga bukan status sosialnya. Dalam sebuah syair :
Untuk itulah rasulullah SAW setelah isra mi’raj “dihadiahi” sholat lima waktu. Sholat itu merupakan obat bagi Rasulullah supaya tidak terus-terusan sedih, karena dengan sholat seseorang akan merasa tenang (semuanya dikembalikan kepada Allah Qs. Thaha : 14). Tak hanya itu sholat juga mampu menciptakan seseorang menjadi lebih baik sehingga keshalihan sosial dan individualnya bertambah baik (Al Ankabut : 45).
Shalat yang baik tentu memberikan efek yang baik terhadap sikap dan sifat seseorang. Karena sejatinya shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan munkar sebagaimana tertulis dalam al-Quran, Inna shalata tanha 'an al-Fahsya wa al-Munkar. Tetapi berapa banyak orang yang menunaikan shalat sedangkan tidak ada perubahan terhadap pribadinya.
Ini adalah renungan untuk saya pribadi sebagai penulis dan para pembaca sekalian yang kebetulan membaca tulisan saya yang sederhana ini. Boleh jadi shalat yang selama ini kita tunaikan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban semata, belum sampai ke tahap kebutuhan. Sebab kalau sudah menjadi kebutuhan tentu akan timbul kecintaan.
Yuk sama-sama kita perbaiki sholat dan introspeksi diri kita masing-masing. Sudahkah kita menjadi pribadi yang terus bertambah baik setelah menunaikan sholat?? Setiap hari kita sholat lima waktu, tetapi apakah Allah membersamai kita dalam sholat itu??…..
Selamat pagi, dan semoga bermanfaat…
Rasulullah manusia biasa, seperti halnya manusia yang lain, maka wajar beliau mengalami kesedihan tatkala sang istri tercinta telah tiada. Akhirnya Allah SWT menghibur beliau dengan cara Isra wa almi’raj.
Konsep Isra itu banyak yang menafsirkan sebagai hablun min annas atau hubungan dengan sesama manusia (hubungan sosial). Sedangkan konsep Mi’raj adalah hablun min allah. Dengan kata lain keduanya disebut dengan hubungan horisontal dan vertikal. Dalam agama islam kedua-duanya harus betul-betul saling berkaitan, sehingga muncul istilah kesalehan sosial dan kesalehan individual.
Kesalehan individual yaitu kesalehan seseorang terhadap ajaran agama dan tuhannya. Jika seseorang sudah betul-betul baik agamanya maka sudah bisa dipastikan baik pula dalam masalah ke-sosial-annya. Karena ajaran agama itu sejatinya mengajarkan untuk berbuat baik dengan sesama, saling menolong, memberi, mengingatkan dan lainnya.
Kesalehan sosial merupakan kesalehan yang berada di “luar”. Bagaimana bergaul, bertetangga, bersikap dan lain sebagainya. Lebih detail lagi misalnya bagaimana kita menghormati tetangga tanpa melihat agamanya dan juga bukan status sosialnya. Dalam sebuah syair :
…kelawan konco, dulur lan tonggo… kang padha rukun padha ngasio.. iku sunahe rasul kang mulyo nabi muhammad panutan kito….
kepada teman, saudara dan tetangga... harus rukun dan saling mengasihi..Ini sunah Rasul yang mulia, Nabi Muhammad panutan kita..
Untuk itulah rasulullah SAW setelah isra mi’raj “dihadiahi” sholat lima waktu. Sholat itu merupakan obat bagi Rasulullah supaya tidak terus-terusan sedih, karena dengan sholat seseorang akan merasa tenang (semuanya dikembalikan kepada Allah Qs. Thaha : 14). Tak hanya itu sholat juga mampu menciptakan seseorang menjadi lebih baik sehingga keshalihan sosial dan individualnya bertambah baik (Al Ankabut : 45).
Shalat yang baik tentu memberikan efek yang baik terhadap sikap dan sifat seseorang. Karena sejatinya shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan munkar sebagaimana tertulis dalam al-Quran, Inna shalata tanha 'an al-Fahsya wa al-Munkar. Tetapi berapa banyak orang yang menunaikan shalat sedangkan tidak ada perubahan terhadap pribadinya.
Ini adalah renungan untuk saya pribadi sebagai penulis dan para pembaca sekalian yang kebetulan membaca tulisan saya yang sederhana ini. Boleh jadi shalat yang selama ini kita tunaikan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban semata, belum sampai ke tahap kebutuhan. Sebab kalau sudah menjadi kebutuhan tentu akan timbul kecintaan.
Yuk sama-sama kita perbaiki sholat dan introspeksi diri kita masing-masing. Sudahkah kita menjadi pribadi yang terus bertambah baik setelah menunaikan sholat?? Setiap hari kita sholat lima waktu, tetapi apakah Allah membersamai kita dalam sholat itu??…..
Selamat pagi, dan semoga bermanfaat…
semoga saja saya senantiasa bisa menjaga shalat 5 waktu saya yaa Sob...Amin
BalasHapusamiiin. semoga terus istiqomah dan terus menjadi lebih baik an lebih baik lagi.......
Hapus