Aku sadar diri dan memohon pengampunan yang besar padaNya. Dosa-dosa ku menumpuk bagaikan tumpukan gunung, melebihi gunung Everest dan Himalaya, bahkan berlipat-lipat tingginya. Pokoknya dosa ini sudah menumpuk dan terus menumpuk, mungkin isi dunia ini sudah penuh dengan dosa-dosaku.
Lautan yang mengisi dunia ini, mungkin lebih sedikit bila dibandingkan dengan dosaku yang sebegitu numpuk dan banyaknya. Dosa-dosaku bagaikan butiran pasir, demikian Abu Nawas mengilustrasikan dosa-dosanya sebagai mana dalam syairnya yang sangat terkenal. Sosok ulama sekaliber Abu Nawas saja menggambarkan dosa yang pernah ia lakukan sebanyak itu, apa lagi aku ini?
Kesalahan kecil, yang sifatnya sepele dan kadang tidak terasa sering aku lakukan. Tapi aku mencoba tetap beristigfar dan memohon ampunan seusai shalat. Sayangnya aku juga tidak rutin melakukan itu, pas lagi ingat saja dan kebetulan tidak sedang banyak kerjaan. Lagi-lagi itulah kesalahanku sendiri.
Banyak dosa yang sudah aku perbuat, dan diri ini sudah kotor dengan dosa-dosa. Dosa itu hakikatnya bau, demikian penjelasan Cak Kus dala pengajian rutin di Pondok Maulana Rumi. Jika demikian, maka tubuhku ini sudah sangat bau dan sangat bau. Setiap hari tak terhitung dosa-dosa yang aku lakukan. Semoga Allah tetap memberikan hidayah, rahmān dan rahīmnya untuk selalu berada di shirat al-mustaqīm.
Dalam keyakinanku, ketika kita melakukan kesalahan dan meyakini bahwa itu adalah salah/dosa, kemudian bertaubat dan berusaha untuk meninggalkannya (tidak melakukan dan mengulanginya lagi) yakinlah Allah akan mengampuni dosa-dosa itu. Sebab Allah maha rahmān dan rahīm, sebagaimana tertulis jelas dalam al-Quran.
Dosa itu menjadi salah dan bertambah salah ketika dijadikan sebuah pembenaran dan dilakukan berulang-ulang, naudzubillahi min dzalik. Dosa yang kecil bisa berubah menjadi besar bila dilakukan berulang-ulang, apalagi jika dosa itu sudah menjadi kebiasaan. Semoga diri ini dihindarkan dan dijauhkan dari hal-hal demikian.
Salah seorang ustad dalam pengajian, menyampaikan pesan: “Boleh jadi kenapa doa-doa kita itu Allah tahan dan tidak langsung dikabulkan, disebabkan karena kelalaian dan menunda-nunda shalat…” Jelas ini berpengaruh dengan jalan hidup, kebiasaan hidup, cara berpikir, bertindak dan sebagainya. Shalat itu jelas-jelas memiliki korelasi antara kebaikan manusia.
Ada dampak positif bagi siapa yang betul-betul menjalankannya. Shalatnya tidak hanya menunaikan kewajiban semata, apalagi karena takut dimarahi atau karena faktor yang lain. Sudah pasti shalatnya kurang baik. Boleh jadi secara fiqh shalatnya sah, tetapi secara hakikat shalat tersebut masih jauh dari kata sempurna.
Shalat yang betul-betul sah secara hakikat tentu memberikan dampak positif bagi siapa yang melakukannya. Inna shalata tanha ‘an al-fahsya wa al-munkar, sudah jelas bunyi ayat tersebut dalam kitab suci al-quran. Shalat yang ia tunaikan tidak hanya shalat secara jasmani, tetapi rohaniyahnya juga.
Kalau sekelas aku ini, mungkin shalat secara jasmaniyah saja belum bener dan jauh dari kata sempurna. Meski demikian, semoga ini menjadi amal jariah untuk mendekatkan diri kepadanya. Aku yakin dengan kebodohan ini pulalah engaku memberikan kasih sayangMu kepada kami ini sebagai hamba yang masih jauh mensyukuri nikmat-nikmatMu.
--------------------
Lautan yang mengisi dunia ini, mungkin lebih sedikit bila dibandingkan dengan dosaku yang sebegitu numpuk dan banyaknya. Dosa-dosaku bagaikan butiran pasir, demikian Abu Nawas mengilustrasikan dosa-dosanya sebagai mana dalam syairnya yang sangat terkenal. Sosok ulama sekaliber Abu Nawas saja menggambarkan dosa yang pernah ia lakukan sebanyak itu, apa lagi aku ini?
Kesalahan kecil, yang sifatnya sepele dan kadang tidak terasa sering aku lakukan. Tapi aku mencoba tetap beristigfar dan memohon ampunan seusai shalat. Sayangnya aku juga tidak rutin melakukan itu, pas lagi ingat saja dan kebetulan tidak sedang banyak kerjaan. Lagi-lagi itulah kesalahanku sendiri.
Banyak dosa yang sudah aku perbuat, dan diri ini sudah kotor dengan dosa-dosa. Dosa itu hakikatnya bau, demikian penjelasan Cak Kus dala pengajian rutin di Pondok Maulana Rumi. Jika demikian, maka tubuhku ini sudah sangat bau dan sangat bau. Setiap hari tak terhitung dosa-dosa yang aku lakukan. Semoga Allah tetap memberikan hidayah, rahmān dan rahīmnya untuk selalu berada di shirat al-mustaqīm.
Dalam keyakinanku, ketika kita melakukan kesalahan dan meyakini bahwa itu adalah salah/dosa, kemudian bertaubat dan berusaha untuk meninggalkannya (tidak melakukan dan mengulanginya lagi) yakinlah Allah akan mengampuni dosa-dosa itu. Sebab Allah maha rahmān dan rahīm, sebagaimana tertulis jelas dalam al-Quran.
Dosa itu menjadi salah dan bertambah salah ketika dijadikan sebuah pembenaran dan dilakukan berulang-ulang, naudzubillahi min dzalik. Dosa yang kecil bisa berubah menjadi besar bila dilakukan berulang-ulang, apalagi jika dosa itu sudah menjadi kebiasaan. Semoga diri ini dihindarkan dan dijauhkan dari hal-hal demikian.
Salah seorang ustad dalam pengajian, menyampaikan pesan: “Boleh jadi kenapa doa-doa kita itu Allah tahan dan tidak langsung dikabulkan, disebabkan karena kelalaian dan menunda-nunda shalat…” Jelas ini berpengaruh dengan jalan hidup, kebiasaan hidup, cara berpikir, bertindak dan sebagainya. Shalat itu jelas-jelas memiliki korelasi antara kebaikan manusia.
Ada dampak positif bagi siapa yang betul-betul menjalankannya. Shalatnya tidak hanya menunaikan kewajiban semata, apalagi karena takut dimarahi atau karena faktor yang lain. Sudah pasti shalatnya kurang baik. Boleh jadi secara fiqh shalatnya sah, tetapi secara hakikat shalat tersebut masih jauh dari kata sempurna.
Shalat yang betul-betul sah secara hakikat tentu memberikan dampak positif bagi siapa yang melakukannya. Inna shalata tanha ‘an al-fahsya wa al-munkar, sudah jelas bunyi ayat tersebut dalam kitab suci al-quran. Shalat yang ia tunaikan tidak hanya shalat secara jasmani, tetapi rohaniyahnya juga.
Kalau sekelas aku ini, mungkin shalat secara jasmaniyah saja belum bener dan jauh dari kata sempurna. Meski demikian, semoga ini menjadi amal jariah untuk mendekatkan diri kepadanya. Aku yakin dengan kebodohan ini pulalah engaku memberikan kasih sayangMu kepada kami ini sebagai hamba yang masih jauh mensyukuri nikmat-nikmatMu.
إلهي لست للفردوس أهلا...
Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga
ولا أقوى على نار الجحيم...
Tapi aku tidak kuat dalam neraka
فهب لي توبة واغفر ذنوبي...
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku
فإنّك غافر الذّنب العظيم...
Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
ذنوبي مثل أعداد الرّمال...
Dosaku bagaikan bilangan pasir
فهب لي توبة ياذا الجلال...
Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
وعمري ناقص في كلّ يوم...
Umurku ini setiap hari berkurang
وذنبي زائد كيف احتمال؟؟؟
Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya???
إلهي عبدك العاصي أتاك...
Wahai Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu
مقرّا بالذّنوب وقد دعاك
Dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada-Mu
فإن تغفر فأنت لذاك أهل...
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah ahli pengampun
وإن تطرد فمن نرجو سواك؟؟؟
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau???
pertengahan malam nisfu syaban
kawah condrodimuko 24:00
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. Jangan lupa, biar cakep dan cantik silakan ninggalin satu atau dua patah kata. Apa pun komennya boleh, yang penting sopan dan tdk promosi.