Ada yang masih ingat dengan acara AFI (Akademi
Fantasi Indonesia)..? Saya ingat betul, ketika acara itu menggunakan
sistem polling SMS (short message Sending) untuk mengeliminasi
para pesertanya. Kala itu saya belum tahu betul apa fungsi dan
keuntungannya dari sisitem seperti itu. Padahal keluarga yang
bersangkutan mati-matian untuk mencari dukungan. Jika hanya mengandalkan
SMS dari fans paling seberapa? untuk itu pihak keluarga lah yang
mencari kesana kemari.
Tetapi, apa yang terjadi setelah mereka juara? kayaknya gak ada tuh yang tenar. Yang tenar paling yang produktif (benar-benar menekuni dunia ke-artis-annya). Jika hanya mengandalkan popularitas tanpa dibarengi dengan produktiitas mana mungkin bisa laku. Inilah yang dilakukan oleh duo Tika dan Tiwi, menjadi Titu.
Pertanyaannya, kemana yang lain? kerja apa sekarang dan masihkah mereka menjadi artis hingga detik ini? Saya yakin tak ada seorang pun yang tahu nasib mereka. Setelah acara AFI selesai, karir merekapun selesai juga. Kisah mereka pun hilang tanpa bekas, terlupakan olah tayangan yang lebih baru dan lebih asyik tentunya.
Tak hanya acara AFI saja, melainkan acara televisi yang hampir serupa. Misalnya saja : Dai Cilik, Dai Muda, Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat, Idola Cilik, dan lain-lain. Bahkan acara terbaru, yang baru saja selesai adalah X Factor. Kenapa Sih masih ada yang mau ikutan? Tak jarang orang yang awam menjadi korbannya, apalagi dari pelosok dan dari luar Jakarta bahakan luar pulau Jawa.
Bagi mereka yang awam tentu belum paham betul terkait bagaimana “kebusukan” di dalamnya. Jika sudah masuk sepuluh besar, berapakah minimal uang yang mereka keluarkan untuk memberikan dukungan melalui polling SMS?? belum lagi jika sudah masuk lima hingga tiga besar. Persaingan itu tentu sangat kuat, dan begitu juga penegluaran yang semakin besar.
Uangnya habis, maka jelas akan tersingkir. Untuk itu mereka terus berusaha mencari pinjaman sana-sini. Kalau orangnya berduit sih gak masalah, habis 1 milyar atau 2 milyar dah biasa. Lah kalau orangnya pas-pasan? pinjam dari mana?? belum lagi kalau gak jadi juara… habis sudah. lagi-lagi yang diuntungkan siapa??? apakah pihak televisi yang menayangkan akan ikut bertanggung jawab?? justru mereka tetap meraih keuntungan.
Saya lebih senang dengan penjurian tanpa menggunakan polling SMS. Selain lebih fair, persaingan diantara kontestan juga tetap sportif. Yang tidak bagus lah yang pasti tersingkir. Bagi mereka yang tampil baik akan terus belajar lebih baik lagi. Saya mengapresiasi Stand Up Comedy, di saat televisi yang lain gencar-gencarnya menggunakan sistem Polling SMS, tetapi mereka tidak malah ikut-ikutan. Inilah yang seharusnya ditiru dalam menseleksi siapa yang pantas mencari juaranya…
Jika anda ingin menjadi korban acara Polling SMS seperti mereka, pikirlah beribu-ribu kali…. Jika sudah siap, silakan saja.
Silakan buka juga di Kompasiana
Tetapi, apa yang terjadi setelah mereka juara? kayaknya gak ada tuh yang tenar. Yang tenar paling yang produktif (benar-benar menekuni dunia ke-artis-annya). Jika hanya mengandalkan popularitas tanpa dibarengi dengan produktiitas mana mungkin bisa laku. Inilah yang dilakukan oleh duo Tika dan Tiwi, menjadi Titu.
Pertanyaannya, kemana yang lain? kerja apa sekarang dan masihkah mereka menjadi artis hingga detik ini? Saya yakin tak ada seorang pun yang tahu nasib mereka. Setelah acara AFI selesai, karir merekapun selesai juga. Kisah mereka pun hilang tanpa bekas, terlupakan olah tayangan yang lebih baru dan lebih asyik tentunya.
Tak hanya acara AFI saja, melainkan acara televisi yang hampir serupa. Misalnya saja : Dai Cilik, Dai Muda, Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat, Idola Cilik, dan lain-lain. Bahkan acara terbaru, yang baru saja selesai adalah X Factor. Kenapa Sih masih ada yang mau ikutan? Tak jarang orang yang awam menjadi korbannya, apalagi dari pelosok dan dari luar Jakarta bahakan luar pulau Jawa.
Bagi mereka yang awam tentu belum paham betul terkait bagaimana “kebusukan” di dalamnya. Jika sudah masuk sepuluh besar, berapakah minimal uang yang mereka keluarkan untuk memberikan dukungan melalui polling SMS?? belum lagi jika sudah masuk lima hingga tiga besar. Persaingan itu tentu sangat kuat, dan begitu juga penegluaran yang semakin besar.
Uangnya habis, maka jelas akan tersingkir. Untuk itu mereka terus berusaha mencari pinjaman sana-sini. Kalau orangnya berduit sih gak masalah, habis 1 milyar atau 2 milyar dah biasa. Lah kalau orangnya pas-pasan? pinjam dari mana?? belum lagi kalau gak jadi juara… habis sudah. lagi-lagi yang diuntungkan siapa??? apakah pihak televisi yang menayangkan akan ikut bertanggung jawab?? justru mereka tetap meraih keuntungan.
Saya lebih senang dengan penjurian tanpa menggunakan polling SMS. Selain lebih fair, persaingan diantara kontestan juga tetap sportif. Yang tidak bagus lah yang pasti tersingkir. Bagi mereka yang tampil baik akan terus belajar lebih baik lagi. Saya mengapresiasi Stand Up Comedy, di saat televisi yang lain gencar-gencarnya menggunakan sistem Polling SMS, tetapi mereka tidak malah ikut-ikutan. Inilah yang seharusnya ditiru dalam menseleksi siapa yang pantas mencari juaranya…
Jika anda ingin menjadi korban acara Polling SMS seperti mereka, pikirlah beribu-ribu kali…. Jika sudah siap, silakan saja.
Silakan buka juga di Kompasiana
hanya tenar sesaat ya sob, yah karena mungkin tidak bersungguh-sungguh dan menjiwai mungkin
BalasHapusbanyak yang salah jalan...
Hapuskarena saingannya lebih berpengalaman dan hebat-hebat pak utsadz.... Coba kalau punya karya yang keren dulu, udah gitu baru dweh terkenal.. afgan, cakrakan dst.. mereka punya karya dulu udah gitu baru dweh terkenal.... kalau mau terkenal lewat ajang yang gituan mah cuma ngabis-ngabisin duit aja pak ustadz...
BalasHapuspantesan artisnya nggak langgeng, nggak melegenda, nggak kayak artis era dulu yg juga jebolan kontes musik, spt pemilihan bintang radio dan televisi.
BalasHapus